"Saya tidak tahu apa tujuan kamu, ngajak saya ke sini?" Dewa duduk di hadapan Edgar. Saat ini keduanya sedang berada di sebuah kafe. Tadi Edgar mengirim pesan padanya, dan mengajak Dewa ketemuan di sini. Edgar menyesap rokoknya dengan tenang, "Bagaimana kisah kalian?" Ia membuang sakar rokok ke sebuah asbak kecil yang tersedia. "Aku gak pernah usik kalian. Tapi bukan berarti merelakan kalian begitu saja." "Kisah kami sudah lama sekali terjalin. Dan kamu sebaiknya mundur saja. Karena sudah tidak ada cara lain untuk membuat Dyra jadi milik kamu!" Dewa menjawab dengan bersidekap d**a. Edgar berdecih, "Aku tidak takut dengan status kalian yang sudah syah di mata negara atau pun agama. Yang aku takutkan adalah kalau Dyra sudah tidak lagi membutuhkanku." "Dia memang sudah tidak lagi butuh

