Setelah mengetahui adiknya menghilang dalam waktu yang cukup lama, Alice pun segera menyelidiki siapa Morgan yang Jen maksud dari salah satu barista yang bekerja di bar tersebut. Barista itu bernama Chiko, salah satu bartender yang sering melayani Morgan dan juga Brielle bersama teman-temannya.
Dengan bantuan Jen, Nella, dan Lisa, kini Alice berhasil membawa Chiko keluar dari bar agar ia leluasa untuk banyak bertanya mengenai sosok Morgan dan seperti apa hubungan Brielle dengan pria itu.
“Hei, siapa sebenarnya kamu ini? Dan ada urusan apa kamu meminta mereka untuk membawaku keluar dan menemuimu di sini? Apakah sebelumnya kita pernah bertemu, Nona?” tanya Chiko dengan kedua alis yang saling bertaut, setelah ia berdiri berhadapan dengan Alice karena diminta oleh tiga pelanggannya untuk keluar dan meninggalkan pekerjaannya sejenak.
“Kita sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling kenal, tapi aku merasa ada urusan dengan kamu, Chiko. Aku Alice, kakaknya Brielle. Kamu tahu kan siapa Brielle karena kamu adalah barista yang sering melayaninya saat dia datang ke bar ini.”
“Ya, aku kenal dia dengan cukup baik. Lalu kamu ada urusan apa denganku, Nona?” tanya Chiko yang masih belum mengetahui bahwa Brielle hingga detik ini belum kembali ke pulang setelah memutuskan pergi bersama Morgan tiga Minggu silam, entah untuk urusan apa.
Namun, satu yang Chiko tahu pasti Brielle dan Morgan tengah merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan Brendan karena ia pernah dibayar oleh Morgan untuk memberikan Brendan minuman yang telah diberi obat perangsang, berharap pria itu lepas kendali dan berhubungan badan dengan Brielle, wanita yang juga dibayar Morgan untuk memuluskan rencananya akan tetapi berakhir gagal.
“Jen bilang kamu memberitahunya dengan siapa Brielle pergi pada malam itu, jadi kamu pasti tahu betul kan siapa pria yang membawa Briel pergi meninggalkan tempat ini tiga Minggu yang lalu?” tanya Alice yang tidak ingin terlalu banyak basa-basi karena merasa tidak memiliki banyak waktu mengingat saat ini adiknya tengah menghilang tanpa kabar.
“Ya, aku tahu siapa pria yang membawa Briel pergi. Pria itu adalah Tuan Morgan, salah satu teman Briel dan mereka saling mengenal di tempat ini. Lalu kenapa kamu ingin mencari tahu tentang siapa pria itu, Nona? Sebaiknya kamu jangan berurusan dengan Tuan Morgan,” tanya Chiko dan mengakhiri kalimatnya dengan memberi saran.
“Kamu tahu seperti apa ciri-ciri pria yang bernama Morgan itu? Atau mungkin kamu ada fotonya?” tanya Alice yang terus berusaha menggali informasi.
“Tapi jawab dulu pertanyaanku, Nona, untuk apa kamu ingin mengetahui Tuan Morgan?” tanya Chiko yang tak ingin sembarangan memberitahu tentang Morgan pada orang asing karena ia tidak mau berurusan dengan Morgan hanya karena masalah ini.
“Briel menghilang sejak tiga Minggu yang lalu, apa kamu tidak menyadari itu, Chiko? Jadi aku harus tahu siapa Morgan, di mana dia tinggal dan seperti apa ciri-cirinya karena aku ingin mencari adikku yang tiba-tiba saja hilang tanpa jejak setelah pergi dengan Morgan.” Sorot mata Alice tampak memohon ketika menatap manik mata Chiko yang menatapnya lekat-lekat saat ini.
“Really? Brielle menghilang dan dia tidak pulang sejak pergi dengan Tuan Morgan? Tapi Nona, tidak mungkin Tuan Morgan menahan Briel untuk tidak pulang jika memang mereka memutuskan untuk pergi berkencan pada malam itu, aku tahu siapa Tuan Morgan,” jawab Chiko yang tampak ragu dan tidak percaya dengan perkataan kakak dari Brielle.
“Kalau begitu aku harus memastikan sendiri apakah benar pria itu memulangkan Briel dalam keadaan baik-baik saja? Kalaupun benar, ke mana dia memulangkan Briel sampai adikku tidak pulang ke apartemennya dan semua kontaknya, termasuk akun sosial medianya juga tidak ada yang aktif?!” Alice sedikit memaksa Chiko agar segera memberikan informasi tentang siapa Morgan yang sebenarnya agar ia secepatnya bisa mencari di mana Brielle saat ini.
Ada perasaan tidak tega untuk tidak memberitahu siapa pria yang telah membawa adik dari wanita yang berdiri di hadapan Chiko saat ini. Wanita itu tampak ketakutan jika sesuatu hal buruk terjadi pada adiknya. Itu semua tampak jelas dari kedua sorot matanya yang sudah berkaca-kaca, tetapi Alice berusaha sekuat tenaga menahan agar bulir-bulir kristal yang sudah menganak itu tidak terjatuh di hadapan orang lain yang tak dikenalnya.
“Aku tidak bisa terus berusaha menyembunyikan identitas Tuan Morgan, sementara adik dari wanita ini dalam bahaya jika benar sedang terlibat suatu urusan dengannya sampai tidak pulang tiga Minggu lamanya. Aku pun tidak ingin jika sesuatu hal buruk menimpa Briel karena kecintaan Tuan Morgan pada istri dari sahabatnya sendiri. Lebih baik aku memberitahu wanita ini agar Briel segera ditemukan dan terbebas dari jerat Tuan Morgan,” batin Chiko menimang-nimang segala sesuatunya sebelum memutuskan.
“Chiko please, tolong beritahu aku tentang Morgan. Aku janji tidak akan mengatakan padanya bahwa kamu yang memberitahu informasi tentangnya. Aku mohon, karena aku merasa adikku tidak dalam keadaan baik-baik saja, sudah beberapa malam ini aku selalu mimpi buruk tentangnya dan aku merasa dia membutuhkan pertolonganku, karena dia hanya punya aku setelah kedua orang tua kita pergi meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Aku mohon, tolong mengertilah dan tolong sebentar saja posisikan dirimu berada di posisiku saat ini…” Dengan memohon sembari mengatupkan kedua telapak tangannya di hadapan Chiko, Alice rela merendahkan harga dirinya demi menemukan keberadaan sang adik.
Chiko sungguh tidak tega jika melihat ada wanita yang memohon padanya seperti itu. Ia pun segera menganggukkan kepala dan bersiap untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh Alice.
“Ok, aku akan memberitahumu, terserah kamu akan mengatakan padanya bahwa kamu mengetahui informasi ini dariku atau bukan karena aku pun sangat mencemaskan Briel setelah mengetahui dia tidak pulang sampai selama ini. Aku tidak peduli jika harus berurusan dengan orang seperti Tuan Morgan karena yang terpenting Brielle bisa segera kembali dan berhenti berurusan dengannya.” Jawaban Chiko seperti memberi angin segar untuk Alice yang tengah dirundung kecemasan tak berujung.
“Thank you, Chiko. Aku sudah menebak bahwa kamu adalah pria yang baik, dan ternyata benar kamu sangat care pada Brielle. Dia pasti bangga memiliki teman sebaik kamu,” ucap Alice dengan halus dan mata yang berbinar-binar karena usahanya ternyata tidak berakhir sia-sia. Ia masih memiliki harapan besar untuk segera menemukan Brielle setelah Chiko menyampaikan sesuatu hal tentang Morgan padanya.
“Aku tidak sebaik yang kamu pikir, Nona, tapi aku akan menyampaikan informasi yang sebenar-benarnya padamu. Jadi Tuan Morgan itu adalah anggota satuan SWAT yang sangat sering mendatangi bar ini di saat ada waktu luang seperti ketika dia pulang kerja. Jujur, dia bukan orang baik seperti sikapnya yang ditunjukkan di hadapan kita, dia adalah seorang pemain handal yang pandai berdusta. Kebanyakan orang tertipu dengan sikapnya, mungkin salah satunya adalah Brielle. Jadi aku pun merasakan hal yang sama sepertimu, Briel tidak dalam keadaan baik-baik saja dan sekarang dia pasti berharap ada yang menyelamatkannya untuk dapat bebas dari Tuan Morgan. Saranku, segeralah datang ke Apartments Sierra Towers unit 07 lantai 8. Aku yakin Tuan Morgan pasti membawa Briel ke sana. Aku mohon, selamatkan Briel dan bawa dia pulang, Nona.”
Perasaan Alice kian berkecamuk tak karuan, rasa takut itu semakin bergulung-gulung menguasai pikirannya. Ia takut, jika ternyata kedatangannya terlambat untuk menemui Brielle setelah mendengar seperti apa sosok Morgan yang diceritakan oleh Chiko. Jantung Alice tiba-tiba saja seperti lemah berdetak karena memikirkan nasib adiknya saat ini, ada rasa penyesalan karena melepaskan Brielle pergi dari rumah adalah sesuatu hal yang keliru dan merupakan kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Tanpa dapat ditahan lagi, air mata Alice pun jatuh begitu saja membasahi pipinya. “Briel, aku mohon jaga dirimu dengan baik sampai aku datang menjemputmu. Please, tunggu aku di sana…” batinnya dengan lirih di kedalaman hati sambil meremas rambutnya kuat-kuat.