Kini Alice sudah berada di Apartments Sierra Towers, ia datang seorang diri untuk menjemput adiknya tanpa ditemani oleh tiga sahabat Brielle yang sebenarnya sangat ingin pergi bersama Alice untuk mencari keberadaan Brielle yang sudah lebih dari tiga Minggu ini menghilang tanpa kabar sama sekali.
“Semoga saja Briel benar-benar ada di sini. Aku nggak tahu harus mencari dia ke mana lagi kalau sampai Morgan tidak membawa Briel ke sini, karena Chiko pun hanya tahu tempat ini yang ditinggali oleh Morgan,” batin Alice di kedalaman hatinya yang terus berharap, sambil terus melangkah setelah keluar dari lift hingga kini ia tengah melewati di sebuah lorong untuk menuju unit yang Morgan tempati.
Setibanya di unit nomor 07, Alice menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya dengan perlahan sebelum menekan bel pintu yang berada di hadapannya saat ini. Setelah merasa yakin, Alice pun segera menekan bel sebanyak tiga kali.
Tak butuh waktu lama, Morgan membukakan pintu. Dengan dahi yang mengernyit pria itu menyambut kedatangan seseorang yang tidak asing dalam ingatannya. Bagaimana tidak, ia masih ingat betul dengan wajah wanita cantik yang berada di depannya saat ini karena ia dan Brendan dulu pernah menyelamatkannya sewaktu wanita itu menjadi sandera dari sekelompok perampok yang tengah merampok sebuah bank.
“Alice…” Morgan sungguh tidak menyangka yang datang bertamu ke apartemennya adalah Alice yang entah tahu alamat tempat tinggalnya dari mana karena ia pun telah melupakan satu hal, bahwa Brielle adalah adik dari wanita itu.
Alice pun sama, tidak kalah terkejutnya saat mendapati pria yang berdiri di hadapannya adalah Morgan yang merupakan sahabat dari Brendan, dan keduanya pernah sama-sama menyelamatkannya dari para perampok yang menjadikannya sandera. Alice masih tidak percaya dengan kenyataan yang ia lihat saat ini, bahwa adiknya ternyata bersama pria yang ia kenal.
“Halo, Tuan Morgan. Aku tidak menyangka ternyata Morgan yang seseorang maksud adalah kamu, dan aku pun tidak percaya bahwa kamu masih ingat denganku. Apa kabar?” sapa Alice dengan senyuman yang terulas dari kedua sudut bibirnya, lalu ia mengulurkan sebelah tangannya untuk berjabatan dengan Morgan yang masih tercengang kaget.
Dengan tersenyum kaku Morgan membalas jabatan tangan Alice walau hatinya masih dipenuhi pertanyaan untuk apa Alice mendatanginya sampai ke sini.
“Tentu aku ingat denganmu, Alice, karena pertemuan kita masih berkesan dalam ingatanku sampai saat ini. Aku baik, bagaimana dengan kabar kamu sendiri?” jawab Morgan, kemudian balik bertanya mengenai kabar dari wanita itu.
“Aku sendiri sedang tidak baik karena sudah tiga Minggu ini aku kehilangan adikku satu-satunya. Makanya aku datang ke sini untuk menjemput adikku karena dia sudah seharusnya pulang.” Jawaban Alice berhasil membuat Morgan tersentak hingga dengan cepat ia menjatuhkan tangannya dari genggaman Alice.
“Oh sial, kenapa aku malah melupakan satu hal kalau Briel itu adalah adik dari wanita ini! Seandainya aku ingat, aku pasti tidak akan membukakan pintu untuknya!” batin Morgan merutuki kebodohannya sendiri.
“Aku tidak boleh membiarkan Brielle membuka mulut pada kakaknya! Pokoknya rahasia ini harus tersimpan rapat-rapat dan tidak ada boleh yang mengetahui kecuali aku dan Briel!” lanjut pria itu yang masih bergumam di dalam batinnya sendiri.
“Bagaimana Tuan Morgan, boleh aku membawa pulang adikku sekarang juga?” tanya Alice kembali dengan raut tegas ketika Morgan terdiam beberapa saat dan tak menjawab perkataannya.
Morgan pun tersadar dari lamunannya sendiri, ia segera menggelengkan kepala secara perlahan. “Tadi kamu bertanya apa, Alice? Maaf aku kurang mendengarnya karena jujur aku masih tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Eh, maksudku kamu sampai mendatangiku secara tiba-tiba ke sini.”
“Aku ingin membawa adikku pulang, Tuan Morgan! Dia sudah terlalu lama berada di tempatmu, dan tidak seharusnya kamu menahan dia di tempat tinggalmu selama ini tanpa memberitahu keluarga satu-satunya yang Brielle miliki, yaitu aku!” jawab Alice dengan lugas dan penuh penekanan.
“Oh maaf, Alice. Aku baru tahu sekarang bahwa kamu dan Brielle adalah adik kakak. Tapi sepertinya kamu harus tahu hal penting tentang hubungan aku dengannya sejak tiga Minggu yang lalu. Jadi aku dan Brielle sudah resmi menjadi sepasang kekasih dan aku bukan sengaja menahannya agar tidak pulang, tapi ini semua sudah menjadi keputusannya yang ingin tinggal di apartemenku yang mewah ini, dia mengatakan sudah bosan hidup serba kekurangan. Sepertinya tidak ada salahnya kan jika aku berusaha membahagiakan kekasihku dengan memberikannya tempat tinggal yang layak dan serba enak di sini bersamaku?” jelas Morgan dengan suara yang terdengar meyakinkan agar Alice percaya akan semua perkataannya, karena ia tidak ingin Brielle pergi meninggalkan apartemennya di saat misinya belum benar-benar berhasil, yaitu membuat Brielle hamil.
“Maaf juga Tuan, tapi kamu tidak punya hak atas dirinya. Sekali pun Briel memohon untuk tinggal di sini, seharusnya kamu datangi dulu keluarganya untuk meminta izin dan beri kejelasan atas hubungan kalian. Bahkan aku tidak tahu dengan siapa adikku pergi selama tiga Minggu ini, dan semua kontaknya tidak ada yang aktif. Apakah itu namanya adikku sedang menjalin hubungan dengan pria baik dan bertanggung jawab?” tanya Alice yang sama sekali tidak percaya bahwa adiknya menjalin hubungan dengan pria sekelas Morgan karena Chiko sudah memberitahu tentang siapa Morgan yang sebenarnya sebelum ia datang ke tempat ini.
Morgan terkekeh pelan mendengar perkataan Alice. Rasanya ia malas sekali berurusan dengan seorang wanita.
"Sial, kenapa aku lupa bertanya pada Briel apakah dia masih punya keluarga atau tidak? Kenapa aku bisa berpikir kalau dia hanya hidup sebatang kara di dunia ini? Argh, bisa-bisa misiku gagal kalau Alice sampai mengetahui bahwa sebenarnya aku hanya memanfaatkan adiknya saja untuk memuluskan rencanaku! Aku tidak bisa membiarkan semua itu terjadi! Ayo pikirkan caranya Morgan, kau tidak boleh gagal di saat tujuanmu hampir tercapai!" batin Morgan sembari mengepalkan kedua telapak tangannya dan memutar otak untuk menemukan alasan demi mempertahankan Brielle agar tetap berada di sini bersamanya.
Morgan pun kemudian berdeham setelah menemukan kata-kata yang pas untuk meyakinkan Alice tentang hubungannya bersama Brielle.
"Untuk hal satu itu aku benar-benar minta maaf, Alice. Sungguh aku tidak tahu kalau Brielle masih memiliki keluarga di sini karena Briel mengatakan padaku kalau dia hidup sendirian tanpa orang tua dan sanak saudara, makanya aku berpikir dia tidak memiliki kakak. Maaf jika sikapku terkesan kurang ajar karena mengajak Brielle tinggal di sini tanpa meminta izin darimu. Soal semua kontaknya yang tidak dapat dihubungi, itu karena keinginan Briel sendiri. Dia sengaja mengganti nomornya dan tak lagi memakai semua akun sosial medianya karena dia ingin memulai hidup yang baru bersamaku dan meninggalkan masa lalunya. Aku dan Briel saling mencintai, jadi aku akan selalu mendukung apa pun keputusannya asalkan itu bisa membuatnya bahagia. Kamu sebagai seorang kakak pasti ikut bahagia kan jika adikmu bahagia bersama pria yang dicintainya, Alice?" Morgan mulai memainkan sandiwaranya di hadapan Alice, berharap wanita itu tenggelam dalam permainannya dan melupakan niatnya untuk membawa Brielle pulang, setidaknya sampai rencananya berhasil untuk menghancurkan pernikahan Jessica dan Brendan.
Alice yang sudah tahu bahwa apa yang Morgan katakan semuanya adalah sandiwara, ia pun coba mengikuti drama itu sampai dirinya diizinkan masuk untuk bertemu dengan sang adik.
"Benarkah? Seandainya apa yang kamu katakan itu benar, maka aku pasti akan ikut bahagia mendengar adikku bahagia bersama kekasih barunya." Alice bertanya untuk meyakinkan Morgan bahwa dirinya benar-benar percaya akan perkataan pria itu.
"Benar, Alice. Apa yang aku katakan padamu tadi semuanya benar. Aku sangat mencintai Brielle dan ingin serius dengannya. Maka dari itu, tolong izinkan aku untuk terus bersama Briel. Biarkan dia tinggal di sini bersamaku demi kebahagiaannya." Dengan raut memohon dan terlihat penuh kesungguhan, Morgan mengatakan semua itu di depan Alice.
"Kalau begitu izinkan aku bertemu dengan Brielle, aku juga harus memastikan bahwa dia benar-benar ingin tinggal bersamamu. Aku harus mendengar penjelasan darinya secara langsung tentang hubungan kalian. Jika dia benar-benar bahagia bersamamu, maka aku akan pergi dan aku percayakan Briel padamu sepenuhnya."
Walau jawaban Alice cukup menyenangkan untuk Morgan dengar karena wanita itu percaya atas perkataannya, namun di sisi lain permintaan Alice sungguh memberatkan Morgan untuk dipenuhi karena khawatir Brielle akan mengatakan yang sebenarnya pada Alice bahwa selama ini keduanya hanya rekan di atas ranjang demi keuntungan dirinya.
"Damn it! Kenapa dia sekarang malah minta bertemu Brielle? Bisa-bisa semuanya akan terbongkar kalau mereka bertemu, apalagi aku belum mengatakan apa-apa pada Briel saat berada dalam kondisi seperti ini! Briel juga sih, kenapa tidak bilang sama aku kalau dia punya punya kakak, jadi aku bisa mengantisipasi jika hal ini terjadi," batin Morgan yang tengah merasa panik seraya mengumpat di dalam hati.