ABSEN SESUAI ASAL KUY! *** Sabina mengambil tas punggungnya, melangkah keluar kamar dan berhenti di dekat sofa panjang di mana Elang sedang fokus dengan laptop. Kedua matanya terbingkai. Wajahnya nampak serius sekali. Keraguan mengetuk pintu hatinya, Sabina jadi tak tenang, maju, mundur. Sedang dalam mode santai saja, dia tak berani menyapa atau sekadar bertanya pada Elang yang sejak beberapa hari lalu dalam situasi marah padanya. Apalagi jika cowok itu sedang fokus pada layar dan beberapa kertas yang kemarin sore mampu membuat Elang berteriak frustasi. Tak perlu bertanya, bekerja di perusahaan yang cukup besar pasti tak mudah. Apalagi untuk Elang yang terbilang cukup dini di dunia seperti itu. Ingin sekali Sabina menyemangati dan berada di sisi Elang terus, tapi apa daya, semua sik