Menguatkan Diri Sendiri

1696 Kata
Siang ini Jessica berkutat dengan persiapan yang akan ia bawa ke tempat di mana nantinya konferensi pers akan berlangsung. Para wartawan sudah berkumpul di sana dengan kamera yang sudah berdiri kokoh untuk menyorot sosok Jessica yang sangat mereka nanti-nantikan untuk memberikan klarifikasi atas kematian Patrick yang telah berlalu hampir satu Minggu. "Semuanya sudah siap, tidak ada yang tertinggal. Saatnya pergi!" gumam Jessica pada dirinya sendiri agar bergegas pergi meninggalkan rumah masa kecilnya, menuju gedung yang akan menjadi tempat untuk ia mengungkap bukti-bukti bahwa dirinya bukan w************n seperti berita bohong yang Patrick sebarkan, hingga dirinya dihujat Se-Amerika. Walau Jessica sudah mengumumkan bahwa dirinya akan menggelar konferensi pers siang ini, tetapi tetap saja masih banyak para awak media yang menunggu di depan gerbang rumah Gwen, sehingga begitu mobil yang Jessica kendarai keluar dari pelataran rumah, laju kendaraannya sempat coba dihentikan dan dikejar-kejar oleh para wartawan yang masih penasaran ingin menyorot penampilan dan ekspresi wajah Jessica siang ini sebelum mendatangi gedung konferensi pers. "Ya ampun, mereka ini kenapa terus mengejar-ngejar mobilku sih? Bukankah aku sudah memberi pengumuman kalau aku akan membuat konferensi pers siang ini, seharusnya mereka menungguku di gedung dan bisa mengajukan pertanyaan di sana kan?" Jessica menggelengkan kepala sambil terus menginjak pedal gas mobilnya hingga melesat jauh meninggalkan kerumunan, dan terbebas dari kejaran para awak media. Beruntungnya suasana hati Jessica siang ini sudah jauh lebih baik daripada semalam karena ada sosok sahabat yang menguatkannya melalui sambungan telepon. Sosok yang akan hadir siang ini menemaninya di acara konferensi pers dan memberikan kesaksian bahwa Patrick berbohong. Seseorang itu adalah Morgan yang terus mencoba untuk menghubungi Jessica berulang kali, menyemangati wanita itu dari jauh dan berusaha untuk membangkitkan kembali Jessica dari keterpurukannya. Ya, Morgan berusaha memanfaatkan setiap kesempatan yang ada dengan baik, pria itu berhasil mencuri perhatian Jessica yang menganggap ia begitu baik karena memberikan penawaran yang sungguh membantu Jessica di saat-saat dirinya merasa terpuruk dan hampir putus asa. Morgan menawarkan diri untuk menjadi saksi atas pelecehan yang wanita itu alami pada malam itu di konferensi pers nanti. Tentu saja Jessica merasa terharu atas kebaikan Morgan, pria yang baru beberapa minggu ini menjadi sahabatnya dan begitu siap untuk menemaninya memberikan kesaksian juga klarifikasi agar semua orang percaya bahwa apa yang Patrick tuliskan di postingan Instagramnya adalah palsu. Morgan telah berjanji kepada Jessica bahwa ia akan tiba lebih dulu di gedung konferensi pers sebelum wanita datang. Dan kini Morgan menepati janjinya, pria itu telah tiba di gedung yang saat ini tengah dituju oleh Jessica. "Jessica, rasanya aku sudah tidak sabar untuk bertemu denganmu. Memelukmu dan menguatkanmu untuk melewati masa-masa sulit ini. Dengan begini aku sangat yakin, kedekatan kita akan semakin intens karena Brendan telah memutuskan untuk berpisah denganmu. Kamu tenang saja Jessica, walau Brendan telah tega mencampakkanmu karena masalah ini, tapi ada aku yang siap untuk memelukmu. Aku akan membuat berita ini segera tenggelam dengan kesaksian yang nantinya akan aku katakan, setelah itu pasti kamu akan semakin merasa berhutang budi padaku, dan aku punya peluang untuk memilikimu." Morgan begitu yakin bahwa setiap rencananya akan berjalan dengan mulus, dan ia akan segera memiliki wanita pujaan hatinya. Wanita yang begitu diidam-idamkan sejak pertama kali bertemu dengan Jessica di acara pesta ulang tahun Brendan, saat wanita itu sudah berstatus menjadi istri dari sahabatnya. Raut wajah Morgan begitu tenang, penampilannya siang ini pun sangat menawan dan terlihat spesial hanya untuk menemani Jessica. Pria itu ingin terlihat perfect hingga Jessica tidak mampu menolak pesonanya, dan akan terjerembab dalam pelukannya. Hingga akhirnya apa yang pria itu nantikan pun tiba di hadapannya, seorang wanita cantik yang terlihat berpenampilan sederhana tetapi sungguh menawan. Ya, Jessica telah tiba di sana dan langsung menghampiri Morgan dengan mengulas senyuman. "Hi, Morgan. Sudah menunggu lama di sini?" sapa Jessica dengan begitu halusnya sembari mengusap lengan Morgan yang tengah bersedekap. "Tidak terlalu lama, tapi yang pasti aku sudah tiba lebih dulu daripada kamu kan. Bagaimana kabarmu hari ini, Jessy?" jawab Morgan dan mengakhiri kalimatnya dengan berbasa-basi. "Bisa dikatakan lebih baik daripada kemarin. Hari ini aku bisa tersenyum seperti yang sedang aku tunjukkan padamu sekarang," jawab Jessica yang berusaha tegar seraya menarik kedua sudut bibirnya. "Aku senang bisa melihatmu tersenyum seperti ini, Jess. Aku harap kamu bisa kembali tersenyum tanpa beban mulai hari ini dan seterusnya, karena wanita sepertimu tidak pantas untuk bersedih." Morgan mengatakan hal itu dengan sorot matanya menatap dalam wajah cantik Jessica yang terlihat tertutupi awan mendung akibat kesedihan yang mendera kehidupannya. "Aku sedang belajar mulai hari ini, karena jujur aku juga lelah jika terus-menerus bersedih. Air mata tidak akan pernah bisa mengembalikan apa yang telah hilang kan, Morgan?" "Ya, kamu benar Jessica. Air mata tidak bisa memperbaiki semuanya jika seseorang itu tidak mau berjuang bersamamu. Apalagi jika seseorang itu tidak mau mempercayai apa yang kamu katakan adalah sebuah kebenaran," jawab Morgan to the point, menyudutkan Brendan yang ia maksud seseorang yang tidak mau berjuang bersama Jessica. Sementara Jessica hanya bisa tersenyum dengan kedua mata yang tampak berkaca-kaca. "Sudahlah, aku sudah tidak ingin lagi membahas tentang itu. Biarkan dia dengan keputusannya dan semoga dia bahagia di masa yang akan datang bersama jodohnya yang baru." "Kamu juga akan bahagia dengan keputusanmu sendiri, Jessica. Aku sangat yakin kamu akan menemukan kebahagiaan yang baru bersama pria yang jauh lebih baik daripada dia. Kamu harus percaya itu ya!" ucap Morgan yang tampak begitu menyemangati Jessica, padahal di kedalaman hatinya ia sedang berusaha untuk memikat hati wanita itu. "Aku belum memikirkan sampai ke sana, karena yang terpenting untukku sekarang adalah bisa bangkit dan mengikhlaskan yang telah hilang. Anyway, thanks banget ya karena kamu sudah begitu yakin bahwa aku bisa bahagia suatu hari nanti." Morgan terdiam selama beberapa saat akibat jawaban yang baru saja terlontar dari mulut Jessica yang menyiratkan bahwa wanita itu tidak memikirkan untuk mencari pengganti Brendan. Namun, Morgan tetap tersenyum untuk menunjukkan sikap palsunya di hadapan Jessica. "Of course, aku akan selalu yakin karena kamu adalah wanita yang sangat baik, cantik dan juga idaman semua pria," jawab Morgan dan mengakhiri kalimatnya dengan terkekeh pelan, menandakan bahwa dirinya tidak terlalu serius atas perkataan yang diucapkannya. Jessica pun ikut tertawa mendengar pujian Morgan yang begitu berlebihan. Dan ini untuk pertama kalinya Jessica dapat kembali tertawa setelah begitu banyak cobaan bertubi-tubi yang menyerang hidupnya dan menghancurkan kebahagiaannya, membuat wanita itu sempat berpikir bahwa kehidupannya telah berakhir karena pernikahannya dengan Brendan tak dapat diselamatkan dan Gwen pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. "Cukup, Morgan. Kamu jangan terlalu banyak memujiku, lebih baik sekarang kita masuk karena aku pegal berdiri lama-lama di sini!" titah Jessica seraya memukul pelan lengan pria itu yang masih tampak nyaman berdiri di depan pintu yang akan mengantarkan keduanya memasuki ruangan konferensi pers. "Baiklah, ayo kita masuk. Mereka semua sudah menanti kehadiranmu," ajak Morgan seraya meraih jemari Jessica dan menggenggamnya erat untuk diajak melangkah bersama memasuki ruangan tersebut. Namun, Jessica sendiri merasa tidak nyaman dengan sikap Morgan yang entah mengapa begitu berani menggandeng tangannya di tempat umum seperti ini. Akan tetapi Jessica merasa tidak enak untuk menolak setelah banyak hal yang Morgan lakukan untuk membantunya keluar dari masalah yang menjeratnya saat ini. "Ya ampun, kenapa Morgan pakai genggam tangan aku segala sih? Nanti kalau orang semakin mikir yang macam-macam tentang aku gimana? Aduh, mana masalah satu ini saja belum selesai," batin Jessica yang merasa cemas dan canggung. "Kamu tenang saja, Jess. Semua wartawan di sini sudah aku beritahu bahwa kamu adalah sahabatku dan aku juga adalah sahabat dari Brendan, jadi tidak akan ada satu orang pun yang berpikir kamu dan aku menjalin hubungan terlarang hanya karena mereka melihat aku menggenggam tanganmu saat ini," bisik Morgan tepat di depan telinga Jessica yang seolah mengerti tentang apa yang wanita itu pikirkan jauh di kedalaman hatinya. Seketika Jessica menoleh dan menatap wajah Morgan dengan kedua alis saling bertaut. "Bagaimana bisa kamu membaca pikiranku?" tanyanya heran. "Tidak, aku tidak bisa membaca pikiran seseorang, tapi aku bisa merasakan kegugupan kamu saat ini karena telapak tanganmu terasa dingin dan sedikit berkeringat," jawab Morgan yang membuat Jessica tersipu malu. "Syukurlah kalau kamu sudah menjelaskan kepada semua orang yang ada di sini kalau kamu adalah sahabat aku dan juga Brendan. Setidaknya dengan begitu aku merasa aman dan tidak perlu repot-repot ketakutan akan pandangan orang saat ini," ucap Jessica yang merasa lega dan tak lagi canggung. Setibanya di dalam ruangan, kedatangan Jessica langsung disambut oleh para awak media, juga kilatan kamera yang tertuju ke arahnya. Wanita itu pun segera duduk di kursi yang telah dipersiapkan. Dan siang ini tidak hanya Morgan yang akan menemaninya, tetapi juga ada tiga kuasa hukum yang Gwen percaya untuk membantu putrinya menyelesaikan masalah ini sebelum dirinya mengembuskan napas terakhirnya. Ketiganya juga telah berdiskusi dengan Jessica dan Gwen sewaktu sang ibu masih ada dan berjuang untuk membela putrinya. Jessica menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara perlahan. Ia mencoba tenang saat rasa gugup itu kembali menghampiri ketika dirinya harus duduk berhadapan dengan banyaknya kamera. Sesuatu hal yang baru pertama kali Jessica lewati saat ini. Ada perasaan takut yang terpatri di hati, takut jika semua bukti yang akan ia ungkapkan nanti tidak dapat dipercaya oleh orang-orang yang telah terlanjur membencinya. Tapi ia sangat berharap, semua penjelasannya yang akan dibela oleh Morgan sebagai saksi mata dan ketiga kuasa hukumnya dapat diterima oleh sebagian orang, setidaknya Jessica ingin membuktikan pada Brendan bahwa dirinya tidak bersalah dan tidak seperti yang pria itu tuduhkan hingga sampai hati meninggalkannya dalam keadaan terpuruk. "Tenang Jess, kamu harus tenang. Kamu harus yakin semua akan berjalan baik-baik saja. Apa pun hasil yang akan kamu dapatkan nanti, setidaknya kamu sudah berjuang untuk menyuarakan kebenaran yang ada. Kamu pasti bisa!" batin Jessica yang berulang kali menguatkan hatinya saat ini. Sementara jauh dari lokasi tersebut, Charlie yang merupakan sahabat dari Brendan tampak menyaksikan live streaming konferensi pers yang berlangsung saat ini dari benda pipih miliknya. Ia menonton itu sendirian, dan berniat akan memberitahukan hasil dari acara tersebut kepada Brendan yang saat ini tengah bertugas. "Morgan? Bagaimana bisa di sana ada Morgan? Apa hubungan dia dengan Jessica dan masalah yang tengah dihadapinya? Bukankah seharusnya Morgan sedang berada di Spanyol sampai dua hari ke depan?" gumam Charlie yang merasa janggal dengan keberadaan Morgan yang memilih menemani Jessica saat ini, sementara pria itu menolak tugas dari Barney dengan alasan masih ingin menghabiskan masa liburannya di Spanyol. "Aku harus kasih tahu soal ini ke Brendan!" gumam Charlie yang kemudian memutuskan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN