Mencurigai Morgan

1509 Kata
Konferensi pers pun berakhir dengan suara gemuruh tepuk tangan karena Jessica bersama Morgan dan kuasa hukumnya berhasil membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, dan bukti-bukti yang ditunjukkan sudah cukup jelas bahwa dirinya dan Patrick selama ini hanya menjalin hubungan tidak lebih dari sahabat, sekaligus dapat membuktikan jika apa yang Patrick tuliskan di postingannya tidak benar sama sekali dan hanya mengada-ada karena sengaja untuk menjatuhkan harga diri Jessica dengan motif sakit hati akibat cintanya ditolak. "Morgan, aku tidak tahu harus mengatakan apa padamu yang sudah banyak membantuku untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik. Boleh kan kalau sekarang aku cuma bisa bilang makasih sebanyak-banyaknya atas semua kebaikanmu?" ungkap Jessica di hadapan Morgan setelah keduanya pergi meninggalkan ruang konferensi pers yang telah berakhir. "Tidak perlu mengucapkan terima kasih pun tidak masalah, karena sudah seharusnya aku membantumu untuk bisa keluar dari masalah ini. Aku senang bisa membantumu, Jessy, karena aku tidak ingin melihatmu larut dalam kesedihan yang tidak berkesudahan. Seperti yang aku bilang tadi, wanita kayak kamu itu tidak pantas untuk dibiarkan bersedih terlalu lama," jawab Morgan yang terlihat begitu tulus membantu Jessica tanpa imbalan apa pun. Tanpa siapapun ketahui, semua masalah ini terjadi karena Morgan. Pria itu tidak hanya merekam kejadian saat Patrick mencium Jessica pada malam itu hingga memuat dunia maya digemparkan oleh video yang tersebar luas tersebut, tapi ia juga tega menumbalkan Patrick untuk melancarkan aksinya dengan membunuhnya dan Morgan juga membuat postingan di akun i********: milik Patrick agar kematiannya terkesan sengaja melakukan bunuh diri karena frustasi. "Andai saja Brendan bisa berpikir sepertimu, tidak tahu sebahagia apa aku saat ini karena mendengar perkataannya," ucap Jessica yang terdengar penuh harap. Berharap Brendan adalah pria yang mengucapkan kata-kata yang baru saja Morgan lontarkan. "Hmm, itu artinya kamu tidak bahagia mendengar perkataan yang terlontar dari mulutku?" tanya Morgan dengan sebelah alis yang terangkat naik. "Bahagia dong, karena berkat kamu aku bisa menyelesaikan masalah ini dan itu artinya aku bisa kembali menata kehidupanku tanpa dihantui bayangan para wartawan yang mengejar-ngejarku lagi. Sekali lagi makasih banget ya Morgan, aku tidak tahu apa jadinya aku juga tidak ada kamu," ucap Jessica terdengar sangat tulus dari hati ketika mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada seseorang yang telah membantunya. "Sama-sama, Jessy. Aku jauh lebih bahagia melihatmu bisa tersenyum bahagia saat ini. Kamu bisa kan janji satu hal sama aku, jangan menangisi kejadian ini lagi dan kamu harus tegar untuk melanjutkan hidupmu ke depan dengan apa yang kamu miliki saat ini, walaupun kemarin ada satu atau dua hal yang hilang dari hidupmu?" pinta Morgan pada Jessica yang berusaha untuk membuat wanita itu melupakan semua tentang Brendan, dan berharap pada akhirnya Jessica akan membenci sosok Brendan. Namun, ada satu hal yang tidak Morgan ketahui dan mengerti tentang diri Jessica, bahwa hatinya tidak semudah itu untuk melupakan seseorang yang pernah mengisi hatinya dan menjadi cinta pertamanya. Ya, Brendan adalah sosok pria pertama yang berhasil membuat Jessica merasa jatuh cinta dan percaya bahwa tidak semua lelaki di dunia ini sama seperti ayahnya yang telah begitu tega pergi meninggalkan Gwen dalam keadaan sedang mengandung dirinya. "Tapi Morgan, melupakan Brendan bukanlah satu perkara yang mudah untukku. Walau dia begitu membuatku kecewa dan sakit hati karena pergi di saat aku sangat membutuhkannya, tapi ada begitu banyak perjuangan dan pengorbanannya demi aku selama ini. Aku tidak bisa melupakan semua kebaikan yang pernah dia lakukan untukku hanya karena satu keburukannya. Dan kamu harus tahu satu hal, walau hubunganku dengan Brendan harus berakhir dengan cara seperti ini, tapi aku akan tetap mencintainya, dan menyimpan semua kenangan indah yang pernah kita lalui bersama, karena dia adalah orang spesial yang pernah hadir dalam hidupku, mengenalkan padaku apa itu cinta dan membuatku merasa dicintai. Jadi tidak semudah itu aku bisa melupakan dia. Maaf aku tidak bisa berjanji untuk hal itu, tapi aku bisa berjanji untuk tidak menangisi masalah ini lagi, masalah antara aku dengan Patrick karena semuanya sudah selesai sampai di sini." Jessica memilih jujur kepada Morgan dan mengatakan isi hatinya tentang Brendan. Tentu saja pengakuan Jessica membuat hati Morgan sakit dan terluka, karena pria itu telah melakukan banyak hal untuk bisa memiliki Jessica, tetapi wanita itu malah mematahkan hatinya begitu tega tanpa memikirkan perasaannya sedikitpun. "Kamu pikir aku akan membiarkanmu terus memikirkan tentang Brendan dan tidak memberikan kesempatan untuk aku memilikimu setelah apa yang sudah aku lakukan demi kamu, Jess? Tidak! Aku akan melakukan segala cara untuk bisa memilikimu, apa pun itu. Sekalipun aku harus memaksamu agar mau menjadi milikku!" batin Morgan dengan penuh ambisi dan semakin nekat karena dikuasai rasa ingin segera memiliki wanita yang telah membuatnya terobsesi. "Morgan, halo Morgan… Kok diam? Kamu nggak marah sama aku kan?" tanya Jessica yang merasa heran melihat pria itu sambil melambaikan tangannya tepat di hadapan Morgan yang hanya diam setelah dirinya menolak untuk berjanji atas permintaannya. Hingga teguran Jessica yang terdengar lembut membuat Morgan tersadar dari lamunannya. "Mana mungkin aku marah hanya karena masalah kecil itu, Jess. Pokoknya aku dukung apa pun yang menjadi keputusan kamu," jawab Morgan sambil menepuk lengan Jessica dengan lembut. "Thanks ya, kamu sudah mau mendukungku. Ternyata kamu lebih baik dari yang aku pikirkan ya," ucap Jessica dengan senyuman tenang yang menghiasi wajahnya dan perasaan lega karena akhirnya ia dapat menyelesaikan masalah rumit kemarin dengan bantuan Morgan yang berperan besar untuk membelanya. "Always for you, Jess." Morgan menjawabnya pun dengan mengulas senyuman yang mengembang sempurna dari kedua sudut bibirnya. "Oh ya, untuk merayakan kemenanganmu hari ini, apakah kamu tidak berniat merayakannya bersamaku?" lanjut Morgan yang bertanya untuk memancing Jessica agar keduanya bisa semakin dekat. "Merayakan kemenanganku? Ah baiklah, karena kamu menyinggung soal perayaan, tolong katakan apa yang bisa aku lakukan untuk merayakannya bersamamu?" Jessica malah balik bertanya karena ia berpikir melakukan perayaan bersama Morgan tidak ada salahnya untuk mengisi kesepiannya, sekaligus sebagai ucapan terima kasih atas kebaikan pria itu padanya. "Mungkin kamu bisa undang aku untuk makan malam di rumahmu," usul Morgan yang langsung disetujui oleh Jessica tanpa pikir panjang. "Good idea, Morgan! Datanglah nanti malam ke rumahku untuk merayakan kemenangan kita berdua malam ini karena aku telah berhasil mengungkapkan suatu kebenaran atas bantuanmu!" Jessica pun dengan senang hati mengundang Morgan untuk datang ke rumahnya. "Terima kasih untuk undangannya, Jessica. Oh ya, apa kamu akan pulang ke rumah setelah ini?" "Iya, aku mau langsung pulang saja. Biar bisa istirahat sebentar sebelum masak untuk menu makan malam kita." "Mau aku antar?" tawar Morgan dan sangat berharap Jessica tidak menolak. "Ah, tidak perlu Morgan. Aku bawa mobil sendiri kok, kamu pasti bawa mobil juga kan ke sini?" jawab Jessica yang berusaha menolak dengan halus karena tidak ingin merepotkan Morgan. "Iya, aku bawa mobil juga. Kalau begitu ayo kita ke lobi bareng. Setidaknya kalau aku tidak bisa mengantarmu pulang, aku bisa mengantarkan kamu sampai ke lobi," ajak Morgan seraya mengulurkan tangannya untuk mempersilahkan Jessica untuk melangkah bersamanya. Jessica pun menganggukkan kepala dan maju satu langkah untuk berdiri sejajar dengan Morgan. "Ah, baiknya. Thank you, Mor!" ucap wanita cantik itu dengan suara yang terdengar begitu menggemaskan di telinga teman prianya. Tanpa disangka-sangka Morgan malah melingkarkan tangannya di pinggang Jessica tiba-tiba saja, membuat wanita itu terkejut dan segera menurunkan tangan Morgan. Pria itu seketika tersentak saat tangannya terjatuh dari tempat yang dianggapnya nyaman untuk berlabuh. "Jess, sorry banget. Aku refleks karena kebiasaan kalau sedang jalan bersama teman-temanku." Morgan tampak gugup dengan raut yang menyesal di hadapan Jessica saat menjelaskan. Wanita itu tertawa renyah mendengar alasan yang Morgan katakan. "Oh iya, tidak apa-apa, Morgan. Pasti kamu kebiasaan kalau lagi jalan sama teman-teman wanitamu ya?" "Hah, iya. Kebiasaan yang buat aku sering lupa dan tidak bisa membedakan antara kamu dengan mereka karena terlalu nyaman." Morgan pun ikut tertawa bersama Jessica untuk mengusir kegugupan di hadapan wanita itu. "Ya sudah, lupakan. Ayo kita pulang sekarang!" Kali ini giliran Jessica yang mengajak Morgan untuk beranjak pergi meninggalkan posisi keduanya yang sudah cukup lama mengobrol di sana. Tanpa menolak, Morgan pun segera menganggukkan kepala, dan keduanya pun melangkah beriringan menuju lobi gedung tersebut. Sepanjang langkahnya entah mengapa batin Jessica mulai membenarkan perkataan yang pernah Brendan ucapkan waktu itu padanya, di mana Brendan meminta Jessica untuk berhati-hati dan jangan terlalu dekat dengan Morgan. "Kenapa aku merasa sikap Morgan memang berbeda ya? Apakah yang pernah Brendy katakan waktu itu benar, kalau Morgan menyukaiku? Tapi kenapa dia harus suka sama aku padahal Brendy pernah cerita kalau Morgan memiliki banyak teman wanita di luar sana yang cantik-cantik? Apakah dia benar-benar suka atau memang sifatnya seperti ini pada semua wanita yang ditemuinya ya?" batin Jessica yang terus bertanya-tanya di dalam hati karena perasaan untuk berhati-hati mulai muncul dalam benaknya saat merasa perkataan Brendan benar adanya. Namun, Jessica tidak ingin terlalu cepat memutuskan hal yang belum tentu benar dan dengan cepat ia membuang jauh-jauh pikiran buruknya. "Eh, tapi aku tidak boleh berpikir yang tidak-tidak dulu karena belum tentu apa yang Brendy katakan itu benar. Bisa saja sifat Morgan memang seperti ini pada wanita yang dianggapnya sahabat. Ya, aku tidak boleh asal menuduh karena Morgan sudah sangat baik dan dia mau banyak membantuku sejak hari itu pada saat dia menyelamatkanku dari pelecehan yang Patrick lakukan sampai dengan hari ini!" pikir Jessica yang sejak tadi bergumul dengan pergolakan batinnya sendiri atas sikap Morgan yang dinilainya cukup berani.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN