Bu Anggraeni mengangguk dengan berat. Seolah dirinya terbayang lagi pada peristiwa pahit yang mengoyak harga dirinya itu, dia menggoyangkan kepala keras-keras. Marshanda mempererat genggaman tangannya. “It’s ok, Bu. Semuanya sudah lewat,” bisik Marshanda menguatkan. “Kamu tahu, Sha? Orang jahat itu datang di hari kedua Ayahmu berangkat ke luar kota. Ibu yang tidak curiga ada tamu yang datang, buru-buru turun saat mendengar bunyi bel. Ibu membukakan pintu kantor. Ibu terlalu gembira karena Ayahmu baru saja menelepon Ibu saat itu, menceritakan bahwa pelanggan rental yang disupirinya itu baik sekali. Kata Ayahmu, Ayahmu diberikan kamar hotel untuk beristirahat, tepat di sebelah kamar mereka. Saat itu sudah malam dan Ibu sudah