Bab 5 – Ujian Kejujuran

640 Kata
Arini duduk di tepi ranjang, menunggu. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Reza belum pulang. Ponselnya berkali-kali berbunyi notifikasi, tapi ia tak berani menyentuh. Ia tahu, sebagian pesan itu pasti dari Nadya. Pikirannya kalut, tapi kali ini ia tak ingin hanya menangis. Ia ingin mencoba sesuatu. Menguji Reza. Pukul sebelas lewat lima belas, suara pintu depan berderit. Reza masuk dengan langkah pelan. Jasnya masih melekat, dasi longgar di leher. Senyum kecil menghiasi wajahnya saat melihat Arini menunggu. “Kamu belum tidur, Rin?” tanyanya lembut. Arini menatapnya lama, lalu tersenyum samar. “Aku pengen nunggu Mas. Aku kangen makan malam bareng kamu.” Reza terlihat agak canggung, tapi ia meletakkan tasnya dan duduk di meja makan. Arini sudah menyiapkan sup ayam hangat yang baru dipanaskan. Ia menuangkan ke mangkuk, menatap gerak-gerik suaminya. “Mas,” suara Arini bergetar tapi tegas, “kalau suatu hari aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu dari aku… kamu bakal jujur?” Reza tersentak. Sendok di tangannya berhenti di udara. Matanya menatap Arini dengan ragu. “Maksud kamu apa, Rin?” Arini tersenyum tipis, menahan air mata. “Cuma tanya. Aku cuma pengen tahu… kalau ada hal besar yang Mas sembunyikan, apakah aku berhak tahu?” Reza menghela napas panjang, lalu meletakkan sendok. Ia menggenggam tangan Arini, menatap dalam. “Rin, jangan berpikir aneh-aneh. Aku nggak sembunyiin apa-apa. Semua yang aku lakukan ini… demi kita.” Kata-kata itu menusuk hati Arini. Demi kita? Lalu apa arti tiket pesawat itu? Apa arti foto bersama Nadya? Tapi Arini menelan semua pertanyaan. Ia belum siap meledak malam ini. Ia hanya mengangguk, lalu menarik tangannya perlahan. Keesokan paginya, Arini bangun lebih awal. Ia melihat Reza sibuk bersiap di depan cermin. Kemeja biru muda, parfum favorit, dan senyum yang jarang ia lihat setiap hari. “Mas, kamu kelihatan semangat banget. Ada apa?” tanya Arini, berusaha terdengar santai. Reza tersenyum, merapikan dasi. “Ada presentasi penting. Doakan lancar, ya.” Arini menahan diri agar tidak bertanya lebih jauh. Ia hanya mengangguk sambil memperhatikan setiap gerak suaminya. Ia tahu, "presentasi penting" itu hanya dalih. Begitu Reza berangkat, Arini menghubungi Dina. “Din, aku nggak kuat lagi. Aku harus tahu kebenarannya dengan jelas. Aku mau ikutin Reza hari ini,” ucap Arini dengan suara serak. “Baik, Rin. Aku temenin.” Siang itu, Arini dan Dina duduk di mobil Dina, mengikuti dari kejauhan mobil Reza yang melaju ke arah pusat kota. “Dia nggak ke kantor, Rin,” kata Dina pelan setelah memperhatikan arah yang diambil Reza. Benar saja, mobil Reza berhenti di sebuah hotel berbintang. Jantung Arini seolah terhenti. Dari kejauhan, ia melihat Nadya sudah menunggu di lobi. Mereka saling tersenyum, lalu berjalan masuk bersama. Arini menutup mulutnya, menahan teriakan. Air matanya jatuh deras. Dina mengusap pundaknya, mencoba menenangkan. “Rin, aku tahu ini sakit banget. Tapi kamu harus lihat sendiri supaya yakin.” Arini menggigil. Hatinya hancur berkeping-keping. Ia tidak hanya ditinggalkan, tapi dikhianati di depan matanya sendiri. Malamnya, Reza pulang dengan wajah lelah, tapi ada binar bahagia yang tak bisa ia sembunyikan. Arini duduk di sofa, pura-pura membaca majalah. “Capek, Mas?” tanyanya datar. Reza tersenyum tipis. “Iya. Seharian rapat.” Arini menutup majalah, menatapnya dalam. “Mas… aku boleh tanya sesuatu?” “Boleh, apa saja.” “Kalau aku bilang aku tahu kamu habiskan waktu sama Nadya hari ini… apa yang akan kamu jawab?” Reza tertegun. Senyum di wajahnya lenyap. Wajahnya pucat, matanya bergetar. “Rin… kamu bicara apa? Jangan asal nuduh.” Arini menahan napas, dadanya sesak. “Aku nggak nuduh, Mas. Aku cuma… pengen dengar kejujuranmu.” Keheningan membungkus ruangan. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar. Reza akhirnya berdiri, mengambil tas, dan melangkah ke kamar. “Aku capek. Kita bicarakan lain kali.” Pintu kamar tertutup keras. Arini terdiam di sofa, tubuhnya kaku. Air mata mengalir pelan. Dia bahkan tidak bisa berkata jujur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN