Ketakutan Jessica

2432 Kata
Setelah menyelesaikan aktivitas mandi bersama, Jessica dan Brendan pun bersiap untuk kembali melanjutkan tidur sampai mentari pagi membangunkan keduanya. Namun, saat Jessica sudah terlelap lebih dulu, Brendan malah terlihat begitu gelisah dengan hati yang berdebar-debar. Pikirannya tak tenang dan terus teringat dengan sosok Gwen, sang ibu mertua. Entah mengapa Brendan merasa ada sesuatu yang terjadi di Los Angeles tetapi Gwen enggan untuk mengatakan padanya dan juga pada Jessica. Mengingat Gwen sangat jarang menghubungi Jessica hanya untuk bertanya hal remeh seperti tadi. Bahkan wanita paruh baya itu juga menanyakan tentang keberadaan mereka saat ini, sangat aneh menurut pikiran Brendan. "Mommy Gwen kenapa ya? Kenapa sekarang aku malah terus mengingatnya? Apakah dia baik-baik saja selama aku dan Jessy tinggal pergi ke Paris?" batin Brendan yang bertanya-tanya di kedalaman hatinya. Hingga akhirnya pria itu berinisiatif untuk menghubungi Gwen dan coba menanyakan keadaannya saat ini. Namun, baru saja Brendan meraih ponselnya yang semula berada di atas nakas untuk menghubungi Gwen, ponselnya malah bergetar tanda ada panggilan masuk dari seseorang. "Charlie... Tumben sekali dia menghubungiku? Kira-kira ada apa ya?" gumam Brendan yang merasa tumben pada salah satu rekan yang merupakan anggota SWAT yang sering satu tim bersamanya saat hendak melaksanakan tugas-tugas tertentu itu menghubunginya jika bukan soal urusan penting. Brendan pun bergegas beranjak pergi meninggalkan ranjang karena tak ingin suaranya saat menjawab panggilan dari Charlie sampai membangunkan sang istri yang baru terlelap. Setibanya di balkon kamar hotel, Brendan pun segera menjawab panggilan tersebut dengan rasa penasaran akan sesuatu yang hendak Charlie sampaikan padanya. Tetapi ia berharap, semoga itu bukan panggilan yang memintanya untuk lekas kembali bekerja dalam waktu dekat, mengingat masih ada dua hari lagi yang tersisa untuknya bersama Jessica menghabiskan waktu di kota Paris. "Halo, Charlie. Ada apa, brother? Tumben banget nih menghubungiku," sapa Brendan dan langsung melontarkan pertanyaan pada Charlie. "Brendan, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja kan saat ini? Aku ikut berduka atas masalah yang sedang kau hadapi sekarang, Brendan. Aku tahu ini berat, tapi kau harus percaya satu hal bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah atas takdir Tuhan, dan yakinlah kau akan segera mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik." Penjelasan Charlie yang mengungkapkan rasa simpatik padanya membuat Brendan mengerutkan kedua belah alisnya. Ia tak mengerti dengan perkataan Charlie yang tiba-tiba saja menghubunginya untuk ikut berduka dan memberinya semangat juga kekuatan, seperti dirinya tengah menghadapi masalah yang begitu berat. "Hei, Charlie. Apa maksudmu berkata seperti itu? Kau ikut berduka atas apa? Memangnya aku kenapa? Dan aku mendapatkan pengganti yang lebih baik dari siapa?" tanya Brendan secara beruntun yang menuntut jawaban dari Charlie. Seketika Charlie tersentak kaget mendengar Brendan yang ternyata belum mengetahui berita yang sedang hangat dan tersebar luas di kota Los Angeles atas kematian Patrick yang patah hati karena ulah istrinya. "Brendan, apa kau belum mendengar berita tentang…" Tiba-tiba saja Charlie menghentikan kalimatnya karena merasa tak kuasa untuk mematahkan hati Brendan jika mengetahui kabar perselingkuhan istrinya dengan Patrick. "Tentang apa, Charlie? Ayo katakan, jangan setengah-setengah dan malah membuatku jadi penasaran!" tanya Brendan yang sangat gemas dengan tingkah Charlie di tengah-tengah malam yang terjadi di kota Paris. "Oh my God, sepertinya aku mengambil langkah yang salah. Ternyata Brendan belum mengetahui berita tentang kematian Patrick dan perselingkuhan Jessica. Pantas dia terdengar baik-baik saja ketika menjawab panggilan dariku. Tapi sekarang aku harus apa, aku sudah terlanjur menghubunginya. Apa aku harus berpura-pura saja seolah tidak tahu apa yang terjadi di sini? Tapi aku tidak tega membiarkan Brendan semakin tersakiti jika terus bersama Jessica. Ya Tuhan, aku benar-benar bingung," batin Charlie menyesali tindakannya saat ini karena telah terlanjur membuat Brendan penasaran atas apa yang hendak ia sampaikan. "Halo, Charlie… Kau masih di sana kan? Cepat katakan, kau ingin menyampaikan berita tentang apa padaku?" Brendan mengulang pertanyaannya kembali agar Charlie segera memberinya jawaban. "Brendan, sepertinya aku salah lihat berita deh. Aku pikir itu Brendan temanku yang merupakan anggota SWAT, tapi ternyata itu tentang Brendan yang lain. Sorry ya, aku malah ganggu waktumu." Charlie coba berkilah walau dengan perasaan tidak tega dan harus membohongi pria yang sudah ia anggap seperti seorang kakak untuknya. "Seorang Charlie bisa salah orang hanya tentang kesamaan nama Brendan? Ayolah Charlie, aku tahu kau orang yang seperti apa, kau tidak mungkin salah hanya karena kesamaan nama. Aku tahu Brendan yang kau maksud itu adalah aku. Pertanyaannya apa kau setega itu dengan sahabatmu sendiri dan memilih untuk menyembunyikan berita yang kau ketahui tapi kau tak ingin memberitahuku?" tanya Brendan yang pikirannya kian gelisah setelah mendapat panggilan dari Charlie saat ia hendak menghubungi Gwen untuk bertanya apa yang terjadi di sana. Brendan semakin yakin bahwa ada sesuatu yang Gwen sembunyikan darinya, terlebih kini Charlie tampak ragu untuk menyampaikan sesuatu yang pria itu ketahui padanya. Mendengar ucapan Brendan yang seperti itu membuat Charlie memilih untuk menyampaikan berita yang terjadi di Los Angeles, karena tak ingin membuat Brendan kecewa jika pada akhirnya ia mengetahui tentang berita itu sendiri. "Brendan, apa kau mengenal pria yang bernama Patrick?" tanya Charlie lebih dulu mengawali sebelum mengungkapkan semuanya. "Patrick? Ya, tentu aku sangat mengenalnya. Dia adalah seorang dokter sekaligus sahabatnya Jessica di rumah sakit yang sama. Memangnya kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang Patrick?" "Patrick bunuh diri pagi tadi," jawab Charlie yang seketika mengejutkan Brendan karena harus mendengar kabar tersebut. "Apakah kabar ini yang hendak Mommy Gwen sampaikan padaku dan juga Jessica? Tapi kenapa dia harus ragu untuk menyampaikan berita tentang kematian Patrick?" batin Brendan yang pikirannya semakin dibalut rasa penasaran. "Kau tahu dari mana tentang kabar ini, Charlie? Apakah sebelumnya kau mengenal siapa Patrick?" tanya Brendan yang ingin menuntaskan beragam pertanyaan yang muncul di benaknya. "Berita tentang kematian Patrick menjadi trending nomor 1 saat ini, Brendan. Dan sepertinya aku harus menyampaikan satu hal padamu bahwa berita yang tersebar bukan hanya tentang kematian Patrick, tapi juga alasan mengapa dia melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari atas jembatan. Alasannya adalah karena Jessica, dia menuliskan caption di akun i********: miliknya bahwa Patrick merasa patah hati karena dibohongi oleh Jessica. Dia memberikan pengakuan kalau Jessica hanya memberinya harapan palsu karena tak kunjung bercerai denganmu." Brendan terkejut mendengar cerita Charlie tentang sabab kematian Patrick. Seketika pikiran Brendan yang semula merasa gelisah menjadi dipenuhi amarah karena mendengar perkataan Charlie tentang istrinya. Namun, sebisa mungkin Brendan coba menolak kenyataan itu karena dirinya tak percaya bahwa wanita yang begitu ia cintai tega mengkhianatinya dan menduakan cintanya. "Itu tidak mungkin, Charlie. Dia pasti berbohong. Apa yang dia katakan tidak mungkin benar karena aku sangat percaya dengan istriku dan dia tidak mungkin berselingkuh di belakangku," ucap Brendan yang coba meyakinkan, tetapi suaranya terdengar bergetar. "Tapi sepertinya Patrick tidak mungkin bohong, Brendan. Dia menyertakan bukti foto dan video bersama Jessica. Bahkan di dalam video itu terlihat Jessica dan Patrick sedang berciuman di sebuah ruangan rawat, tempat mereka bekerja. Awalnya juga aku tidak percaya, sampai aku coba buktikan keaslian dari video yang Patrick unggah dan hasilnya itu nyata, bukan rekayasa." Brendan semakin syok mendengar pengakuan Charlie yang tidak mungkin menyampaikan berita bohong. Namun, kenyataan ini begitu berat untuk ia terima. Kenyataan yang tidak pernah ia bayangkan untuk terjadi dalam pernikahannya bersama Jessica. Seketika kepingan demi kepingan ingatan tentang perubahan raut wajah Jessica setiap kali membahas soal Patrick kembali berputar di benak Brendan. Ia pun teringat dengan penjelasan Patrick yang membahas soal perasaannya pada Jessica, ditambah perkataan Ava yang membenarkan kedekatan antara Jessica dan Patrick yang sering menghabiskan waktu bersama. Tanpa Brendan sadari air mata kecewa lolos begitu saja dari kedua sudut matanya, membasahi wajah keterkejutannya atas kabar yang ia dengar. "Charlie, tolong kirimkan video yang kau maksud. Aku ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri, apakah itu benar Jessica atau bukan, karena hanya aku yang dapat mengenali istriku sendiri." "Itu memang benar-benar Jessica, Brendan." "Tapi aku ingin lihat, Charlie! Cepat kirimkan saja videonya!" ucap Brendan yang mulai kehilangan kendali untuk menahan emosinya, hingga ia meluapkannya pada Charlie yang telah memberikannya informasi. Tanpa menunggu jawaban dari Charlie, Brendan segera memutuskan panggilan tersebut. Lalu pria itu menyandarkan kedua siku lengannya di atas teralis balkon. Bulir-bulir bening masih terus mengalir dari kedua sudut matanya yang sudah memerah karena menahan amarah. Hingga membuat bulir-bulir bening itu jatuh dari lantai 3 bangunan hotel tersebut. Di sanalah akhirnya Brendan terlihat hancur karena sebuah penghianatan yang nyata, terlebih kini kedua matanya tengah menatap dengan seksama sebuah video yang ia putar. Video yang dengan cepat Charlie kirimkan ke ponselnya. Brendan sangat terluka, hatinya bagaikan teriris sembilu dan ia tak kuasa untuk dapat menahan rasa perih yang tercipta, hingga pria sekuat Brendan meringis menahan sakit di kedalaman hatinya. "Jess kenapa kamu tega melakukan ini semua? Bahkan kamu tega berciuman dengan pria itu di kamar rawatku, di hadapanku yang masih kritis pada saat itu… Ya Tuhan Jessy, aku tidak menyangka ternyata kamu benar-benar mengkhianatiku. Kamu menduakanku dengan Patrick. Kamu tega Jess…" Brendan menangis perih ketika melihat adegan penghianatan Jessica bersama Patrick, terlebih adegan itu dilakukan di kamar rawatnya pasca insiden penembakan pada malam itu. Brendan membanting ponselnya dengan sekuat tenaga karena hatinya tidak sekuat itu untuk terus menyaksikan video istrinya tengah berciuman dengan pria lain, lalu Brendan berteriak untuk meluapkan rasa sesak di d**a. Mendengar suara gaduh dari balkon kamar dan disusul suara teriakan Brendan membuat Jessica terjaga dari tidur singkatnya. Ketika kedua mata wanita itu terbuka, sosok yang ia cari pertama kali adalah Brendan. Saat tak menemukan suaminya di posisi terakhir yang ia ingat tidur di sampingnya sebelum memejamkan kedua mata, Jessica pun segera bangkit dari atas ranjang dan melangkah menuju balkon kamar untuk mencari keberadaan Brendan. Ya, Jessica menemukan suaminya di sana. Namun, Brendan terlihat begitu hancur dan menangis pilu di sana dengan pandangan yang menatap langit malam yang bertabur bintang. Jessica pun segera menghampiri Brendan dan menyentuh pundaknya untuk bertanya mengapa pria itu menangis. "Brendy, kenapa kamu menangis di sini? Apa yang terjadi sayang?" tanya Jessica dengan suara yang lembut, walau hati dan pikirannya dipenuhi rasa cemas karena tiba-tiba saja mendapati Brendan menangis setelah apa yang baru saja mereka lalui bersama. Seketika Brendan memutar tubuhnya dan menampik lengan Jessica yang tengah menyentuh bahunya dengan kasar. "Ya ampun, Brendy. Aku salah apa sampai kamu menampik lenganku seperti itu?" tanya Jessica kembali yang sangat terkejut dengan sikap Brendan saat ini. Mata Brendan yang memerah menatap lekat wajah istrinya penuh rasa kecewa yang bercampur dengan amarah. Rahangnya mengeras dan menggertak kasar. "Kamu tanya kenapa, Jessy? Yakin kamu ingin mendengar kesalahanmu apa?" tanya Brendan dengan suara baritonnya dan terdengar berat, tidak seperti nada suara Brendan yang biasanya selalu terdengar lembut saat berbicara dengan Jessica. Tentu saja Jessica semakin merasa terkejut mendengar jawaban Brendan yang malah balik bertanya, terlebih nada suara pria itu terdengar beda tidak seperti biasanya. "Brendy, aku tidak mengerti dengan maksudmu. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba saja kamu berubah marah seperti ini? Bukankah tadi kita baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa. Lalu kenapa kamu jadi seperti ini, tiba-tiba saja marah dan membentakku?" tanya Jessica bingung dengan letak kesalahannya di mana, sementara sebelum ia memejamkan kedua matanya, Brendan dan Jessica tidak terlibat masalah apa pun, bahkan keduanya melewati malam ini dengan penuh kebahagiaan. "Kalau memang benar kamu ingin tahu di mana kesalahanmu, ambil ponsel kamu sekarang dan lihat postingan Patrick di Instagramnya!" titah Brendan dengan bibir bergetar, namun ia mengucapkan kalimatnya penuh penekanan. Seketika perasaan Jessica berubah tidak enak saat mendengar Brendan menyebut nama Patrick, bahkan pria itu memintanya untuk membuka i********: dan melihat postingan milik Patrick yang entah isinya apa. "Patrick? Untuk apa aku melihat postingannya, Brendy? Bahkan aku sudah berhenti mengikutinya di Instagram." Jessica coba bertanya untuk mengetahui apa yang dimaksud dan yang diinginkan oleh Brendan. "Buka sekarang dan tidak perlu banyak tanya, Jess!!" Brendan kembali mengulangi perintahnya dengan mata yang membulat sempurna dan mengarahkan tegas jari telunjuknya ke arah kamar agar Jessica segera mengindahkan perintahnya. Sejak pertama kali mereka bertemu dan saling mengenal satu sama lain hingga memutuskan untuk hidup bersama dalam mahligai pernikahan, ini adalah kali pertama Brendan membentak Jessica, membuat wanita itu ketakutan dan segera berlari ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya yang sedang di charger karena lowbat. Jessica yang panik segera melepas ponselnya dari charger dan menghidupkannya dengan cepat, lalu ia kembali berlari ke balkon kamar dan berdiri di hadapan Brendan seraya menyodorkan ponselnya yang baru saja menyala. "Ini ponsel aku sudah menyala, Brendy," ucap wanita itu yang terdengar begitu ketakutan, sehingga tak dapat berpikir dengan jernih. "Aku tidak butuh ponsel kamu. Pegang sendiri dan cari tahu apa isi postingan Patrick sekarang!" jawab Brendan yang menolak untuk menyentuh ponsel milik Jessica. Dengan jantung yang berdebar-debar dan berdetak tak karuan, Jessica segera membuka aplikasi i********: dan mengetik nama Patrick di kolom pencarian untuk melihat isi postingan yang Brendan maksud. Saat pertama kali membuka i********: wanita itu dibuat kaget melihat notif komentar yang meledek di postingan terakhirnya 2 hari yang lalu, namun Jessica terpaksa mengabaikannya walau penasaran dengan isi komentar yang tiba-tiba mencapai ratusan ribu dan ia memilih tetap fokus mengikuti apa yang Brendan perintahkan. Setelah berhasil mengunjungi akun i********: Patrick, wanita itu segera mengklik postingan terakhir yang di-share oleh mantan sahabatnya itu. Hingga seketika kedua mata Jessica membola ketika berhasil mencerna apa yang Brendan katakan akan letak kesalahannya. Jessica syok, ia benar-benar terkejut melihat foto dan video yang Patrick unggah hingga wanita itu tak kuasa untuk membaca caption panjang yang Patrick tuliskan di postingan tersebut. "Astaga, Patrick… Kenapa kamu melakukan ini padaku?" batin Jessica yang begitu kecewa di dalam hati dengan air mata yang mulai menetes. Wanita itu belum sempat membaca caption dari unggahan foto dan video tersebut karena tangannya seketika lemas tak bertenaga, pikirannya kacau sebab Brendan telah melihat video dirinya yang dicium secara paksa oleh Patrick pada malam itu. Hingga detik ini Jessica tidak mengetahui bahwa Patrick telah tiada. "Brendy, a-aku bisa menjelaskan semua ini. Tolong kamu jangan salah paham dulu ya karena semua tidak seperti yang kamu lihat," ucap Jessica dengan tatapan memohon dan coba meraih jemari suaminya untuk digenggam, namun Brendan mengelak dan menggelengkan kepala. "Lalu kejadian yang sebenarnya seperti apa? Apa ada adegan selanjutnya di ruangan itu setelah kalian berciuman?" tanya Brendan yang kecewa dengan air mata yang lagi dan lagi terjatuh, tak tertahan. "Tidak seperti itu, Brendy. Aku tidak berciuman dengannya tapi aku dipaksa, dia melecehkanku dan sengaja menjebakku dengan merekamnya diam-diam. Bahkan aku tidak tahu di mana dia meletakkan kameranya saat kejadian itu terjadi. Sungguh Brendy, semuanya tidak seperti yang ada di pikiran kamu." "Lalu kamu ingin menjelaskan apa soal caption yang Patrick tulis di postingan itu?" tanya Brendan kembali walau hatinya semakin terluka atas pertanyaan yang ia lontarkan pada Jessica, akan tetapi wanita itu terus berusaha mengelak. Jessica menautkan kedua alisnya karena mendengar pertanyaan Brendan mengenai caption yang ditulis oleh Patrick. "Ya Tuhan, caption apa yang dibuat Patrick? Apakah dia mengada-ada cerita untuk menghancurkan pernikahanku dengan Brendan?" batin Jessica bertanya-tanya dalam hati dan diselimuti rasa takut yang teramat besar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN