“Bagasimu yang mana? Belum dapat?” sapa sebuah suara di belakang Sesil. Entah sejak kapan Cowok itu telah berada di sana. Seingat Sesil, tadi selepas dari counter imigrasi, dia sudah mempercepat langkah dan beralasan buru-buru, semata agar dia bisa selekasnya berpisah dengan Cowok itu. Dia sedang tidak mood untuk tertawa-tawa atau berakrab ria dengan siapapun saat ini. Situasinya sedang tidak mendukung baginya.
Dan kini, tak perlu harus menolehpun, Sesil langsung dapat menebak itu suara siapa. Siapa lagi kalau bukan suaranya Wilson, Cowok yang kebetulan duduk di sebelahnya saat di pesawat tadi. Cowok yang begitu ringan tangan membantunya menaikkan serta mengambil koper mungilnya dari penyimpanan kabin yang terletak di
