Via tertawa miris dengan mata berkaca-kaca, dia menghapus air mata yang meleleh di pipinya. "Jangan mengada-ada soal keadaanku, Dokter. Yang namanya tes atau apalah itu, bisa meleset dan salah!" sergahnya tak terima. "Tapi Via, tes itu 99 persen tepat, kami menggunakan itu untuk memeriksa kejiwaan pasien di awal pemeriksaan untuk menentukan terapi apa yang akan diterima pasien nantinya," ucap Karel dengan nada sabar, dia tahu Via mungkin tidak akan percaya. "Tapi aku bukan pasienmu!" bantah Via, dia berdiri dan berbalik pergi dari ruangan tanpa menoleh lagi. Karel hanya bisa terpaku diam melihatnya, dia menghela napas berat. "Kalau begini, bagaimana aku bisa membantu kamu, Via?" hembusnya lirih. Di luar sana, Via berjalan sambil menahan tangis. Beberapa kali dia menghapus air matanya