Kondisi Sabina drop bukan main. Mereka bahkan tidak menginap di panti karena Sabina langsung dilarikan ke rumah sakit. Pulang dari TPA, Sabina tak sadarkan diri. Awal-awal wajahnya pucat, bibirnya biru dan tubuhnya berkeringat dingin. Setelah itu, Sabina lunglai dan jatuh di tanah kalau saja Elang tak menahan tubuhnya. Berhari-hari Sabina di rawat di rumah. Elang tak tega jika harus membiarkan Sabina di rumah sakit. Dan rumah menjadi pilihannya untuk menjadi tempat menyembuhkan Sabina. Mungkin jika tak ada selang infus, Sabina lemas tak berdaya. "Sayang, satu suapan aja, ya?" bujuk Elang, senantiasa menyodorkan sendok ke depan bibir Sabina. Sabina menggeleng lemah. Wajahnya masih pucat. Bi Sareh setia menemani di sampingnya. Mengusap lengan dan sesekali memijitnya. "Sayang, kasian