Back to Shenna’s POV “Shenna, udah … Mas Rifqi pasti kuat. Dokter lagi berusaha yang terbaik buat dia. Tugas kita hanya berdoa sebanyak-banyaknya.” Sudah hampir satu jam, aku hanya terus menangis, menangis, dan menangis. Kepalaku sampai pusing, tetapi tak kurasakan. Wajahku jelas memerah, mataku juga sudah pasti membengkak. Semuanya berantakan. Rizda sejak tadi menemaniku, mencoba menenangkanku sebisa mungkin. Aku sempat melihatnya ikut berkaca-kaca, tetapi air matanya tak sampai menetes. Dia jelas tak tega melihatku yang menangis sebanyak ini. Tadi Rizdalah yang menemaniku masuk ambulans. Dia juga sempat membantuku memberi pertolongan pertama pada Mas Rifqi. Mas Hanif dia tinggal setelah sebelumnya mendapat izin. Sama sepertiku, dia sudah tidak bisa apa-apa semaunya sendiri. Mas H