"Sabina? Elang? Loh, kalian kok jalan bareng?" tanya pria itu. Garis muncul antar alisnya. Elang dan Sabina saling tatap. Lalu mereka kembali melihat pria itu. Ekspresi Elang tumpul sementara Sabina memberikan setengah-senyum. Sebelumnya, mereka tak pernah membahas pria dengan setelan jas lengkap itu. Dan mereka juga agak terkejut bahwa ternyata masing-masing mereka mengenalnya. Tapi mereka mengenalnya dengan definisi berbeda. Sabina lebih kepada bahwa pria paruh baya tersebut adalah salah satu penyumbang terbesar di panti asuhan. Sementara Elang mengenal pria itu sebagai rekan kerja ayahnya yang punya banyak istri dan selingkuhan atau dalam kata lain, dia adalah p****************g. Elang jarang bertemu dan mengobrol tapi dia kerap kali memergokinya. Belum lagi, salah satu teman pere