"Ngaco!!" Suara Iqlima melengking, memantul dan memecah kesunyian. Wajahnya memerah, entah karena amarah atau rasa malu yang mendesak naik. Sepasang matanya menatap tajam ke arah Afkar, yang seperti biasa, dengan santainya melontarkan pilihan-pilihan absurd dalam hidupnya. Alih-alih menanggapi lebih lanjut, Iqlima memilih untuk berbalik. Langkahnya lebar dan tegas, meninggalkan Afkar yang kini hanya bisa mengikuti dari belakang. Bayangan mereka memanjang di bawah cahaya lampu temaram, dan meski tidak menoleh, Iqlima tahu betul bahwa pria itu masih mengikutinya, sama seperti sebelumnya. Begitu sampai di sisi ranjang, Iqlima langsung naik ke atasnya, lalu menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuhnya. Gerakannya jelas-jelas menunjukkan bahwa dia tak tertarik untuk melanjutkan pembicar