34. Menjemput Badai

1707 Kata

Aku baru sadar bahwa kita semua hidup di dalam novel yang diciptakan khusus untuk kita. Sebuah dunia yang terbentuk dari rangkaian kata kata yang kita kelilingi setiap hari. Seakan kita adalah bumi dan cerita itu matahari. Cerita yang kita ingat menjadi jati diri kita. Cerita yang kita lupakan menjadi sebuah bayang-bayang dalam setiap mimpi. *** Dua hari berikutnya, Dillan memperlakukanku bak boneka porselein yang rentan untuk pecah. Menyentuhku seperlunya, setiap jam menanyakan keadaanku dan menawarkan bantuan untukku. “Kamu kenapa, Ky?” “Sini kubantu menyapu, Ky.” “Biar aku saja yang membawakan piring-piringnya, Ky.” “Makan dulu, Ky.” Sebagian dari ucapan yang di lontarkannya padaku. Setengah bercanda, Rosa menyindir bahwa aku telah menyantet pemuda malang itu hingga berteku

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN