"Acara ulang tahunnya jam berapa?" Tanya Alex, saat mereka hendak sarapan bersama.
Jika biasanya mereka sarapan tepat pukul delapan pagi, kali ini karena hari libur, mereka sarapan pukul sepuluh pagi. Sudah mendekati makan siang.
"Tata bilang pukul dua siang."
"Kita berangkat bersama."
Mia menggumam pelan, dan kembali fokus membuat nasi goreng sesuai permintaan Alex.
Saat Mia tengah asik membolak-balik nasi di wajan, tiba-tiba ia merasakan dua tangan menyentuh pinggangnya dan memeluknya dari arah belakang. Hembusan hangat nafas Alex menyentuh pundak Mia, bahkan beberapa kali lelaki itu mendaratkan kecupan di sekitar pundak dan leher, mengalirkan sensasi panas yang membuat bulu kuduknya merinding.
"Alex," Mia menahan tangan Alex, saat tangan lelaki itu hendak menyelinap masuk kedalam pakan tidurnya.
"Nasinya bisa gosong," Sekuat tenaga Mia menahan desah yang hampir saja lolos dari bibirnya.
"Alex!" Sentak Mia, tapi sayangnya lelaki itu tidak menghiraukan protes sang istri. Ia tetap menyentuh apapun yang ada dibalik pakaian istrinya.
Dengan gerakan cepat Alex membalikan tubuh Mia, hingga kini keduanya saling berhadapan.
"Cantik sekali istriku ini." Puji Alex dengan satu tangan membuka perlahan tiap kancing piyama yang dikenakan Mia.
"Jangan disini!" Mia menahan tangan Alex, ketika lelaki itu hendak membuka kancing terakhir.
"Kenapa? Aku mau disini, sekarang." Ucapnya sambil tersenyum dan kedua matanya berkabut.
Detik berikutnya Alex melabuhkan ciuman pada bibir Mia, yang langsung mendapat sambutan dan mereka saling melumat satu sama lain. Tidak lupa Alex pun mematikan kompor, saat situasi kian memanas.
Pasangan suami istri yang sudah cukup lama membina rumah tangga itu, saling meluapkan emosi dalam balutan gairah. Erangan dan lenguhan terdengar silih berganti dari keduanya, suasana sunyi dan sepi kian membuat keduanya larut dalam adegan panas yang dilakukan di dapur, meja makan dan berakhir di sofa.
"Ya ampun Bi Mar." Mia teringat akan asisten rumah tangga yang juga tinggal bersama mereka.
"Bi Mar mana?" Tanya Mia panik.
Saat nafsu sudah menguasai, ia tidak ingat bahwa ada orang lain yang juga tinggal bersama mereka dan mungkin saja menyaksikan adegan panas pagi itu.
Mia hendak bangkit dan melepas pelukan Alex, tapi lelaki itu tetap menahannya dalam posisi masih di bawah.
"Bi Mar gak ada. Tadi pagi bilang mau ketemu teman-temannya di taman." Balas Alex.
Mia pun akhirnya bisa menghela lega, setidaknya tidak ada orang yang menyaksikan apa yang telah mereka lakukan barusan.
"Ayo bangun, mandi." Mia mendorong pelan tubuh Alex yang masih menindih tubuhnya.
"Nanti terlambat." Ucapnya lagi, karena Alex tidak bergeming.
"Tunggu dulu, aku masih ingin seperti ini." Alex kembali memeluk Mia, bahkan lebih erat lagi.
"Kamu tau kan, aku sayang banget sama kamu." Ucap Alex, sambil menatap Mia.
"Nggak tau." Balas Mia sambil tersenyum jahil.
"Apapun yang terjadi kita akan tetap bersama. Kamu dan aku."
Mia tersenyum samar dan ia pun membalas pelukan Alex.
"Aku juga," Jawabnya lirih.
Awal mula rumah tangga mereka terjalin yaitu karena sebuah dendam, bahkan Mia mendapat predikat pelakor sampai gunjingan yang sempat membuatnya merasa seperti seorang pencuri. Tapi pada dasarnya ia memang mencuri, yakni mencuri kekasih sahabatnya Kanaya yang kini menjadi suaminya.
Mia sempat ingin mengakhiri hubungan pernikahannya, bahkan beberapa kali mengajukan gugatan cerai, tapi setiap kali Mia menginginkan cerai, maka Alex akan menolaknya dengan tegas.
Hidup bersama orang yang tidak mencintainya membuat Mia tidak merasakan bahagia. Tapi seiring berjalannya waktu, mereka justru saling jatuh cinta satu sama lain.
Saat Mia merasa dunia mulai berpihak padanya dan dewa cinta mulai menaburkan benih-benih cinta dalam hati keduanya, masalah kembali datang. Yaitu ketika Mia harus kehilangan bayi dan rahim nya sekaligus.
Mia kesulitan mendapatkan kembali rasa percaya dirinya, hingga setiap harinya Alex selalu meyakinkan Mia bahwa ia bahagia tanpa anak di tengah-tengah mereka. Tapi hal itu tidak lantas membuat Mia tenang, sebab Mia bisa merasakan dan melihatnya secara langsung bagaimana Alex begitu menginginkan anak ditengah-tengah mereka.
"Sudah siap?" Tanya Mia, saat ia baru saja menyelesaikan merias diri untuk datang ke acara ulang tahun anak Tata.
"Sudah. Ayo." Ajak Alex dengan satu tangan meraih tangan Mia dan menggenggamnya erat.
Mereka menggunakan mobil yang sama menuju kediaman Tata yang jaraknya cukup jauh. Mereka berangkat satu jam sebelum acara dimulai untuk menghindari kemacetan yang tidak bisa diprediksi.
"Sampai," Ucap Mia dengan senyum lebar.
Sebisa mungkin ia harus bersikap ramah, dan terlihat senang menghadiri acara tersebut. Padahal kenyataannya ia tidak merasa senang berada di tempat itu, apalagi seluruh keluarga Alex hadir dengan membawa anak masing-masing. Hanya ia dan Alex saja yang masih datang berdua.
"Pak Alex." Siska menyapa keduanya. Ternyata wanita itu sudah lebih dulu datang.
Ia nampak serasi dengan putri kecilnya, bahkan mengenakan dress yang serupa. Sangat cantik dan kompak.
"Kalian sudah datang?" Tanya Mia.
"Sudah Bu. Lokasi rumah saya cukup jauh, jadi datang lebih awal. Takut macet." Balas Siska.
Mia mengusap wajah gadis kecil itu dengan perlahan. Kulitnya sangat halus dan lembut, bahkan bau harum tubuhnya sangat wangi.
"Sudah ketemu tuan rumahnya belum?" Tanya Mia.
"Sudah. Kadonya juga sudah dikasih."
Mia mengangguk. "Sayang, aku ketempat Tata dulu ya. Kamu mau ikut atau disini aja?"
"Aku disini aja." Jawab Alex.
Mia lantas pergi meninggalkan Alex untuk menemui Taya, sang tuan rumah.
Awalnya Mia hanya ingin memberikan kado, berbincang sebentar lantas kembali ke tempat dimana Alex dan Siska berada. Tapi sayangnya Tata menahannya dan justru mengajaknya bicara panjang lebar hingga akhirnya Mia pun tertahan dan harus mendengar obrolan yang lebih mirip seperti sindiran untuknya. Sebagian orang mengira bahwa Mia menganut prinsip child free, karena Mia terlibat seperti wanita yang mementingkan karir. Padahal mereka tidak tau bagaimana Mi menghadapi kenyataan pahit yang harus diterimanya.
"Aku mau ke toilet dulu," Tidak tahan berada dalam obrolan lebih lama.lagi, Mia pun memutuskan untuk melarikan diri dengan alasan ke toilet.
"Nanti kesini lagi, Kiyo mau tiup lilin."
Mia hanya mengangguk, mengiyakan. Padahal ia akan pergi menghindar dan tidak akan mendekat lagi, atau mungkin juga Mia akan langsung pulang.
Berhasil meloloskan diri membuat Mia merasa haus , ia pun mengambil dua gelas minuman untuknya dan untuk Alex. Tapi saat Mia hendak menuju ke tempat Alex berada, langkah Mia terhenti ketika melihat Alex tengah menggendong putri kecil Siska, sementara wanita itu nampak tersenyum bahagia sambil memegang sebuah balon.
Mereka nampak seperti pasangan suami istri yang sangat serasi dan bahagia.
Mia ikut tersenyum, meski hatinya seperti diremas.