Kutatap lagi benda bulat yang kuciptakan di telapak tanganku. Jika kupakai, akankah aku mendengar jeritan kesakitanmu? Tidak, aku tidak sanggup mendengarnya. Aku masukkan lagi benda itu di saku celanaku dan mengeluarkan ponsel dari sakuku. Aku berjalan keluar ke arah balkon apartement Ana sebelum menekan nomor telepon ibuku. “Mi, bagaimana kabar Kyra?” tanyaku ke wanita yang menjawab di ujung sambungan. “Masih peduli kamu rupanya pada istrimu?” jawab ibuku ketus. Sejak kehamilan Kyra, ibuku memang sudah melunak dan mulai menerima keberadaan Kyra sebagai istriku. Bahkan hingga kini, wanita itu lah satu satunya yang sepertinya paham jalan pikiran istriku yang memutuskan untuk mempertahankan bayi itu. Ibu menarik nafas panjang sebelum melanjutkan, “Kapan kau akan pulang ke rumah lagi, I