Dia mendengus kesal sembari menyeka keringatnya dengan tissue. “Kalau mengadukan ini kepada keluargaku, itu artinya kau tidak mau lagi menjadi sahabatku!” ancamnya. “Bukan tidak mau, Bila! Tapi kondisimu seperti ini! Dan aku merasa bersalah terhadap kedua orang tuamua sekarang! Aku bagaikan seorang pencuri yang menyekap dirimu secara diam-diam, sementara kenyataannya kau butuh perhatian keluarga!” Nabila tertawa pelan sambil membasuh bibirnya dengan kain yang sudah dibasahi air hangat. “Bukan aku tidak mau mengatakan ini kepada mereka, Emi. Tapi aku tidak mau menjadi beban bagi mereka. Aku ingin mandiri. Di usiaku yang sekarang, seharusnya aku memberikan kebahagiaan. Tapi ini justru sebaliknya.” Emi yang sedang memanaskan bubur mendadak sedih mendengar kalimat pilu sahabatnya. Dia memat

