Aku terus berlari sepanjang jalanan kota Pelajar ini tanpa tahu arah. Kepalaku mulai berdenyut menandakaan habisnya efek obat penahan sakit yang kuminum pagi tadi. Kuhentikan langkah kakiku untuk bersandar sejenak di bawah sebuah pohon besar yang berdiri kokoh di pinggir trotoar. Membiarkan batangnya yang kaku, menopang badanku yang terasa lemas. Rasa mual kembali menghantuiku tapi kutahan untuk tidak muntah di pinggir jalan. Kulayangkan pandangan ke sekelilingku berusaha mendapatkan sedikit petunjuk akan keberadaanku. Hanya ada satu hal dalam benakku sekarang. Kembali ke kost Dillan, mengemasi tasku dan pergi dari sini. “Ky!” Aku menoleh ke arah pria yang berlari lari ke arahku. Dillan! “Di,” panggilku lemas. Aku menghampirinya sedikit terhuyung. Tangan pria itu terulur menahan b