Bab 9. Tentang Damian

1440 Kata
Pagi hari Lyra sudah bangun dengan rasa sakit menempeli seluruh tubuhnya, semua ini karena Damian yang memaksa untuk tidur seperti yang seharusnya dia lakukan ketika dipesan seseorang. Lyra menyukai sentuhan Damian, tapi dia tidak suka sikap memaksanya yang juga tidak peka dan acuh terhadapnya. Bagi Lyra, Damian adalah seorang yang terlalu kaku dan sangat serius dalam melakukan pekerjaannya, seperti semua dilakukan demi uang, tapi sisi baiknya di mata Lyra, Damian pernah menolongnya walaupun pria itu tidak terlihat peduli pada keadaannya. "Awh, sakit sekali. Tubuhku remuk semua, padahal aku habis dipukuli Samuel, tapi pria itu seakan tidak ada rasa kasihan mencangkulku berjam-jam," gumam Lyra. Lyra bangun mendudukkan dirinya. "Rasanya lututku hampir lepas ...," lirih Lyra. Lyra mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruang karena tidak menemukan Damian di sisinya, tapi pandangan Lyra tidak menangkap apa pun. Sekarang Damian telah pergi entah ke mana, dia hanya meninggalkan catatan yang dia tulis di kertas kuning yang ditempel di meja, Lyra berharap akan ada pesan romantis yang Damian tulis, tapi ketika Lyra membacanya dia tertawa melihat kebodohannya yang berharap lebih, faktanya Damian hanya menulis nomor rekeningnya saja. Lyra langsung meraih ponselnya untuk segera memberikan uang pada Damian, Lyra juga melebihkan nominalnya untuk membayar semua yang dilakukan Damian malam tadi, dari mulai menolong, mengobati dan membelikannya pakaian, walau Lyra tidak menyukai pakaiannya, tapi Lyra menyukai pemberian Damian. "Huruf depan namanya 'D' dan belakangnya huruf 'N', namanya depannya berjumlah 6 huruf." Jiwa stalker Lyra keluar seperti seorang kekasih menguntit pacarnya yang selingkuh. Buru-buru Lyra mengambil tangkapan layar petunjuk nama yang dia dapat dari nomor rekening itu dan bergegas memakai pakaiannya. Lyra menatap dirinya di cermin yang ada di hadapannya, penampilannya sangat acak-acakan juga beberapa bekas luka yang diciptakan oleh semua makin terlihat jelas membiru memar di wajah Lyra. "Beraninya si b******k itu merusak wajah cantikku!" omel Lyra. Lyra sudah tidak merasakan sakit hatinya lagi ketika mengingat Samuel menyelingkuhinya, semua rasa sakitnya sudah diobati oleh kehadiran Damian tanpa Lyra sadari. Walau fisiknya sangat terluka tapi hatinya lain, Lyra merasa cukup bahagia ketika membuka matanya, dia keluar seperti yang Damian katakan untuk menutup pintunya saat dia pergi. "Astaga, aku meninggalkan mobilku di minimarket semalaman, sebaiknya aku bilang pada Papa untuk mengirim orang ke sini." *** Daniel berjalan mondar-mandir cemas karena dari malam Lyra tidak bisa dihubungi dan dia baru menerima kabar dari Lyra tentang mengiriminya orang untuk mengendarai mobilnya. Daniel jadi makin cemas lagi, tapi Lyra mengatakan kalau dia baik-baik saja dan akan segera pulang, Daniel berpikir sesuatu yang buruk telah terjadi pada putrinya, mungkin saja kecelakaan yang mengakibatkan Lyra tidak bisa pulang malam itu. "Haish! Anak ini bikin orang tua selalu saja serangan jantung, kenapa sering sekali tidak pulang dan tidak mengabari, padahal dia tahu kalau anakku hanya dia saja," gerutu Daniel menggebrak meja di sampingnya. Dia tidak bisa sedikitpun tenang karena belum melihat keadaan putrinya, ditambah Lyra bilang akan bicara di rumah saja dan tidak ingin membalas teleponnya. "Astaga, kenapa kau benar-benar mirip Papa, Nak!" Lagi-lagi Daniel menggerutu sebab khawatir sesuatu yang buruk sudah terjadi pada Lyra, tapi dia masih belum mengetahuinya. Suara deru mobil dari gerbang depan sudah terdengar sampai ke telinga Daniel, dia melihat dari jendela atas lantai tiga, terlihat beberapa mobil mengawal mobil putrinya, tidak terlihat rusak, tapi Daniel tetap khawatir. Daniel berjalan tergopoh-gopoh menuruni anak tangga dengan perasaan cemas tentang bagaimana keadaan putrinya saat ini, karena terburu-buru Daniel sampai tergelincir sekali di pertengahan anak tangga. "Sh*t ...!" umpat Daniel. Daniel tetap melanjutkan larinya sampai ke lantai bawah tanpa memperdulikan kakinya yang agak nyeri akibat tergelincir tadi. Pintu utama sudah di hadapannya, kemudian Daniel membuka pintu itu. Ternyata dia lebih cepat dibanding perjalanan gerbang utama ke depan rumahnya, dia melihat mobil Lyra menepi di depannya dengan dua pengawal yang keluar dari dalam mobil itu, kemudian salah satu pengawal membuka pintu mobil untuk Lyra. Pintu terbuka dan Daniel sangat kaget karena penampilan putrinya, lebam-lebam di pipi dan sudut bibirnya terluka, juga lutut yang lecet. Putrinya yang cantik jelita jadi terlihat seperti gembel. "Astaga, ada apa denganmu, Sayang?!" Daniel tentu histeris mendapati putri kesayangannya yang terluka cukup parah. Lyra tertatih-tatih menghampiri ayahnya yang terlihat menganga entah syok atau tidak terima Lyra sendiri tidak tahu, yang jelas keadaan tubuhnya sangat sakit juga bagian intimnya karena gempuran Damian tadi malam. "Kita bicara di dalam, Pa. Tubuhku sakit semua," ujar Lyra dengan wajah memelas agar ayahnya tidak dulu menghujaninya dengan pertanyaan yang akan membuatnya semakin lelah. Dengan inisiatif Daniel langsung menggendong tubuh putrinya yang lemah, dia membawanya ke kamar agar Lyra bisa menceritakan sambil istirahat. "Sekarang ceritakan dari mana saja kau semalam dan bagaimana bisa berakhir seperti ini?" Daniel menuntut penjelasan dari putrinya dengan tatapan intens. Lyra menarik napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya menceritakan semuanya. "Aku sedang ke minimarket, lalu aku mendapat pesan dengan mengatasnamakan Papa untuk menemui di suatu tempat, aku pikir itu benar dari Papa karena selama ini Papa selalu menghubungiku lewat bawahan yang tidak aku kenali, pesan itu mengarah ke gedung tua yang sudah tidak terpakai dan sepi, ketika aku sudah terjebak, aku baru menyadari ternyata Samuel yang melakukan itu. Dia juga yang memukuliku hingga begini," jelas Lyra. Daniel mengerutkan alisnya menatap putrinya dengan tatapan menyelidik setiap raut yang ada pada ukiran wajah Lyra. "Lalu bagaimana kau bisa melepaskan diri? Dan kenapa tidak pulang saja?" tanya Daniel lebih menuntut. "Ada seseorang yang mendengar teriakanku dan dia menolongku dari Samuel. Kemudian aku menelpon seorang teman untuk menjemputku di depan gedung itu karena jika aku menggunakan mobilku, aku takut Samuel akan mengikutiku lagi dan berakhir lebih buruk dari ini, aku juga menginap semalaman di rumah temanku untuk menghilangkan jejak dari Samuel," jelas Lyra dengan kebohongan yang dia buat secara mendadak. Daniel mengangguk-anggukan kepalanya seakan mengerti posisi putrinya pada saat itu dalam keadaan cemas dan tidak bisa menghubunginya sama sekali, dia mencoba mengerti walau rasanya aneh, tapi dia tetap mempercayai semua yang Lyra katakan. "Kita harus periksa ke dokter, Papa takut kau ternyata memiliki luka dalam yang lebih parah dari ini," ujar Daniel. "Tidak perlu, Pa. Samuel menjambak rambutku hingga terjatuh, dia memukulku di sini dan di sini, terakhir dia mencekikku." Lyra menjabarkan dengan menunjuk area luka yang dibuat Samuel. Daniel mengeraskan rahangnya dan mengapa tangan di kedua sisi, dia sungguh dendam dan tidak terima jika putrinya yang dirawat susah payah malah harus merasakan rasa sakit di tangan pria lain. "Berani sekali kau membuat putriku merasa sakit! Rupanya kau sedang bermain-main denganku, Samuel!" batin Daniel. *** Damian membuka pintu dengan perlahan, dia berjalan berjanji tidak ingin menimbulkan suara sedikitpun pada saat dia memasuki rumah. Damian melirik ke arah pintu kamar yang masih tertutup sempurna, kemudian dia beralih melangkahkan kakinya menuju dapur untuk sekedar membuat sarapan dua porsi. Perasaannya hari ini menjadi cerah karena bertemu dengan Lyra, bukannya Damian mensyukuri tentang Lyra yang mendapat kecelakaan di gedung tua itu, tapi Damian hanya bersyukur saja malam harinya tidak dia habiskan di club untuk mencari pelanggan semalaman dan malah berakhir dengan Lyra karena terus memaksanya. Damian terkekeh geli ketika mengingat bagaimana dia terperdaya dengan semua perkataan Lyra, bahkan Damian tersenyum karena dia mengingat menjadi tukang pijat dalam semalam hanya ketika bersama Lyra. "Wanita nakal yang aneh, aku harap bisa terus bertemu denganmu karena hidupnya jadi lebih mudah dan bisa menghemat waktu untuk istirahat," batin Damian. Setelah menyelesaikan masaknya Damian langsung melesatkan diri ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, setelah ini Damian berniat kembali ke rumah yang tadi dia tinggalkan dengan lyra di dalamnya. Saat menikmati air pancuran yang membasahi tubuhnya perlahan Damian kembali mengingat bagaimana dia menyentuh lira dengan paksa, padahal wanita itu hanya menginginkan waktunya, bukan tubuhnya. "Aneh sekali, kenapa aku bisa melakukan itu pada wanita yang baru kutemui beberapa kali?" tanya Damian entah pada siapa karena pertanyaan itu hanya ditujukan untuk dirinya sendiri. Mendengar suara-suara benda yang bergeser Damian mempercepat mandinya dan segera berjalan keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Tatapannya beralih pada wanita yang meraba-raba benda di sekitar, Damian tersenyum simpul melihat wanita itu di pagi hari, tatapannya meneduh, hatinya juga sama ikut terenyuh. Akhirnya Damian bisa bernapas lega melihat wanita itu yang duduk di meja makan seperti menunggunya untuk makan bersama. "Damian, apa kau sudah mandi?" tanya wanita itu tersenyum manis mencium aroma segar sabun yang keluar dari tubuh Damian. "Aku sudah mandi," jawab Damian singkat. Damian duduk di hadapan wanita itu, memandangi menelisik wajah pucatnya yang tersenyum polos seperti tidak tahu apa pun, seketika hati Damian jadi sedih. Damian buru-buru menepis perasaan itu, kemudian mengambil semangkuk sarapan yang baru dia buat tadi, matanya menyimpan kepedihan memandangi mangkuk sarapan dengan kosong. "Ayo buka mulutmu, biar aku suapi, setelah ini diam di rumah dan jangan ke mana pun karena aku akan bekerja dan pulang sore," ujar Damian mengambil satu suapan pertama untuk orang di hadapannya. "Terima kasih, Damian ...."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN