Berita yang Menghebohkan

2392 Kata
Beberapa saat kemudian, jagat maya dihebohkan dengan sebuah postingan di akun sosial media milik Patrick yang seketika viral karena dibagikan oleh beberapa akun gosip. Banyak awak media yang mulai berdatangan menuju jembatan Vincent Thomas Bridge. Lokasi di mana Patrick melakukan adegan bunuh diri dengan melompat dari atas jembatan, hingga mayatnya ditemukan mengambang di permukaan sungai. Dari postingan yang pria itu bagikan di jejaring sosial medianya, Patrick mengaku bahwa ia sangat mencintai Jessica Mille, tetapi cinta mereka terhalang oleh status Jessica yang merupakan seorang istri dari Brendan Cooper. Patrick menuliskan caption panjang yang mengisahkan cinta segitiga antara dirinya, Jessica dan juga Brendan. Hingga di akhir caption, ia menuliskan akan mengakhiri hidupnya di jembatan Vincent Thomas Bridge karena begitu merasa patah hati dibohongi oleh Jessica yang hanya memberinya harapan hampa. Malam ini hatiku dibuat hancur berkeping-keping oleh wanita yang aku cintai selama enam bulan ini. Seorang wanita yang sudah memberiku banyak harapan, berjanji akan berpisah dengan suaminya dan akan memulai hidup barunya bersamaku. Tapi sekarang aku sadar, semua yang dia katakan tidak akan pernah terbukti sampai kapanpun karena dia hanya memberiku harapan palsu. Selama ini aku hanya dijadikan pelariannya saja, sikap manisnya padaku setiap hari ternyata fake, walau dia sering menghabiskan malam bersamaku di atas ranjang yang sama ketika suaminya tidak pulang karena bertugas sebagai seorang polisi, tapi dia tidak pernah mau memperjelas hubungan di antara aku dan dirinya. Jessica Mille, jika kamu baca postinganku ini, izinkan aku untuk menyampaikan sesuatu padamu. Malam ini aku akan menghilang dari hidupmu. Aku benar-benar akan pergi jauh karena kamu sudah tidak membutuhkanku lagi dan karena aku sadar kehadiranku tidak lagi kamu harapkan setelah hubunganmu dengan Brendan kembali baik-baik saja. Tapi kamu harus tahu satu hal, Jessica. Aku akan membawa cinta kita mati dan terkubur bersama jasadku sebagai bukti bahwa aku benar-benar mencintaimu, tidak seperti kamu yang hanya main-main dengan cintamu dan mengorbankan perasaanku. Sebelum aku pergi, aku ingin memposting beberapa foto dan video tentang kita berdua. Aku berharap begitu kamu melihat postingan ini, semoga kamu ingat dengan dosa-dosamu. Selain menuliskan caption yang panjang, Patrick juga membagikan foto-foto kebersamaannya bersama Jessica selama ini. Hingga di akhir slide ia pun mengunggah sebuah video yang menunjukkan dirinya tengah berciuman dengan Jessica di sebuah ruang rawat di rumah sakit tempat keduanya bekerja sebagai dokter. Video itulah yang menggemparkan dunia jagat maya dan mengecam perbuatan Jessica karena telah mempermainkan dua hati pria sekaligus. Banyak netizen yang berbondong-bondong memberikan hujatan di postingan Jessica, memenuhi kolom komentar dengan ungkapan kebencian. Seluruh netizen yang mendengar kabar mengejutkan hari ini, berbelasungkawa dan mengirimkan beberapa karangan bunga di apartemen kediaman Patrick tinggal. "Pemirsa, kami sudah berada di lokasi kejadian, di mana tempat Patrick Bernard melakukan bunuh diri karena patah hati. Diduga kuat Patrick menjalin hubungan terlarang dengan wanita yang sudah bersuami, mereka sering menghabiskan waktu bersama dan keterangan itu kami dapatkan dari beberapa rekan kerja Patrick dan Jessica yang sama-sama merupakan dokter di rumah sakit yang sama. Bahkan asisten Jessica sendiri mengakui bawa korban memang sangat dekat dengan Jessica yang diketahui sudah menikah dengan seorang anggota pasukan SWAT sejak lima tahun silam. Dan diketahui dari postingan terakhirnya bahwa Jessica saat ini tengah berada di Paris bersama suaminya untuk merayakan anniversary pernikahan yang ke lima tahun, dan karena itulah Patrick patah hati sebab merasa dibohongi setelah hubungan Jessica dan suaminya kembali membaik setelah sempat mengalami berbagai macam masalah hingga dikabarkan hampir bercerai, dan akhirnya Patrick melakukan bunuh diri di tempat ini untuk mengakhiri hidupnya." Kabar itu disampaikan oleh salah satu reporter yang tengah meliput siaran langsung di lokasi kejadian. Sementara Gwen yang tidak sengaja melihat berita tentang kematian Patrick bersama isu perselingkuhan dengan putrinya begitu syok. Ia tak menyangka pagi ini ketika Gwen menyalakan televisi untuk melihat berita tapi malah disuguhkan berita yang sungguh mengejutkan untuknya, hingga secangkir teh hangat yang berada dalam genggamannya tumpah dan gelasnya pecah di atas permukaan lantai. "Astaga Jessica… Tidak, tidak mungkin Jessy melakukan hal memalukan itu di belakang Brendan." Gwen terus mengulangi perkataan yang sama sembari menggelengkan kepala karena tidak percaya dengan apa yang baru saja wanita paruh baya itu saksikan dari tayangan berita. Gwen sulit untuk percaya sebelum ia mendengar secara langsung penjelasan dari mulut putrinya. Dengan tangan yang gemetar, Gwen meraih ponsel yang berada di atas meja dan segera mencari kontak Jessica untuk meminta penjelasan. "Ya Tuhan, semoga saja apa yang diberitakan tadi tidak benar. Aku yakin Jessica tidak mungkin melakukan hal itu, aku yakin seratus persen bahwa putriku bukan wanita seperti yang diberitakan karena dia sangat menyayangi Brendan dan setia dengan suaminya. Aku percaya pada putriku, Tuhan," gumam Gwen yang sangat berharap dan berdoa dalam hati tentang kekisruhan yang tengah terjadi di kota Los Angeles, yang belum diketahui oleh Jessica dan Brendan yang tengah berada di kota Paris. Namun, Gwen harus menelan pil pahit karena panggilannya tidak dijawab oleh sang putri. Tentu saja hal itu semakin membuatnya merasa cemas dan panik. Hingga akhirnya wanita paruh baya itu memutuskan untuk menghubungi kepala rumah sakit yang merupakan adiknya sendiri. "Halo, Gerald. Apa yang terjadi?" tanya Gwen begitu panggilannya dijawab oleh sang adik. "Gwen, kamu pasti sudah melihat berita kan? Sekarang keadaannya sangat darurat, berita tentang Patrick membuat banyak wartawan mendatangi rumah sakit ini, bahkan banyak karangan bunga yang berisi hujatan sekaligus ancaman untuk Jessica. Tapi kamu tenang saja, Gwen, sebisa mungkin aku akan mengatasi semua ini. Aku yakin cepat atau lambat berita ini akan segera meredup. Jangan terlalu memikirkan hal ini karena itu dapat membuat kondisimu drop," jawab Gerald yang sangat mencemaskan kesehatan sang kakak, maka dari itu ia berusaha untuk menenangkan Gwen agar pikirannya tidak terlalu terbebani. "Terima kasih Gerald. Tapi aku sungguh syok mendengar berita pagi ini. Aku tidak percaya jika Jessica melakukan hal itu. Kamu juga berpikir seperti itu kan, Gerald?" tanya Gwen kembali meminta pencerahan dari adiknya. "Tentu saja aku tidak percaya karena aku yakin keponakanku tidak seperti itu, Gwen. Tapi aku tidak mengerti mengapa video Patrick yang tengah berciuman dengan Jessica seperti nyata tanpa rekayasa. Sepertinya kamu harus segera menghubungi dia, Gwen, agar kita sama-sama mengetahui kejadian yang sebenarnya setelah mendengar penjelasan dari Jessy secara langsung." "Aku sudah coba menghubunginya, Gerald, tapi Jessica tidak menjawab panggilanku. Aku tidak tahu apakah dia sibuk atau memang sengaja menghindar. Aku benar-benar pusing memikirkan masalah yang menimpa putriku, Gerald. Aku tidak ingin pernikahan Jessica dan Brendan hancur karena masalah ini," ungkap Gwen yang mengatakan tentang ketakutan dan kegelisahan hatinya. "Jangan berpikir macam-macam dulu Gwen, mungkin saja Jessica memang benar sedang sibuk atau jauh dari jangkauan ponselnya. Coba kamu hubungi dia sekali lagi ya. Kalau kamu butuh bantuan apa pun jangan sungkan untuk menghubungiku, atau mungkin kamu ingin ditemani di rumah oleh istriku?" tawar Gerald yang sejujurnya sangat mengkhawatirkan kondisi Gwen karena munculnya masalah ini. "Ah, baiklah Gerald. Terima kasih atas tawaranmu, tapi tidak apa-apa aku baik-baik saja kok. Gerald, aku minta tolong banget sama kamu, tolong kamu bantu untuk meredakan kasus ini secepatnya. Mungkin kamu bisa membayar orang profesional untuk mengurus kasus ini agar lekas selesai, aku siap membayar berapapun supaya pernikahan Jessica dan Brendan tetap baik-baik saja." Gwen begitu memohon dengan suara yang terdengar lirih. Bahkan di seberang telepon air mata terus mengalir membasahi wajahnya yang sudah tampak beberapa keriput di sana. "Aku pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk ponakanku, Gwen. Sekali lagi aku minta sama kamu, please jangan terlalu stress dan pikirkan kesehatanmu nomor satu. Kamu serahkan semua masalah ini padaku, aku akan berusaha untuk menyelesaikan masalah ini secepatnya," janji Gerald yang coba menenangkan kecemasan Gwen. "Terima kasih, Gerald. Kalau begitu aku akan coba untuk menghubungi Jessica lagi sampai dia menjawab panggilan dariku," pamit Gwen untuk segera mengakhiri panggilannya. Gwen pun kembali menghubungi nomor Jessica dan berharap panggilannya kali ini mendapatkan jawaban. Dan apa yang Gwen harapkan kali ini akhirnya terwujud, panggilannya dijawab oleh Jessica dengan suara parau. Suara yang terdengar baru bangun tidur. "Halo, Jessy. Kamu sedang apa sayang? Kamu dan Brendan baik-baik saja kan di Paris?" tanya Gwen mengawali pertanyaannya dengan bertanya kabar untuk memastikan apakah Jessica sudah mendengar berita yang terjadi di Los Angeles atau belum. "Aku dan Brendy baik-baik saja kok, Mom. Kita nggak sengaja ketiduran saat lagi nonton film, ini aku baru kebangun karena Mommy telepon. Ada apa Mom, malam-malam begini menghubungiku? Mommy pasti kangen ya sama kita berdua, atau mau mengingatkan untuk tidak lupa membawa oleh-oleh saat kembali ke Los Angeles?" jawab Jessica sembari mengusap kedua matanya yang masih terasa lengket, dan mengakhiri kalimatnya dengan melontarkan sebuah pertanyaan. "Oh iya sayang maaf ya, Mommy lupa kalau di sana masih malam. Ini kalian nonton film di kamar hotel kan makanya bisa ketiduran?" tanya Gwen kembali yang kebingungan harus menyampaikan dari mana dulu tentang berita yang heboh di Los Angeles kepada putrinya. "Iya dong, Mom. Kita nonton film di hotel, memang hari ini nggak ada jadwal jalan-jalan malam. Tadi siang aku hanya berkeliling kota Paris dan mampir ke mall untuk membeli oleh-oleh. Memangnya kenapa Mommy tanya begitu?" tanya balik Jessica yang merasa lain dengan sikap ibunya kali ini. Hingga sepasang tangan melingkar di tubuh Jessica dan membuatnya terkekeh geli akibat keisengan suaminya. Lalu Brendan berbisik di telinganya dengan suara parau membuat Jessica merinding. "Jessy, siapa yang menelponmu malam-malam begini?" tanya Brendan yang dapat terdengar jelas oleh Gwen. "Ini Mommy, Brendy. Mommy sedang menyidakku dengan banyak pertanyaan. Tanya kita apa kabar, lagi apa, ada di mana? Nonton film di mana sampai bisa nggak sengaja ketiduran? Intinya dia sangat merindukan kita dan tidak sabar menyambut kepulangan kita berdua dengan membawa banyak oleh-oleh untuknya," jawab Jessica dengan nada suara yang terdengar begitu manja ketika menjawab pertanyaan suaminya. "Oh. Hi, Mommy. How are you?" tanya Brendan setelah lengan kekarnya berhasil merampas ponsel milik Jessica dan menempelkan benda pipih tersebut di telinganya untuk dapat berbicara dengan sang ibu mertua yang begitu ia cintai. "I'm fine, Brendy. Maaf ya kalau Mommy mengganggu waktu tidur kalian. Mommy hanya ingin memastikan keadaan kalian berdua baik-baik saja di Paris," jawab Gwen yang akhirnya memutuskan untuk tidak menceritakan kepada Brendan dan Jessica tentang masalah yang terjadi di Los Angeles. Dirinya begitu tidak tega untuk menghancurkan kebahagiaan Brendan dan Jessica karena hubungan keduanya baru kembali membaik setelah sempat renggang selama 6 bulan terakhir ini. "Ini terdengar cukup aneh karena Mommy tiba-tiba saja mencemaskan keadaan kita berdua di Paris, tapi Mommy tenang saja ya karena aku pasti akan menjaga putrimu dengan baik dan tidak akan membiarkannya terluka sedikitpun." Mendengar jawaban Brendan yang seperti itu membuat hati Gwen terenyuh. Ia teramat bersyukur sekaligus beruntung memiliki menantu seperti Brendan yang sangat mencintai putrinya dengan tulus. Air mata bahagia yang bercampur kecemasan menetes perlahan demi perlahan dari kedua sudut matanya, namun sebisa mungkin Gwen berusaha menahan rasa sesak di d**a dengan menekannya kuat-kuat agar tidak mengeluarkan suara isak tangis yang dapat terdengar oleh Jessica dan Brendan yang kini tengah diselimuti kebahagiaan di Paris sana untuk mengulang masa-masa honeymoon keduanya. "Thank you so much, Brendy. Mommy dan Jessy sangat bangga dan teramat bahagia karena bisa memiliki kamu dalam hidup kami. Tolong jaga Jessy sebaik mungkin untuk Mommy di sini ya. Jaga dia dengan baik dan jangan membuatnya terluka seperti yang kamu ucapkan tadi." Gwen meminta dengan penuh permohonan, itu terdengar dari nada suaranya yang seperti tengah mencemaskan sesuatu hal yang tidak dimengerti oleh Brendan. "Mommy tenang saja, aku akan pegang janjiku untuk menjaga Jessy karena aku sangat takut kehilangannya jika aku sampai berani membuatnya terluka," jawab Brendan penuh keyakinan. "Ok, kalau begitu lanjutkan tidur kalian ya. Good night honey." Gwen pun memilih untuk mengakhiri panggilannya bersama Brendan dan Jessica dengan perasaan yang sedikit lebih tenang dari sebelumnya setelah mendengar keduanya baik-baik saja dan tidak mendengar berita apa pun yang terjadi di sini. Setelah panggilan mereka terputus, Brendan menatap lekat-lekat wajah cantik istrinya yang tidur di sebelahnya. "Jessy, Mommy Gwen sedikit aneh ya. Aku seperti mendengar kecemasan dari suaranya tadi, tapi apa yang dia cemaskan setelah mendengar keadaan kita di sini baik-baik saja? Memang hubungan kita dan semuanya baik-baik saja kan, sayang?" tanya Brendan pada istrinya sambil mengusap-usap pucuk kepala Jessica yang terlihat nyaman berada dalam pelukannya, sehingga tidak merasa heran sedikitpun atas panggilan ibunya yang terdengar seperti mencemaskan sesuatu. "Mungkin itu hanya perasaan kamu saja, Brendy. Mommy menghubungi kita pasti karena dia merindukan kita berdua agar cepat pulang. Sudah ya jangan pikirkan yang aneh-aneh, mending sekarang kita lanjut tidur soalnya aku masih ngantuk banget nih." Jessica menjawab dengan suara parau dan mata yang masih nyaman untuk dipejamkan karena kantuk yang ia rasakan. "Hei, jangan tidur dulu dong sayang. Kamu kan sudah janji akan mencoba gaya baru malam ini," rengek Brendan yang menagih janji Jessica. Seketika mata Jessica terbuka lebar mendengar perkataan suaminya. Kedua alisnya saling bertaut hingga menciptakan kerutan dalam di permukaan dahinya. "Gaya apa?" "Jangan pura-pura lupa! Masa kamu enggak ingat sama sekali sih dengan perkataanmu siang tadi?" protes Brendan yang begitu menuntut janji dari Jessica. "Janji yang mana? Aku bener-bener nggak inget Brendy kalau lagi ngantuk gini. Ayo bilang, memangnya aku janji apa sama kamu?" tanya Jessica dengan mengerucut kesal karena tak berhasil mengingat soal apa pun. "Kamu ingat tadi kita beli apa di mall?" "Beli banyak lingerie," jawab Jessica dengan begitu polosnya. "Sebelum belanja lingerie, kamu bilang apa sama aku?" tanya Brendan yang begitu gemas dengan Jessica karena bisa-bisanya melupakan janji yang diucapkan. Akhirnya Jessica pun berhasil mengingat janji yang ia ucapkan di mall siang tadi pada suaminya setelah coba diingatkan oleh Brendan. Hingga seketika wajahnya merona merah dan tersenyum malu-malu. "Oh iya sekarang aku ingat. Malam ini aku akan berakting jadi seorang pelayan di suatu restoran dan melayani kamu, lalu ekhem…" Jessica tak mampu melanjutkan perkataannya karena tersedak efek merasa malu dengan pikirannya yang liar tadi siang hingga bisa berkata seperti itu pada Brendan. "Kalau begitu ayo cepat lakukan peranmu, Jessy. Aku sudah tidak sabar menjadi pelanggan di restoran tempat kamu bekerja!" pinta Brendan yang sudah tidak dapat menahan hasratnya karena fantasi liar telah berputar-putar di kepala, membayangkan Jessica mengenakan lingerie bak seorang pelayan di restoran dan menghidangkan makan malam yang lezat untuknya. "Karena aku wanita yang suka menepati janji dan tidak suka ingkar, aku akan ganti pakaianku sekarang. Kamu tunggu di meja makan ya sayang," ucap Jessica dengan suara menggoda dan beranjak pergi meninggalkan ranjang. Seketika rasa kantuk hilang tatkala dirinya harus menjalankan peran untuk memuaskan pria yang merupakan suaminya. Brendan tersenyum puas melihat Jessica yang begitu bersemangat karena akan segera memulai aksinya. Ia pun ikut bergegas meninggalkan ranjang menuju meja makan sesuai yang Jessica perintahkan. Pria itu sudah tak sabar ingin menghabiskan malam ini bersama sang istri tercinta dengan berbagi kenikmatan satu sama lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN