Sesil menyerah. Ia juga sedang malas berdebat saat ini, dengan orang yang baru dikenalnya, pula. Dia sedang tak berminat menghabiskan energi secara percuma setelah 'usahanya melupakan Devanno selama di Singapura' belum menunjukkan hasil seperti yang dikehendakinya. Maka, ia membiarkan Wilson ‘menguasai’ kopernya. “Kamu dijemput, kan? Di sebelah mana nunggunya Sil?” tanya Wilson. Sesil tampak agak ragu. Memang bukan kebiasaannya untuk minta dijemput oleh supir keluarganya setiap kali baru pulang dari bepergian. Sudah begitu, kali ini dia juga mempercepat jadwal kepulangannya satu hari.