“Tapi aku tidak pantas untukmu setelah apa yang aku lakukan padamu, Jessy. A-aku sudah sangat jahat membiarkan kamu melewati semua masalahmu seorang diri, dan aku malah tidak mempercayai penjelasanmu tentang Patrick. Bahkan aku sangat tega mengatakan jika aku bertahan demi Mommy, padahal aku masih mencintaimu karena sampai kapanpun cinta di hatiku untukmu tidak akan pernah hilang.” Brendan mengatakan hal itu dengan kedua mata yang berbinar penuh penyesalan karena ia merasa dengan tidak mempercayai istrinya adalah suatu kesalahan fatal.
Jessica menggelengkan kepalanya berulangkali untuk meyakinkan Brendan bahwa pria itu tidak bersalah. Wanita itu sangat mengerti dengan emosional Brendan yang wajar terjadi karena masalah itu tiba-tiba saja muncul di tengah-tengah keharmonisan keduanya yang pada saat itu sedang menghabiskan waktu di Paris berdua untuk kembali mengulang masa-masa honeymoon dulu.
“Kamu tidak salah, Brendy. Seandainya aku berada di posisimu, aku pun pasti akan melakukan hal yang sama karena rasa kecewa yang menguasai dan lebih mempercayai apa yang kamu lihat dengan gabungan kepingan demi kepingan yang kamu ingat, dan penjelasan apa pun di luar sana tidak mudah untuk membuatmu berdamai dengan keadaan.”
Brendan masih tak menyangka Jessica akan memaafkannya semudah ini. Hingga pria itu berpikir bahwa semua ini adalah mimpi karena terlalu berharap bisa kembali bersama Jessica. Namun, berapa kali pun Brendan berusaha meyakinkan bahwa ini adalah mimpi, tetapi sentuhan lembut saat jemari Jessica menghapus air matanya itu terasa sangat nyata.
"Apakah aku pantas untuk kembali bersama Jessy, Tuhan? Apakah dia pantas memiliki suami sepertiku?" batin Brendan bertanya-tanya pada sang pemilik kehidupan atas keraguan dan rasa tidak pantas mengingat betapa teganya Brendan memperlakukan Jessica karena rasa tidak percaya yang menguasai.
"Brendy, jangan diam seperti ini. Ayo bicara. Katakan apa pun yang ingin kamu katakan. Aku siap mendengarnya," bujuk Jessica kembali saat Brendan kembali terdiam tanpa kata, tetapi air mata masih jatuh menetes membasahi wajahnya.
Jessica tidak ingin ada keraguan di hati Brendan saat Tuhan mengizinkan keduanya untuk bertemu setelah kata pisah sempat terucap. Ia berharap ini adalah jalan yang telah Tuhan atur untuk keduanya dapat kembali bersama.
“Jujur aku malu dengan diriku sendiri, Jessy. Aku yang sudah membuatmu terluka dan menangis berhari-hari, malah disambut baik seperti ini. Tapi apakah kamu tidak membenciku sama sekali dengan apa yang sudah aku perbuat padamu?” tanya Brendan yang akhirnya memilih untuk bersuara dan menanyakan seluruh rasa yang memenuhi pikirannya demi mendapatkan jawaban.
“Mana mungkin aku membencimu hanya karena satu kesalahan. Aku sangat mengerti posisimu, Brendy, yang terpenting sekarang apakah kamu sudah memaafkan kesalahanku selama ini? Karena aku sadar kenapa Tuhan memberi hukuman inip padaku, itu karena aku pernah melukai hatimu saat aku memaksamu untuk menceraikanku, aku memaksamu tanpa mengerti perasaanmu dan dengan egoisnya aku tidak pernah mau mendengarkan alasanmu. Justru akulah yang sangat jahat selama ini, makanya Tuhan memberikan ujian untukku agar aku menyadari semua kesalahanku selama menjadi istrimu. Dengarlah Brendy, aku sangat mencintaimu melebihi cintaku pada diriku sendiri, jadi tolong percaya aku tidak mungkin berpaling darimu. Sekarang aku tanya satu hal sama kamu, apakah kamu masih ingin mempertahankan pernikahan kita, Brendy? Apakah kamu masih mau memberiku kesempatan untuk menjadi istri baik seperti yang kamu harapkan?” tanya Jessica dengan sorot mata yang memohon setelah ia mengungkap rasa bersalahnya selama ini.
Brendan menggelengkan kepala dengan pelan, lalu ia menyentuh punggung tangan Jessica yang masih menyentuh kedua sisi wajahnya, kemudian Brendan menurunkan tangan itu dan menggenggamnya erat-erat.
“Tidak Jessy, bukan kamu yang harus meminta seperti ini. Harusnya aku yang mengatakan itu dan memintamu untuk memberiku kesempatan kedua agar kita bisa kembali dan memperbaiki semuanya. Dengarlah, sejauh ini kamu tidak pernah terlihat cacat sedikitpun selama menjalani peranmu sebagai seorang istri. Kamu begitu sempurna Jessy, aku sangat beruntung memiliki istri sepertimu yang tidak hanya cantik parasnya, tapi hatimu juga sangat lembut. Aku berhutang budi pada Mommy yang telah melahirkanmu untuk bisa mendampingi hidupku. Aku sangat beruntung punya kamu, sayang. Aku mohon maafkan segala kekurangan dan semua kesalahanku yang masih belum bisa menjadi sosok suami yang baik dan memberimu kebahagiaan yang seutuhnya.” Lalu tiba-tiba saja Brendan menjatuhkan tubuhnya dan berlutut di hadapan Jessica sembari menggenggam erat kedua tangan wanita itu, lalu ia mencium beberapa kali punggung tangan itu secara bergantian.
“Jessy, maukah kamu memaafkanku dan izinkan aku untuk kembali bersamamu? Kali ini aku tidak akan berjanji apa pun, tapi aku akan buktikan perkataanku untuk berubah menjadi lebih baik, terutama untukmu. Aku tidak akan membiarkan kamu untuk melalui masa-masa ini lagi, aku akan berusaha menjagamu dan akan selalu ada untukmu. Sekarang aku putuskan untuk berhenti menjadi anggota SWAT agar aku bisa memiliki waktu berkualitas bersamamu,” pinta Brendan yang memohon pada wanita yang hampir disia-siakan olehnya, wanita yang teramat berarti dalam hidupnya melebihi apa pun yang ada saat ini hingga ia rela untuk meninggalkan semuanya demi Jessica.
Perkataan yang Brendan ucapkan begitu tulus dari hati, membuat Jessica menangis haru mendengarnya. Wanita itu sangat tidak menyangka, ternyata Tuhan memiliki rencana yang sangat indah untuk hidupnya dan kini ia percaya dengan perkataan yang sering kali Gwen ucapkan padanya, bahwa akan ada pelangi setelah hujan, dan itu nyata.
Jessica pun segera membangunkan Brendan dari posisinya. Lalu ia berhambur meluapkan tangisan bahagianya dalam pelukan Brendan yang ia pikir tidak akan pernah dapat dirinya rasakan lagi. Pelukan yang Jessica harapkan akan selalu ada untuk dirinya sampai ia tutup usia.
“Brendy, jangan bicara seperti itu. Kamu adalah suami yang sangat baik untukku selama ini. Aku lebih bersyukur karena bisa bertemu dan menikah dengan pria hebat sepertimu. Aku pun merasa berhutang budi pada Mommy Isabella yang telah melahirkanmu ke dunia ini dan mengikhlaskan putra satu-satunya untuk menikah dengan wanita seegois aku. Terima kasih telah memilihku walau di luar sana ada banyak wanita yang mengejar-ngejar cintamu dan lebih cantik juga lebih baik dariku. Terima kasih sudah hadir di hidupku dan merubah warna yang sebelum ketemu kamu selalu tampak gelap. Terima kasih sudah meyakinkanku akan adanya cinta yang tulus di dunia ini,” jawab Jessica dengan tubuh yang bergetar karena menangis sampai tersedu-sedu dalam pelukan suaminya. Wanita itu merasa teramat bersyukur karena Tuhan mempertemukannya dengan pria yang tepat seperti Brendan.
Selama ini ada banyak hal yang Brendan lakukan untuk menyakinkan Jessica agar dapat merasakan kebebasan di dunia ini selagi Tuhan masih mengizinkannya untuk bernapas di buminya. Brendan adalah pria yang membuat Jessica percaya akan adanya ketulusan cinta seorang pria setelah ia merasa takut untuk dekat-dekat dengan makhluk yang berjenis pria karena masih ingat akan penderitaan Gwen selama bertahun-tahun yang harus menanggung luka batin akibat ditinggal pergi oleh pria yang telah menanam benih yang dikatakan cinta di rahim Gwen, lalu pergi sesuka hati dengan wanita lain dan meninggalkan sang ibu dalam keadaan terpuruk.