Bab 38

862 Kata

Pagi itu, Arini bangun lebih awal dari biasanya. Ia menyiapkan sarapan sederhana, bukan lagi dengan hati riang seperti dulu, tapi sekadar rutinitas. Nasi goreng, telur dadar, dan teh hangat ia letakkan di meja makan. Setelah itu, ia kembali ke kamar untuk bersiap kerja. Reza baru turun dari kamar setengah jam kemudian. Ia terdiam melihat meja makan yang rapi, tapi tidak ada senyum sambutan dari istrinya. Tak ada ucapan, “selamat pagi,” seperti dulu. Hanya ada aroma teh yang mulai mendingin. Ia duduk, mengambil sendok, lalu melirik ke arah Arini yang sedang mengenakan blazer di ruang tengah. “Kamu nggak makan bareng?” tanyanya mencoba mencairkan suasana. Arini berhenti sejenak, lalu menjawab datar, “Aku sudah makan.” Jawaban singkat itu menusuk d**a Reza. Ia ingin berkata lebih, ingin m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN