Iqlima merasakan kepalanya mulai sakit, pikirannya berputar liar mencoba memahami ucapan Habil. "Tapi ... tapi bagaimana mungkin? Bagaimana bisa, Habil?" "Aku tidak tahu detailnya, Iqlima ... dia hanya mengatakan bahwa dia sudah menunggu lama untuk membalas apa yang terjadi di masa lalu. Dan kamu ...." Habil menatap Iqlima dengan sorot mata penuh iba, "Kamu dia jadikan objek balas dendamnya." Seketika itu, kaki Iqlima terasa lemas. Tangannya mencengkeram lengan sofa di dekatnya agar tetap berdiri. "Tidak ... ini tidak masuk akal," bisiknya sembari membayangkan perlakuan Afkar yang memang masih menjadi rahasia baginya. Sejenak, Iqlima menatap Abi Sean dengan penuh kebingungan dan kegelisahan. Dadanya terasa sesak, pikirannya berputar-putar, mencoba mencari celah di antara ketidakpastian