Hanya karena satu panggilan telepon dari pamannya, Afkar rela melakukan sesuatu yang sama sekali tak pernah dia bayangkan dalam hidupnya. Sebuah hal gila yang di luar zona nyamannya, membeli sesuatu yang sifatnya sangat pribadi bagi kaum hawa. Sebenarnya, dia bisa saja meminta seseorang untuk melakukannya. Namun, Afkar memilih turun tangan sendiri. Dia enggan menjadi bahan gunjingan orang-orang di sekelilingnya, apalagi jika sampai terdengar oleh Justin atau Hiro tanpa dia duga. Dengan langkah mantap, Afkar menjalankan misinya. Tanpa banyak hambatan, dia berhasil menyelesaikan tugas itu dan segera pulang, membawa barang yang sangat dibutuhkan Iqlima. Hanya dalam hitungan menit, pria itu sudah kembali. Sontak, Iqlima terheran-heran. “Cepat banget! Perasaan baru tadi kamu pergi?” Dahinya