“Kena, kamu!” “Aahhkk!” Fatimah tertawa terbahak-bahak karena akhirnya berhasil ditangkap oleh Akhi Ali yang sejak tadi mengejarnya. “Akhi, kaki Fatimah lemas.” Ali memeluk adiknya, menciumi pipinya yang kemerahan. “Kamu mau lari ya? Jangan berbohong!” “Tidak, Akhi! Fatimah cuma mau duduk saja. Akhi boleh juga duduk di samping Fatimah.” Dia masih menghabiskan sisa tawa menggelitik perut. Tidak mau kecolongan lagi, karena energinya sudah terkuras habis. Selain mengajak bermain adiknya, dia juga tidak mau Fatimah berlari hingga menubruk orang lain yang mungkin sedang terburu-buru. Itu sebabnya Ali sangat berjaga-jaga. “Sini duduk,” ucapnya sambil menepuk punggung sendiri. Biasanya, Fatimah suka duduk bersandar di punggungnya. Kalau bersama Buya dan Umi mereka, tentu Fatimah lebih memil

