Kenyataan Menyakitkan

2784 Kata
Pagi-pagi sekali Brendan sudah mengajak Jessica check out dari hotel tempat mereka menginap selama lima malam di sana. Tanpa pembicaraan panjang lebar dan pembahasan tentang masalah yang terjadi di Los Angeles, keduanya melalui perjalanan menuju bandara tanpa suara. Baik Jessica dan Brendan keduanya berusaha memendam perasaan sedih satu sama lain di dalam hati, mengingat kini mereka berada di tempat umum dan tidak hanya berdua, tapi ditemani oleh seorang sopir taksi yang mengantarkan mereka menuju bandara. Kedua mata pasangan itu tampak sembab dan merah akibat terlalu lama menangis sampai pagi membawa keduanya untuk bergegas pergi. "Apa yang harus aku lakukan saat tiba di Los Angeles nanti? Bagaimana jika tiba-tiba saja ada banyak orang yang menyerangku untuk meluapkan rasa marahnya karena kebohongan yang Patrick buat? Mereka sungguh marah dan membenciku atas kesalahan yang sama sekali tidak pernah aku lakukan, bahkan mereka sampai tega melontarkan kata-kata pedas dan sumpah serapah di kolom komentar postingan Instagramku, padahal aku tidak tahu alasan mengapa Patrick sampai nekat melakukan bunuh diri? Ya Tuhan, kenapa cobaan kali ini terasa begitu berat untuk dapat aku lalui? Semua terasa berat karena suamiku pun tidak percaya dengan penjelasanku. Aku benar-benar bingung harus berbuat apa, dan harus menjelaskan apa untuk membuat orang lain percaya karena suamiku sendiri pun sudah tidak ingin lagi mendengarkan perkataanku, bagaimana dengan orang lain?" batin Jessica yang pikirannya begitu terbebani karena masalah yang menghampiri hidupnya terasa amat berat untuk dipikul seorang diri. Bertanya-tanya dalam hati tak membuat Jessica dapat menemukan jawaban atas pertanyaannya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk pasrah dan mengikuti takdir Tuhan yang telah merancang alur hidupnya. "Ya Tuhan, sekarang aku pasrah. Aku akan menjalani apa pun yang terjadi di sana. Aku akan tetap menjelaskan kejadian yang sebenarnya, mereka percaya atau tidak itu urusan mereka. Jika aku sudah menjelaskan semuanya tapi mereka masih membenciku dan tidak percaya dengan perkataanku, itu juga urusan mereka karena aku tidak bisa memaksakan kehendak orang lain, termasuk kehendak suamiku sendiri. Aku akan berusaha untuk ikhlas menjalani ujian ini Tuhan, walau semua ini terasa sangat berat harus aku lalui sendirian tanpa ada yang merangkulku untuk menguatkan aku yang lemah ini," batin Jessica kembali untuk mengakhiri gumaman hatinya dan memilih diam sampai waktunya tiba di mana ia harus bersuara untuk menyuarakan kebenaran yang ada. *** Pukul 10 pagi, waktu di kota Los Angeles. Tampak awak media sudah bersiap di bandara untuk menyambut kepulangan Jessica dan Brendan yang diketahui akan segera tiba di Los Angeles hari ini setelah menyelesaikan liburan di kota Paris. Ya, tidak ada yang mengetahui bahwa hubungan Jessica dan Brendan renggang karena masalah Patrick. Semua orang juga tidak ada yang tahu bahwa kepulangan Jessica dan Brendan ke Los Angeles hari ini bukan karena waktu liburan keduanya di Paris telah usai, tetapi karena masalah ini jualah yang membuat liburan mereka harus berakhir cepat dari waktu yang telah ditentukan. Tidak hanya awak media, sekelompok netizen yang dibuat murka atas kematian Patrick yang diketahui disebabkan oleh Jessica pun telah tiba di sana. Mereka berkumpul dan terus membicarakan soal Jessica sambil menunggu sosok wanita yang mereka nantikan tiba di bandara. "Begitu Jessica tiba dan muncul di hadapanku, aku akan langsung menarik rambutnya!" ucap salah seorang wanita yang dibuat geram atas sikap Jessica yang mencerminkan sesuatu yang tidak baik dengan berselingkuh dan menyakiti dua hati pria sekaligus. Wanita itu termasuk salah satu dari sekelompok netizen yang membenci Jessica dan ikut hadir di sana. "Hei, apakah kamu seserius itu dan punya nyali yang besar untuk menjambak rambutnya?" tanya salah satu sahabatnya yang tidak habis pikir jika wanita itu sampai bertindak senekat itu. "Why not? Lagipula kenapa harus takut? Aku akan membalaskan rasa sakit hati Patrick pada wanita itu agar dia tenang di Surga!" ucap wanita berusia 22 tahun itu dengan berani. "Tapi masalahnya ... wanita itu suaminya adalah seorang polisi elite. Kamu mengerti kan maksudku, Cla?" Sementara sahabatnya coba menyadarkan agar wanita bernama Clara itu tidak bertindak nekat. "Aku tidak akan takut apa pun profesi suaminya Jessica! Bahkan aku berani untuk menampar wajah wanita itu di hadapan suaminya, agar dia tahu bagaimana kelakuan istrinya sampai membuat pria lain patah hati dan akhirnya memutuskan bunuh diri!" "Clara, tidak perlu berlebihan seperti itu. Kita datang ke sini cukup untuk menyampaikan uneg-uneg kita kepada Jessica, agar dia menyadari kesalahannya." "Tapi mengungkapkan uneg-uneg saja tidak cukup untuk membuat Patrick tenang di sana," jawab Clara yang selalu membantah perkataan temannya. "Apakah kamu bisa menjamin bahwa Patrick akan bahagia dan tenang di atas sana jika melihat wanita yang dicintainya ditampar oleh tanganmu itu? Tidak Clara, Patrick sangat mencintai Jessica makanya dia sampai nekat untuk bunuh diri karena cintanya tidak terbalaskan dengan tulus. Jadi kita cukup menyadarkan Jessica agar dia mau bertaubat dan tak lagi bermain api di belakang suaminya hingga menyebabkan pria lain terbawa perasaan hingga berakhir mengenaskan seperti ini." Sahabat dari Clara yang juga coba memperjuangkan kebahagiaan Patrick yang telah tiada berusaha menyadarkan Clara agar tidak bersikap berlebihan ketika Jessica sudah tiba di bandara. "Ah, aku malas bicara denganmu!" balas Clara yang segera memutar tubuhnya untuk membelakangi sahabatnya karena tidak ingin perdebatan ini berlanjut dan semakin panjang. Tak lama kemudian terlihat dari jauh kemunculan Jessica bersama suaminya untuk pergi meninggalkan bandara menuju kediaman Gwen. Melihat seseorang yang begitu mereka nantikan, segerombolan awak media dan sekelompok netizen berlari menghampiri Jessica. "Itu Jessica. Ayo cepat kejar!" ujar salah seorang haters Jessica yang tidak ingin kehilangan momen untuk mengata-ngatai Jessica yang telah dengan tega melukai perasaan Patrick. "Jessica … akhirnya Anda tiba juga di Los Angeles. Bagaimana kabar Anda hari ini, Jessica? Dan bagaimana perasaan Anda saat pertama kali kembali ke kota ini dengan kabar kematian Patrick?" "Apakah liburan Anda di Paris menyenangkan bersama Tuan Brendan, Jessica? Bagaimana tanggapan Anda begitu mengetahui pertama kali kabar tentang kematian Patrick saat Anda tengah berlibur untuk merayakan anniversary pernikahan kalian yang kelima tahun?" "Apakah Anda merasa terpukul atas kabar mengejutkan ini, Nona Jessica?" "Kapan terakhir Anda berkomunikasi dengan Patrick? Apakah sebelumnya kalian terlibat perdebatan sampai Patrick frustasi dan memilih untuk mengakhiri hidupnya sebagai pilihan terakhir?" "Apakah Anda merasa sangat menyesal atas apa yang terjadi saat ini, Nona?" "Kapan rencananya Anda akan mendatangi makam Patrick?" "Apakah Anda memiliki rencana untuk mendatangi keluarga Patrick dalam waktu dekat ini, Jessica?" Diberondong banyak pertanyaan dari awak media membuat Jessica seketika stres, kepalanya sakit dan ia merasa mual. Wanita itu sangat syok karena ternyata ada banyak wartawan yang menantikan kedatangannya di bandara. Padahal Jessica tidak berharap kepulangannya dinantikan oleh para awak media karena ia tidak berniat untuk memberikan klarifikasi di tempat tersebut. "Stop! Please, stop! Tolong hentikan pertanyaan kalian semua. Aku pusing mendengar begitu banyak pertanyaan. Tolong berikan aku waktu untuk menenangkan diri dan jika aku sudah siap, aku akan membuat press conference untuk klarifikasi dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Aku mohon, tolong pengertiannya!" pinta Jessica yang memohon untuk diberikan waktu sampai dirinya siap dengan bercucuran air mata, karena apa yang Jessica pikiran sewaktu di Paris untuk memberikan klarifikasi begitu tiba Los Angeles tidak semudah apa yang dibayangkan. Terlebih tiba-tiba saja kondisinya drop saat dihadapkan banyak wartawan yang memberondongnya dengan banyak pertanyaan. Sementara pandangan Brendan tampak kosong saat menatap lurus ke depan, bahkan ia hanya sedikit menyimak dari apa yang Jessica katakan, dan orang-orang yang berada di depannya tampak diam tanpa suara. "Dasar kau w************n!" "Tidak perlu kau berakting di hadapan kamera dengan menangis seperti itu, hanya untuk menghindari pertanyaan dari wartawan! Lebih baik kau mengaku saja kesalahanmu pada Patrick!" "Dasar wanita tidak punya hati, seharusnya kau jangan memberi harapan palsu pada Patrick, sehingga dia tidak berharap lebih, tapi kau tak kunjung cerai dari suamimu dan hidup bersamanya sesuai janjimu yang palsu itu!" "Dasar kau pembunuh! Patrick mati karena kau, Jessica! Patrick mati karena kau mematahkan semangat hidupnya dan juga harapannya. Kau harus bertanggung jawab, Jessica!" Namun, seketika kesadaran Brendan kembali saat mendengar ucapan yang dilontarkan oleh banyak haters Jessica, bahkan sampai berani melempar tomat busuk ke arah wajah wanita yang masih berstatus sebagai istrinya. Kejadian tak terduga pun terjadi, saat salah satu haters lainnya berani menjambak rambut Jessica dan hampir menampar pipi mulus wanita itu. Tetapi tamparan itu tak mendarat mulus karena Brendan berhasil menahan lengan wanita itu agar tidak menyentuh itu istrinya. "Jangan melakukan kekerasan, Nona! Kau boleh saja mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya asalkan itu sopan, selagi itu tidak menghinanya, dan merendahkan harga dirinya maka itu tidak masalah. Tapi karena Anda sudah berani melemparkan tomat busuk ke wajahnya, bahkan menjambak rambutnya dan baru saja Anda hampir menamparnya, maka urusanmu bukan hanya dengan Jessica, tapi denganku juga!" tegas Brendan yang tidak terima melihat Jessica disakiti. Hingga ia segera mengambil sapu tangan yang berada di saku jasnya untuk mengelap tomat yang mengenai wajah Jessica, bahkan sampai meleleh dan mengenai baju wanita itu hingga meninggalkan bau busuk yang cukup menyengat. Mendengar amarah yang diluapkan oleh Brendan membuat para haters Jessica seketika terdiam dan menunduk takut. Mulut mereka kini terkunci dan tak berani mengatakan apa-apa lagi. Bahkan kini beberapa dari mereka ada yang menyesal karena mengikuti hasrat untuk ikut-ikutan mengata-ngatai Jessica atas kematian Patrick yang viral, dan mereka pun sangat menyesal karena telah melemparkan tomat busuk sesuai yang diperintahkan oleh Clara sebagai bentuk protes kepada Jessica yang telah mempermainkan dua hati pria sekaligus. "Tapi istrimu itu salah, Tuan! Kenapa Anda membelanya, jelas-jelas dia telah mengkhianatimu dan juga menyakiti hati Patrick!" jawab Clara yang seakan tak merasa bersalah sedikitpun, bahkan nyalinya begitu besar karena tidak takut dengan perkataan Brendan. Dan Clara hendak kembali melancarkan aksinya untuk menampar wajah Jessica yang telah dibersihkan oleh Brendan menggunakan sapu tangan yang dibawa pria itu. Tetapi lagi dan lagi Brendan kembali berhasil menangkap lengan Clara dan memilinnya untuk memberikan pelajaran, karena wanita itu sama sekali tidak mengindahkan perkataannya dan tetap nekat untuk menyakiti istrinya. "Sudah saya bilang jangan menyakitinya atau Anda akan berurusan dengan hukum! Saya membelanya atau tidak itu sama sekali bukan urusan Anda, Nona, karena yang jelas Jessica adalah istri saya, maka saya harus melindunginya dari orang-orang seperti Anda!" jawab Brendan dengan penuh penekanan dan mata yang membulat. Hingga tatapannya semakin menajam saat melihat ke arah Clara yang begitu berani menantangnya. "Kenapa? Apa Anda takut kehilangan istrimu yang murahan ini dan takut tidak dapat menemukan w*************a seperti dia lagi? Tenang Tuan, di luar sana ada banyak wanita yang lebih menarik daripada Jessica dan berhati baik. Jadi jangan terlalu bodoh dengan mempertahankan wanita yang jelas-jelas sudah mengkhianatimu." Brendan kini telah kehilangan kesabarannya karena harus berhadapan dengan wanita yang berani menghina Jessica. Brendan pun segera menghempaskan pergelangan lengan Clara dengan kasar dan mencengkram bahu wanita itu kuat-kuat. "Tahu apa Anda tentang istriku? Jangan hanya karena postingan Patrick Anda jadi terhasut untuk menjadi jahat dan melontarkan perkataan kasar pada seorang wanita. Gunakan akal sehat dan hati nuranimu jika Anda ingin meminta klarifikasi dari istriku." "Brendy…" Jessica segera menyentuh lengan suaminya yang tengah mencengkram bahu Clara begitu erat. Ia menatap dalam kedua mata suaminya yang berkaca-kaca ketika pria itu menatap ke arahnya. "Tidak perlu lakukan itu untuk membelaku yang salah di mata mereka. Lebih baik sekarang kita pulang ya," ucap Jessica untuk menghentikan aksi Brendan. Hingga tak terasa air mata kembali terjatuh dari kedua sudut matanya karena harus mengalami kejadian ini, bersikap seperti orang asing pada pria yang paling ia kenal. Seandainya tidak ada masalah ini, Jessica pasti akan memeluk suaminya untuk memenangkan hatinya yang panas. Brendan pun akhirnya sadar dengan apa yang ia lakukan saat ini adalah salah, pria itu segera menjatuhkan lengannya dari bahu Clara, kemudian ia menggenggam lengan Jessica untuk dibawanya bergegas pergi meninggalkan kerumunan orang-orang yang berada di hadapan mereka. Para awak media yang sejak tadi tak berhenti merekam kejadian yang terjadi di depan mereka pun bergegas mengejar Jessica. "Nona Jessica, kapan rencananya Anda akan membuat press conference? Kami sudah tidak sabar menantikan klarifikasi dari Anda." "Betul, Nona. Kapan press conference Anda akan diadakan?" tanya wartawan yang kembali mengejar Jessica dan Brendan ketika hendak meninggalkan bandara. "Tuan Brendan, bisakah sampaikan sedikit pada pemirsa bagaimana perasaan Anda sejak pertama kali mengetahui masalah ini? Lalu langkah apa yang akan Anda tempuh untuk ke depannya setelah kejadian ini?" "Tadi Jessica sudah menyampaikan bahwa dia akan menggelar press conference untuk mengklarifikasi kejadian yang sebenarnya, jadi lebih baik kalian tunggu saja tanggalnya. Untuk saat ini tidak ada klarifikasi apa pun dari saya, jadi tolong berhenti mengikuti kami karena percuma saja kalian tidak akan mendapatkan informasi apa pun!" jawab Brendan tanpa menghentikan langkah kakinya dan berusaha membawa Jessica yang mulai pening lekas pergi meninggalkan kerumunan agar pikirannya dapat tenang. Hingga setibanya di pelataran lobi bandara, Brendan mengajak Jessica menaiki taksi yang tersedia di sana. Meninggalkan para awak media yang mengejar mereka berdua untuk terus menggali informasi walau Brendan telah menegaskan bahwa keduanya tidak akan memberikan informasi apa pun untuk saat ini. Setelah keduanya menaiki taksi, sang supir pun segera melajukan kendaraannya setelah Brendan menyebutkan alamat rumah yang akan mereka kunjungi. Sementara Jessica yang tak kuasa menahan sesak di d**a membiarkan air mata mengalir untuk dapat meluapkan beban yang ia rasakan. Ia menangis dengan terisak-isak, tak peduli kini dirinya berada di mana. Supir taksi yang sudah mengetahui tentang Jessica dari berita yang viral pun memilih diam dan hanya dapat mendengar wanita itu menangis dalam taksinya. Sementara Brendan yang tidak tega mendengar tangisan Jessica walau hatinya terluka, ia coba merangkul bahu istrinya. Jessica merasa tenang saat bahunya dirangkul oleh sang suami di saat hatinya merasa hancur dan lemah seperti ini. "Brendy, makasih ya kamu sudah belain aku tadi. Maaf aku malah membawamu ke dalam masalah ini. Tapi aku berharap semoga kamu akan tetap berada di sisiku sampai aku berhasil membuktikan bahwa aku tidak bersalah. Aku ikhlas diperlakukan seperti apa pun oleh orang di luar sana, asalkan kamu ada bersamaku untuk terus menguatkan aku. Kamu tidak berniat untuk meninggalkan aku kan, Brendy?" ungkap Jessica dan mengakhiri kalimatnya dengan sebuah pertanyaan, memastikan Brendan tidak akan meninggalkannya. Namun, Brendan seolah sulit untuk menjawab pertanyaan Jessica karena kini pikirannya masih bimbang antara bertahan atau berpisah. Akan tetapi ia tak dapat menyembunyikan rasa sakit hati dan kecewanya karena pengkhianatan yang Jessica lakukan di belakangnya, walau hatinya tidak rela untuk berpisah dengan wanita yang begitu dicintainya kendati sering melukai perasaannya berulang kali. "Untuk saat ini aku tidak bisa memutuskan apa pun, Jess. Sekarang aku hanya butuh waktu untuk sendiri sampai pikiranku benar-benar tenang. Aku tidak ingin mengambil keputusan di saat pikiranku masih kacau seperti ini, karena aku tidak ingin salah dan menyesal di kemudian hari. Tapi kamu harus tahu, aku sakit karena masalahmu dengan Patrick dan aku juga sakit jika melihat ada orang yang berani menyakitimu. Aku tidak bisa melakukan banyak hal untuk melindungimu, tapi aku akan berusaha menjagamu dari orang-orang yang berniat menyakiti fisikmu," janji Brendan dengan tulus. "Brendy, aku sangat berharap kamu memutuskan untuk tetap bertahan denganku dan tidak berniat untuk meninggalkanku di saat seperti ini. Aku sangat membutuhkanmu, Brendy. Aku tidak ingin kehilangan kamu. Aku mohon, jangan pergi dari sisiku ya," pinta Jessica yang pikirannya dibebani oleh rasa takutnya sendiri. Takut jika harus kehilangan sosok Brendan dari hidupnya. "Kalau begitu secepatnya buat press conference dan buktikan bahwa tuduhan Patrick tidak benar. Aku hanya ingin kejujuranmu, Jess, kamu jujur tentang apa yang terjadi. Kalau semua perkataan kamu benar, lalu kenapa ada video kamu dan Patrick tengah berciuman? Kalau kamu ingin tahu kenapa pikiranku menolak untuk percaya kamu, itu karena perkataan Patrick yang mengakui perasaannya di hadapanku, lalu pengakuan Ava yang membenarkan kedekatan kalian, dan perkataanmu saat membela Patrick pada malam di mana aku menyusulmu ke rumah sakit setelah kamu pergi meninggalkan rumah. Ditambah pada malam itu juga aku melihat kamu menangis dalam pelukannya dan dengan santainya dia mengatakan akan memberikan lawyer untuk mengurus perceraian kita. Kalau kamu jadi aku pun kamu pasti akan satu pemikiran denganku Jess, ditambah setelah melihat video itu." Seketika Jessica tertegun, tak mampu untuk melontarkan kata-kata lagi. Apa yang Brendan katakan benar, dan kini ia sangat menyesali kesalahannya karena pernah membanding-bandingkan Brendan dengan Patrick, dan mengatakan Patrick lebih baik daripada suaminya sendiri karena mantan sahabatnya itu selalu ada dan memiliki banyak waktu untuk mendengarkan ceritanya, sementara Brendan selalu disibukkan dengan pekerjaannya. Jessica coba mencerna semua perkataan Brendan baik-baik dan merenungi kesalahannya selama ini, hingga membuat kepercayaan Brendan runtuh karena sikapnya sendiri. "Kamu benar, Brendy. Aku pasti akan merasakan hal yang sama jika berada di posisimu. Aku mengaku salah, aku memang bodoh karena pernah mengatakan hal yang sangat menyakitkan di hadapanmu tentang Patrick. Seandainya aku dapat memutar waktu, aku ingin memperbaiki semuanya dan memilih untuk tidak pernah menjadikan Patrick sebagai sahabatku. Aku sangat menyesal telah mengenal dia, andai saja aku tahu kebusukan dia lebih awal pasti semua tidak akan jadi kacau seperti ini," batin Jessica menyesali kebodohannya. "Tapi sekarang ini aku hanya berharap satu hal, apa pun alasannya kamu tetap mau mempertahankan pernikahan kita, Brendy. Aku harap ini bukan giliran kamu untuk meminta berpisah dariku," lanjut Jessica kembali yang sangat takut karma akan berbalik menghampirinya atas apa yang pernah ia lakukan dulu hingga meluluhlantakkan perasaan Brendan akibat perpisahan yang Jessica inginkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN