Kekosongan itu selalu ada. Aku cukup pintar dalam menyembunyikannya dengan komentar pedasku atau senyumanku. Tidak akan ada orang yang menanyakan arti sebuah senyuman. Atau sindiran. Kekosongan itu tersembunyi dalam-dalam, dan siap muncul disaat seperti ini. Mengingatkanku akan masa kecilku. Mempersiapkan ku ketika semuanya akhirnya pasti terjungkir balik. Membuatku merasa lebih tenang ketika semuanya hancur berantakan. *** Aku terbangun oleh suara gedoran di pintu apartemenku. Dengan mata mengantuk aku berjalan dan membuka pintu yang langsung disambut oleh semprotan pemilik gedung. “Kapan kau akan membayar uang sewa, hah? Aku bukan pemilik rumah singgah, tahu!?” Pria itu berkacak pinggang di hadapanku sambil berteriak dengan mata melotot. “Aduh ya ampun, baru juga telat berapa ha