Bobby mengangguk setuju akan rencanaku untuk membeberkan semuanya kepada Ian. Kutekan nomor handphone Ian dan menunggunya berdering beberapa saat sebelum diangkat. “Ian?” tanyaku. “Ya.” “Uhm..Bisakah aku kesana? Ada yang perlu kuceritakan padamu.” … sambungan terdengar sunyi. “Ian?” “Kebetulan sekali, aku juga perlu berbicara denganmu. Datanglah ke rumah. Kutunggu.” Jawabnya disambung dengan menutup saluran telepon. Aku mengerutkan dahiku. Suara Ian terdengar berbeda dari biasanya. Pria itu terdengar marah. Aku menoleh kearah Bobby dan menganggukkan kepalaku memintanya untuk menjalankan mobilnya ke rumah Ian. Sepanjang perjalanan aku mencengkeram ujung jaketku memikirkan bagaimana aku akan mengungkapkan semua ini kepada Ian. Kukibaskan tanganku yang terasa panas dan berkeringat,