Kata-kata Karel tajam dan menghujam hatinya, Via menangis sendirian di kamar malam itu. Merasa menjadi ibu yang buruk untuk anaknya yang bahkan belum diberi ruh oleh Tuhan. "Apa yang harus aku lakukan? Semua tonggak hidupku sudah pergi!" ratapnya memeluk guling, membenamkan wajahnya di sana demi meredam suara tangisnya. Malam yang sepi membuat suara kecil pun terdengar jelas. Pun ketika Via menangis, Karel terdiam mendengarkan dari balik pintu kamar. "Maaf, Via. Bukan maksud aku untuk membentak kamu tadi," ucapnya lirih. Dia tersulut emosi karena Via tak menangkap perhatiannya, dia peduli pada perempuan itu dan tak mau jika Via sampai terbawa kesedihannya. Karel kembali ke kamarnya, matanya masih terjaga dan terbuka lebar padahal besok dia harus bekerja. Beberapa kali dia menghela nap