Perlakuan Ian padaku kembali membuatku terpuruk. Kuhabiskan waktuku didepan laptop berusaha mengubur diriku ke daalam dunia fantasiku. Mengarang cerita cerita yang tidak akan pernah menjadi milikku. Ku lirik kartu nama publisher yang di berikan Ian padaku. Setelah beberapa saat kuputuskan untuk menelpon nomor yang tercantum di kartu. “Halo Ibu Novita?” tanyaku ketika mendengar jawaban dari ujung sambungan. “Betul. Dengan siapa saya bicara?” “Saya Kyra. Saya dapat nomor Ibu dari Pak Ian Roshan.” “Oh…. Iya iya, saya sudah menunggu telepon dari Kyra sejak minggu lalu. Waktu Ian mengemail ceritamu padaku aku langsung berkata padanya untuk mempertemukan kita. Kapan kita bisa bertemu?” “Kapanpun saya bisa.” Jawabku sedikit bimbang. Benarkan wanita ini menyukai cerita yang ditulisnya? Atauka