Mendengar perintah Brendan, mau tak mau Jessica pun segera membaca caption yang Patrick tuliskan. Dan perasaan wanita itu dibuat hancur berkeping-keping karena difitnah oleh Patrick atas kesalahan yang tidak pernah ia lakukan. Semua perkataan yang Patrick tuliskan dalam caption di postingannya tidak ada yang benar.
Air mata terus berjatuhan membasahi wajahnya. Jelas Jessica menangis, karena ia difitnah oleh seorang pria yang ia anggap selama ini adalah sahabatnya, dirinya dihujat banyak orang dan dibentak oleh Brendan untuk pertama kalinya karena fitnah yang Patrick sebarkan. Jessica sama sekali tidak menangis atas kepergian Patrick, ia hanya sakit hati karena Patrick pergi dengan meninggalkan fitnah untuknya.
"Brendy, semua yang Patrick katakan itu tidak ada yang benar. Sumpah demi Tuhan, aku tidak seperti yang dia katakan. Aku tidak pernah suka sama dia, aku tidak cinta dengan Patrick, selama ini aku hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat, tidak lebih dari itu. Aku juga tidak pernah menghabiskan malam bersamanya seperti yang dia tuliskan di caption, itu tidak benar. Selama ini aku dan Patrick bersahabat seperti aku dengan Daisy. Hanya teman bercerita, sambil makan atau ngopi bareng." Jessica menjelaskan keadaan yang sebenarnya bahwa dirinya difitnah oleh Patrick yang sengaja menciptakan kebohongan publik sebelum ia memutuskan untuk pergi meninggalkan dunia dengan cara bunuh diri.
Suara Jessica terdengar begitu lirih dan lemah, ia berharap Brendan percaya dengan penjelasannya. Namun, harapan Jessica kali ini tak terwujud karena Brendan lebih mempercayai apa yang telah ia saksikan dari video yang dikirim oleh Charlie, karena melihat gelagat mencurigakan Jessica setiap kali terlibat pembahasan tentang Patrick membuat Brendan semakin yakin bahwa istrinya telah berselingkuh.
"Cukup, Jess! Cukup kamu bersandiwara di hadapanku. Semuanya sudah cukup jelas karena kejadian demi kejadian yang seperti puzzle sudah bergabung dan menjadi satu. Sekarang aku paham apa alasan yang membuat kamu ingin berpisah denganku, karena kamu sudah memiliki pria idaman lain, pria yang bisa memberimu kebahagiaan, kenyamanan dan perhatian setiap hari. Perkataan Patrick waktu itu juga sudah cukup membuktikan bahwa dia teramat mencintaimu. Penjelasan Ava, asistenmu juga semakin memperkuat dugaanku, kamu dan Patrick memiliki hubungan spesial di belakangku. Waktu selama 6 bulan kamu berubah tentu itu ada alasannya, dan sekarang aku paham alasannya adalah Patrick. Tadinya aku berusaha menampik kenyataan pahit itu bahwa kamu dan Patrick pernah menjalin hubungan, kalaupun benar aku pasti akan memaafkan karena aku tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya. Tetapi sekarang aku tahu hubungan kalian, bahkan aku memiliki kesempatan untuk melihat adegan perselingkuhanmu dengan Patrick di dalam ruangan tempat di mana aku tengah dirawat intensif pada malam itu. Aku memang tidak tahu sejauh apa hubunganmu dengan pria lain di luar sana, tapi hatiku tidak sekuat itu untuk bisa menerima semuanya, Jess. Hanya karena kamu aku bisa menangis dan selemah ini, Jess. Kamu sungguh luar biasa, akting kamu benar-benar berhasil menipuku. Kamu sangat berbakat, Jessy."
Tangisan Jessica semakin terisak-isak mendengar perkataan Brendan yang tidak percaya atas penjelasannya. Perasaannya hancur tak tersisa karena satu-satunya orang yang wanita itu harapkan untuk percaya adalah suaminya. Jessica tak peduli jika di luar sana ada banyak ribuan orang yang tidak percaya dengan perkataan yang terlontar dari mulutnya, karena yang terpenting baginya adalah Brendan. Hanya Brendan yang ia harapkan untuk percaya dan membelanya karena Jessica adalah korban di sini. Namun, harapannya harus runtuh bersamaan dengan air mata yang terus berlinangan tanpa henti.
"Brendy, tolong percaya sama aku ya sayang. Sumpah aku tidak berbohong, apa yang aku katakan padamu tadi adalah sebuah kenyataan, karena aku dan Patrick tidak pernah menjalin hubungan sejauh yang kamu pikirkan. Aku dan dia hanya bersahabat, lalu aku difitnah dengan cara seperti ini. Dia pasti sengaja bunuh diri agar aku semakin terpojokkan, supaya aku tidak dapat melakukan pembelaan, dan aku disalahkan semua orang atas kesalahan yang tidak pernah aku lakukan sama sekali. Sumpah Brendy, aku tidak membalas ciumannya pada saat dia melecehkanku. Aku sudah berusaha memberontak dengan sekuat tenaga, tapi tenagaku kalah kuat dengannya. Aku merasa trauma karena kejadian itu, tapi aku berusaha menutupinya dari kamu karena aku nggak mau kamu berpikir yang tidak-tidak dan membuatmu semakin kecewa jika harus mendengar kejadian itu. Tolong percayalah, sayang… Aku mohon percaya dengan semua yang aku jelaskan karena aku berani bersumpah, aku tidak berbohong…"
"Aku bilang cukup, Jess, tidak perlu lagi melanjutkan kata-katamu. Semakin kamu menjelaskan itu hanya akan semakin melukai perasaanku. Apa tidak puas kamu melukaiku setelah kejadian kemarin?" tegas Brendan yang tak ingin lagi mendengar perkataan Jessica.
"Kalau aku tidak boleh menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi sama kamu, lalu aku harus apa biar kamu percaya? Aku hanya ingin kamu percaya dengan apa yang aku katakan ini, Brendy. Aku hanya butuh satu orang yang percaya dan membelaku ketika di luar sana ada banyak orang yang menggunjingku, aku cuma mau kamu jadi satu-satunya orang yang percaya karena aku adalah korban di sini. Please, percaya sama aku, sayang … aku butuh kamu," mohon Jessica dengan menangis perih.
"Tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi padaku, Jess. Aku tidak mau mendengarnya lagi. Lebih baik kamu simpan penjelasanmu itu untuk disampaikan pada semua orang yang menunggu klarifikasi darimu tentang kematian Patrick! Kita pulang pagi ini!" jawab Brendan yang tak menghiraukan permohonan Jessica sama sekali. Ia malah memerintahkan agar Jessica lekas bersiap untuk kembali pulang ke Los Angeles secara mendadak, padahal masih ada dua hari yang tersisa di kota ini, tapi Brendan memilih mempercepat kepulangannya karena masalah ini.
"Pulang? Aku nggak mau pulang kalau hubungan kita masih tidak baik-baik seperti ini, Brendy! Aku mau pulang kalau kamu percaya bahwa aku tidak selingkuh dengan Patrick. Aku tidak berharap kita pulang dari Paris ke Los Angeles dengan masalah seperti ini, aku malah berharap yang sebaliknya, kita pulang dengan diselimuti kebahagiaan, Brendy." Jessica mengutarakan keinginan dan harapannya yang tidak pernah bermimpi pulang honeymoon dengan membawa masalah besar seperti ini, bukan kabar bahagia untuk disampaikan pada orang-orang yang menyayangi mereka.
"Aku tidak sedang memberimu pilihan, Jessy! Ini adalah perintah, mau atau tidak itu semua urusanmu karena aku akan tetap pulang pagi ini. Dan kamu harus tahu satu hal, yang membuat hubungan kita hancur bukanlah kemauanku tapi itu karena ulahmu di belakangku bersama Patrick!" jawab Brendan dan segera berlalu dari hadapan Jessica, kembali memasuki kamar masih dengan wajah yang dibasahi bulir-bulir kesedihan.
Brendan meninggalkan Jessica di balkon kamar sendirian, membiarkan wanita itu menangis sepuasnya di sana untuk menyesali kesalahannya yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi.
"Kenapa semuanya menjadi seperti ini Tuhan? Kenapa begitu cepat Kau mengganti kebahagiaanku dengan kesedihan? Apa aku tidak pantas hidup bahagia bersama Brendan tanpa gangguan? Apa salahku sampai Patrick tega memfitnahku, mengatakan pada semua orang yang membaca postingannya bahwa aku adalah w************n dan telah berselingkuh dengannya?" tangis Jessica yang seketika pecah setelah ditinggalkan Brendan begitu saja.
Wanita itu merasa hancur karena harus menghadapi kenyataan pahit ini sendirian, ditambah pria yang ia harapkan untuk percaya malah terus menuduhnya berbohong walau ia sudah menjelaskan kenyataan yang sebenarnya.
"Bahkan suamiku menolak untuk percaya. Lalu aku harus apa, Tuhan? Apa yang harus aku lakukan untuk mengembalikan kepercayaan suamiku? Tolong katakan, aku harus apa…" tanya Jessica yang semakin terisak-isak dalam tangisannya dengan rasa sesak yang menusuk-nusuk d**a.