"Bangun, Nak. Jangan seperti ini, biarkan suamimu sendiri dulu untuk menenangkan pikirannya yang kacau," ucap Gwen sambil mengulurkan tangannya untuk membangunkan Jessica yang tengah terduduk lemah di depan pintu kamar tamu yang Brendan tempati.
Jessica menengadah, menatap wajah ibunya yang sendu dan sudah mengulurkan tangan untuk membangunkan wanita itu dari posisinya saat ini. Jessica coba mendengarkan perkataan Gwen untuk membiarkan Brendan menyendiri sampai pikirannya tenang, walau jauh di lubuk hatinya yang paling dalam Jessica sangat takut jika nantinya Brendan mengambil keputusan untuk berpisah darinya.
"Mom, tapi aku takut… Aku takut kalau pada akhirnya Brendan memilih untuk menceraikan aku karena masalah ini. Aku harus gimana, Mom?" lirih Jessica yang kini sudah berdiri berhadapan dengan ibunya. Wanita itu coba bertanya pada Gwen untuk mengatasi masalahnya saat ini, karena masalah utamanya adalah Brendan yang tidak mau percaya.
"Jangan berpikir seburuk itu, sayang. Brendan tidak mungkin menceraikan kamu karena dia sangat mencintaimu. Percaya sama Mommy, Nak, dia pasti akan tetap mempertahankan pernikahan kalian sampai maut memisahkan. Mommy paham sekali dengan perasaan Brendan saat ini, wajar kalau sekarang dia terlihat begitu kecewa karena masalah ini. Jadi sebaiknya biarkan dia sendiri dan kamu istirahat. Setelah semuanya tenang, baru kalian bicara baik-baik lagi untuk membahas tentang masa depan kalian ya," jawab Gwen yang coba menenangkan putrinya walaupun dirinya sendiri masih begitu gundah dengan adanya masalah ini.
Terlebih hati wanita paruh baya itu terluka melihat hubungan Jessica dan Brendan yang renggang karena masalah Patrick. Akhirnya apa yang Gwen takutkan sejak awal pun terjadi, ia harus menyaksikan perdebatan putrinya dengan Brendan yang teramat kecewa di hadapannya. Bahkan hati Gwen pun ikut menangis saat melihat Jessica menangis dan memohon agar tidak diceraikan oleh suaminya, sama seperti kemarin sewaktu dirinya melihat Brendan yang melakukan hal yang sama, mengemis dan memohon pada Jessica agar tidak mengambil keputusan untuk mengakhiri pernikahan mereka.
Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Gwen sangat terpukul atas masalah yang saat ini terjadi. Namun, sebisa mungkin ia coba menyembunyikannya dari Jessica dan Brendan karena keduanya sama-sama membutuhkan support untuk dapat menghadapi masalah ini. Gwen terlihat kuat di luar, tapi di dalam dirinya sangat rapuh tanpa ada yang tahu kecuali Gerald, adiknya.
"Mom, bantu aku untuk meyakinkan Brendy agar dia tidak menceraikan aku ya. Aku tidak ingin jika pernikahanku hancur karena Patrick. Aku nggak mau, Mom…" mohon Jessica kembali sembari menggenggam kedua telapak tangan ibunya kuat-kuat, dengan tangisan yang semakin terisak dan menggelengkan kepala pelan karena ia tidak ingin jika apa yang dirinya takutkan akan terjadi.
"Mommy akan coba bicarakan hal ini pada Brendan. Sekarang Mommy antar kamu ke kamar ya karena kamu harus istirahat. Wajahmu semakin pucat sayang," jawab Gwen mengiyakan permohonan Jessica dan membawa putrinya untuk menempati kamar yang memang ditempati oleh Jessica sejak ia masih gadis.
Beruntungnya Jessica menurut dengan perkataan Gwen. Ia segera merangkul tubuh ibunya dan melangkah perlahan menuju kamarnya untuk beristirahat sejenak karena memang dirinya sudah sangat lelah dan semakin tak berdaya karena terlalu stres memikirkan permasalahan ini.
"Ya Tuhan, walau sekarang aku jauh dari Brendan dan tidak bisa melakukan permohonan secara langsung agar dia tidak meninggalkanku, tapi aku sangat berharap Brendan tidak sampai hati untuk memikirkan hal itu karena aku tidak sanggup jika harus kehilangannya. Aku percaya pada-MU yang mampu membolak-balikkan hati manusia, aku percaya Engkau pasti menginginkan pernikahan ini tetap bertahan sampai akhir hayat." Jessica berdoa dan berharap di kedalaman hatinya dengan pikiran yang terus tertuju kepada Brendan walau ada banyak masalah yang menantikannya di depan sana.
Sementara di tempat yang lain, tepatnya di Kota Barcelona tampak Morgan tengah tersenyum sumringah melihat berita demi berita tentang Jessica dan Patrick yang begitu trending. Pria itu merasa puas dengan rencana yang ia jalankan berakhir mulus dan hampir membuat Jessica diceraikan oleh Brendan, sahabatnya.
Ya, Morgan tengah merayakan kemenangannya di Spanyol karena berhasil membuat Patrick seolah-olah mati bunuh diri tanpa meninggalkan jejak sedikitpun yang patut dicurigai oleh pihak kepolisian yang menangani kasus bunuh diri bahwa Patrick mati karena dibunuh oleh seseorang.
"Ah, rasanya aku sudah tidak sabar menantikan jandanya Jessica. Kapan ya kira-kira Brendan akan menceraikannya?" gumam Morgan yang tengah menyeringai puas membayangkan sebentar lagi dirinya memiliki banyak kesempatan untuk mendekati Jessica dan mengambil hatinya, karena ia sangat yakin Brendan pasti akan menceraikan Jessica seperti yang sering pria itu katakan padanya bahwa kesetiaan adalah kunci utama dalam pernikahan dan Brendan tidak akan memaafkan yang namanya perselingkuhan.
"Aku bisa membayangkan sehancur apa perasaan Brendan saat ini. Pasti sekarang dia sedang menangis dan memikirkan keputusan yang akan dia ambil untuk pernikahannya bersama Jessica. Perceraian adalah salah satu pilihan yang ada dalam pikiran Brendan karena dia sudah menyaksikan seperti apa video yang beredar. Di matanya dia pasti mengira bahwa Jessica telah berselingkuh dengan Patrick, dan berciuman di ruang rawatnya. Brendan … Brendan … suruh siapa kamu memiliki istri cantik seperti Jessica dan sering menceritakannya padaku, sekarang kamu malah membuatku terobsesi ingin memilikinya dan menghabiskan malam-malam bersamanya," gumam pria itu kembali yang terus membayangkan wajah cantik Jessica dan lekuk tubuhnya yang seksi bak gitar Spanyol.
Akibat membayangkan sosok Jessica dapat membuat Morgan terkekeh geli dan memilih untuk segera menyudahi fantasi liarnya. Pria itu pun memutuskan untuk menghubungi Brendan hanya sekedar berbasa-basi dan berharap ia dapat memprovokasi Brendan agar bergegas menceraikan Jessica yang telah mengkhianatinya.
Tak butuh waktu lama, panggilan Morgan langsung mendapat jawaban dari Brendan.
"Halo, Brendan. How are you? Are you okay, brother?" tanya Morgan mengawali pertanyaan basa-basinya.
"Ya, Morgan. Apakah kau bisa menghubungiku lain kali saja?" jawab Brendan yang sedang tidak ingin mendengar beragam pertanyaan yang nantinya pasti akan dilontarkan oleh Morgan.
"Tidak bisa, Brendan! Aku sangat khawatir denganmu karena aku baru saja mengetahui berita tentang Jessica dan Patrick, dan sialnya aku baru tahu setelah tiba di Spanyol jadi aku tidak bisa menemuimu untuk bertanya langsung. Ayolah brother, ceritakan masalahmu, jangan kau pendam sendirian. Aku mengerti dengan perasaanmu saat ini, makanya aku menyempatkan waktu untuk menghubungi sahabatku yang sedang menghadapi masalah rumit dalam pernikahannya."
"Berikan aku waktu untuk merenungi semuanya, setelah aku tenang aku akan menghubungimu," jawab Brendan yang benar-benar tidak mood untuk bercerita, sekalipun itu pada sahabatnya.
"Apa aku perlu kembali ke Los Angeles hari ini juga agar bisa menemanimu dan mendengarkan ceritamu?" tanya Morgan kembali yang begitu pandai memancing.
"Tidak perlu, Gan! Kalau kau sedang berada di Spanyol, ya sudah nikmati saja liburanmu di sana. Aku pun sedang tidak ingin ditemani oleh siapa-siapa!" Brendan menjawabnya kali ini dengan suara yang terdengar ketus. Tanpa berpamitan, pria itu langsung memutuskan panggilannya begitu saja.
Morgan sangat kesal dengan sikap Brendan yang berani memutuskan panggilannya secara sepihak. "Argh, menyebalkan sekali manusia satu ini! Tapi aku tidak boleh kesal, biarkan dia sendiri dulu agar mencapai keputusan seperti yang aku inginkan. Baiklah Brendan, selamat menikmati kesendirianmu di sana!" gumam Morgan dengan rasa tidak sabar untuk mendengar berita selanjutnya, tetapi yang paling ia harapkan adalah berita tentang perceraian Jessica dan Brendan.