Begitu tiba di rumah sakit Gwen langsung diperiksa oleh dokter yang bertugas. Namun sayang, wanita paruh baya itu sudah tidak bernyawa saat tiba di rumah sakit hingga dokter tak dapat melakukan penanganan apa-apa.
Kini suasana di ruang IGD terasa begitu tegang karena mereka merasa berat hati untuk menyampaikan kabar tersebut pada Jessica yang menunggu di luar, sebab keadaan wanita itu sedang tidak baik-baik saja sejak muncul masalah atas kematian Patrick yang melakukan bunuh diri.
Di ruangan itu baik dokter dan beberapa paramedis tampak bersedih atas kepergian Gwen yang secepat ini. Selama ini Gwen dikenal sebagai sosok yang sangat baik hati kepada semua orang yang bekerja di rumah sakit miliknya. Gwen selalu memperlakukan seluruh stafnya dengan sangat baik menggunakan hati. Semua kenangan yang ditinggalkan begitu membekas di hati mereka.
"Shayla, coba kamu hubungi Tuan Brendan agar beliau datang untuk menemani Dokter Jessica. Saya tidak tega jika harus menyampaikan kabar kematian Nyonya Gwen di saat Dokter Jessica sendirian seperti ini. Dia butuh seseorang untuk menguatkan mentalnya!" titah Dokter Laura pada salah satu suster yang berada di dekatnya seraya menyeka air mata yang terjatuh karena menangisi kematian Gwen.
"Baik, Dok," jawab Suster Shayla yang berusaha menyudahi kesedihannya saat ini. Lalu Shayla pun bergegas pergi meninggalkan ruang tindakan dan menuju ke arah bagian resepsionis untuk meminta nomor Brendan Cooper.
Tak lama kemudian Shayla kembali ke ruang tindakan dan menemui Dokter Laura untuk menyampaikan bahwa panggilannya sama sekali tidak mendapat jawaban dari Brendan.
“Dok, Tuan Brendan sama sekali tidak menjawab panggilan saya, padahal saya sudah mencobanya berulang kali. Saya juga sudah mengirimkan Tuan Brendan pesan untuk menyampaikan kabar mengenai kematian Nyonya Gwen, tapi sama pesan saya juga tidak dibaca,” ucap Shayla pada Dokter Laura yang telah menunggunya dengan rasa tidak tenang yang menyelimuti.
“Tuan Brendan tidak mau mengangkat panggilan darimu mungkin dia berpikir bahwa kamu adalah wartawan yang coba menggali informasi dari beliau. Ya sudah, tidak ada cara lain jika usaha kita untuk menghubungi Tuan Brendan tidak berhasil. Kalau begitu saya akan keluar untuk menyampaikan kabar ini pada Dokter Jessica,” ucap Laura yang memutuskan dengan terpaksa karena tak tega membiarkan Jessica menunggu terlalu lama di luar sana dengan perasaan cemas, sementara dirinya di dalam ruang tindakan pun tidak dapat melakukan apa pun pada Gwen yang telah tiada.
“Dokter, bagaimana kalau kita minta tolong saja pada Ryan untuk menyampaikan kabar ini secara langsung pada Tuan Brendan. Kebetulan rumah Ryan tidak jauh dari rumah Dokter Jessica. Ryan juga belum datang karena dia tugas malam dan pasti sekarang ada di rumahnya,” usul salah satu paramedis yang merupakan teman Ryan yang ia maksud.
Kini Laura kembali menemukan secercah harapan untuk menyelamatkan Jessica dari keterpurukan setelah dirinya terpaksa menyampaikan berita buruk ini. Setidaknya dengan kehadiran Brendan di samping Jessica maka akan ada sosok yang menguatkan wanita itu untuk menerima takdir yang telah Tuhan tentukan.
“Kamu hubungi Ryan sekarang! Minta dia untuk segera menemui Tuan Brendan!” titah Laura pada paramedis yang telah mengusulkan ide terakhir sebelum dirinya benar-benar menyerah.
Sementara di luar ruang IGD, tampak Jessica menunggu dengan gelisah dan diselimuti rasa takut. Ia sangat takut jika harus kehilangan satu-satunya orang yang percaya bahwa Jessica tidak bersalah, seperti yang Patrick tuduhkan. Wanita itu tidak sanggup untuk membayangkan jika dirinya harus benar-benar kehilangan Gwen yang selama ini selalu menguatkannya dalam keadaan apa pun.
“Ya Tuhan, tolong selamatkan Mommy. Tolong jangan biarkan sesuatu hal buruk terjadi padanya di dalam sana. Tolong jangan ambil dia dari hidupku. Sekarang ini hanya Mommy yang aku punya. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di sini selain Mommy, karena hanya dia yang percaya dan paling mengerti tentang aku. Rasa sakit setelah harus berpisah dengan Brendan saja masih basah dan begitu dalam, maka tolong jangan tambah lagi luka di hatiku, Tuhan. Aku tidak sekuat itu untuk menerima ujian berat seperti ini. Aku sangat membutuhkan Mommy, karena hanya dia yang peduli padaku saat masalah ini hadir menghancurkan pernikahanku. Aku mohon kembalikan kesadaran Mommy, Tuhan…” batin Jessica yang terus berdoa dan berharap tanpa putus untuk sang ibu yang tiba-tiba saja tidak sadarkan diri dalam pelukannya, setelah Jessica selesai menyampaikan kabar bahwa dirinya memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya bersama Brendan.
Entah takdir macam apa yang menghampiri Jessica sebegitu menyakitkannya saat ini. Setelah Patrick menuliskan postingan yang membuatnya dirundung masalah, Jessica malah harus kehilangan kepercayaan dari Brendan hingga pria itu tega mengasingkannya sekalipun itu masih terdengar wajar karena Brendan meninggalkan Jessica di rumah Gwen, rumah ibu kandung dari Jessica sendiri. Dan entah apa jadinya Jessica setelah mengetahui bahwa ibunya telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.
"Mom, cepat sadar ya. Jangan buat aku takut seperti ini. Aku tunggu Mommy di sini dan terus berdoa untuk Mommy, maka jangan buat aku hancur jika harus mendengar kabar buruk tentangmu. Aku yakin kamu pasti akan segera sadar untukku karena Mommy tidak mungkin tega meninggalkan aku di saat-saat seperti ini," batin Jessica kembali yang sangat yakin bahwa Gwen hanya pingsan dan akan segera sadar, karena sejak awal ia terus menepis segala kenyataan buruk walau Jessica sempat tidak merasakan denyut nadi di lengan sang ibu.
Sementara di tempat lain, Brendan tampak syok mendengar kabar yang Ryan sampaikan tentang Gwen yang dinyatakan meninggal dunia karena terkena serangan jantung. Kedua lutut Brendan seketika bergetar hebat dan terasa lemas seolah tak bertulang setelah mendengar kabar terburuk dalam hidupnya.
“Ini nggak mungkin. Tidak mungkin Mommy Gwen pergi secepat ini. Dua hari lalu aku baru saja berbicara banyak hal bersamanya, dan pada saat itu juga dia berusaha menguatkanku. Kau pasti berbohong untuk memancingku keluar dari rumah dan meladeni pertanyaan dari para wartawan itu kan?” tuduh Brendan kepada Ryan yang datang ke rumahnya dengan tidak mengenakan seragam dan tiba-tiba saja menyampaikan berita menyakitkan seperti itu.
"Saya tidak berbohong Tuan, saya adalah paramedis di rumah sakit milik Nyonya Gwen. Saya diminta oleh Dokter Laura yang menangani Nyonya Gwen untuk menyampaikan berita ini. Dokter Laura meminta Tuan untuk segera datang ke rumah sakit karena Nona Jessica hanya seorang diri di sana," jawab Ryan yang cukup sulit untuk meyakinkan Brendan bahwa dirinya menyampaikan berita yang benar.
Brendan yang hancur semakin lemah mendengar berita buruk tersebut. Berulang kali ia menepis bahwa semuanya tidak nyata, tapi kenyataan seakan menyadarkannya bahwa Jessica saat ini sangat membutuhkannya.
"Mom, aku tidak percaya bahwa berita yang baru saja pria itu katakan padaku adalah benar. Aku tidak percaya kamu pergi secepat ini meninggalkanku dan juga Jessica. Kenyataan ini begitu sulit untuk aku terima. Aku berharap pada Tuhan semoga semua ini tidak benar. Aku ikhlas jika ini adalah jebakan para wartawan yang memintaku untuk keluar dari rumah, maka aku siap untuk memberikan keterangan dan menjawab semua pertanyaan dari mereka terkait masalah yang tengah Jessica hadapi. Aku mohon, Mom, kamu harus tetap hidup untukku dan juga Jessica karena kami sangat-sangat membutuhkanmu. Aku mohon, Mom…" batin Brendan di kedalaman hatinya yang seakan hancur berkeping-keping atas kabar buruk yang baru saja ia dengar dari Ryan. Pria itu tampak terpukul, dunia seakan menghitam di pelupuk matanya, lututnya semakin lemas hingga pria itu menyadarkan tubuhnya di daun pintu sembari mengusap wajahnya dengan kasar. Coba menyakinkan dirinya sendiri bahwa ini semua tidak nyata dan hanya mimpi belaka.