Bab 8 – Rahasia di Balik Senyum

610 Kata
Pagi itu, rumah terasa dingin meski matahari sudah tinggi. Arini duduk di meja makan, menyendok bubur yang ia buat sendiri. Reza duduk di seberangnya, sibuk dengan ponsel. Tangannya sesekali menyentuh layar, senyumnya samar, senyum yang bukan untuk Arini. “Mas,” suara Arini bergetar pelan, “nanti malam pulang jam berapa?” Reza mendongak sebentar. “Seperti biasa, ada rapat dengan klien. Jangan tunggu, ya. Tidur duluan aja.” Alasan itu sudah terlalu sering ia dengar. Arini mengangguk, mencoba menelan buburnya yang kini terasa hambar. Klien, klien, dan klien. Atau… Nadya? Hatinya mencelos. Ia tahu jawabannya, tapi pura-pura tidak tahu lebih mudah untuk saat ini. Siang hari, Arini mengunjungi rumah Dina. Sahabatnya itu langsung memeluknya begitu Arini masuk. “Rin, wajahmu pucat banget. Kamu nggak bisa terus-terusan simpan ini sendiri.” Arini menghela napas panjang. “Aku nggak tahu harus gimana, Din. Rasanya aku ingin marah, ingin teriak, ingin hancurin semuanya. Tapi… begitu lihat wajah Reza, aku malah lemas. Aku masih cinta sama dia, Din. Dan itu yang bikin aku benci diriku sendiri.” Dina menggenggam tangannya erat. “Cinta itu wajar. Tapi kamu juga harus cinta sama dirimu sendiri. Jangan biarkan dia terus permainkan perasaanmu.” Arini menunduk, air matanya menetes. Dina mengusap pundaknya lembut. “Kalau kamu berani, Rin, kamu harus bicara langsung sama dia. Tanya. Jangan biarkan dia terus bersembunyi.” Arini terdiam. Kata-kata Dina benar, tapi hatinya masih belum siap. Malamnya, Reza pulang lewat tengah malam. Arini pura-pura tidur, tapi matanya terbuka sedikit, mengamati gerak-geriknya. Reza meletakkan ponsel di meja, lalu masuk kamar mandi. Dengan jantung berdegup kencang, Arini meraih ponsel itu. Ia buka galeri foto, dan hatinya langsung runtuh. Foto Reza bersama Nadya, tersenyum di sebuah kafe. Ada juga foto Nadya memeluk Reza dari belakang. Semuanya terang benderang. Air matanya mengalir deras. Ia segera meletakkan ponsel itu kembali, pura-pura tidur saat Reza keluar. Reza sempat menatap wajahnya sebentar, lalu naik ke ranjang. “Sayang… maaf ya aku pulang telat.” Suaranya lembut, penuh kepalsuan. Arini tak sanggup menjawab. Ia hanya berpura-pura terlelap, meski hatinya berteriak. Keesokan harinya, Arini bangun dengan mata sembab. Ia menatap cermin, wajahnya tampak asing. Ia merasa hidupnya bukan miliknya lagi, seolah ia hanya boneka yang ditipu di rumahnya sendiri. Ia duduk lama, merenung. Sampai kapan aku akan terus diam? Sampai kapan aku akan membiarkan Reza mempermainkan hatiku? Teleponnya berdering. Bayu mengirim pesan: "Bu, saya punya rekaman terbaru. Pak Reza dan Bu Nadya bicara soal rencana mereka." Jantung Arini berdegup kencang. Ia langsung menelepon balik. “Rencana apa, Pak?” “Kalau tidak salah, mereka membicarakan kemungkinan Pak Reza… meninggalkan Ibu.” Arini terdiam. Suara itu bagai petir di siang bolong. Ia sudah menduga, tapi mendengar langsung kalimat itu menghancurkan sisa kekuatan dalam dirinya. Malamnya, ia duduk sendirian di ruang tamu. Lampu redup, suasana sunyi. Pikirannya bercampur aduk: marah, kecewa, takut, dan cinta yang masih tersisa. Saat pintu terbuka, Reza masuk dengan langkah tenang. Ia terkejut melihat Arini masih terjaga. “Sayang? Kok belum tidur?” Arini menatapnya lama. Air matanya menggenang. “Mas… aku cuma mau tanya satu hal. Jawab dengan jujur. Apa ada perempuan lain dalam hidup Mas?” Pertanyaan itu membuat Reza kaku. Sesaat, ia terdiam, seakan mencari kata-kata. Lalu senyum palsunya kembali muncul. “Sayang… kamu kenapa sih? Jangan mikir yang nggak-nggak. Aku sibuk kerja, itu aja.” Arini menahan tangisnya. “Aku cuma pengen jujur di antara kita, Mas. Aku kuat kok kalau kebenarannya pahit. Yang aku nggak kuat itu… kalau terus dibohongi.” Reza mendekat, meraih tangannya. “Aku janji, nggak ada siapa-siapa. Hanya kamu.” Arini menatapnya dalam-dalam. Kata-kata itu lembut, tapi matanya tak bisa berbohong. Ia tahu, ada rahasia besar di balik senyum Reza.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN