Iqlima tidak salah dengar, Afkar benar-benar menawarkan kesempatan untuknya menjenguk Rayyanza yang sejauh ini dia ketahui sebagai salah-satu penyebab mood Afkar memburuk seketika. Tak segera menjawab, Iqlima terdiam sejenak, pikirannya berkecamuk antara keinginan untuk melihat keadaan Rayyanza dan rasa sungkan karena statusnya saat ini. "Hem? Mau ya?" Afkar bertanya lagi, dan kali ini lebih lembut lagi. “Mau sih ... tapi-” Jawaban Iqlima cukup ragu, dan hal itu membuat Afkar menatapnya dalam-dalam seolah bisa membaca kebimbangan di mata istrinya. “Tapi apa?” “Ragu saja, apalagi-" "Hei ...." Afkar mengusap pundaknya lembut, memberikan rasa nyaman di antara keraguan yang membelenggu dalam benak Iqlima. “Rayyanza bukan orang lain, Sayang. Dia pernah menjadi bagian penting dalam hidupmu