Setelah hampir tiga jam perawatan dari atas ke bawah, Rei menatap dirinya sendiri di depan cermin.
Rambutnya terpotong pendek sebahu dengan model bob. Poni memanjang hingga ke matanya dan saling bertautan dengan bulu matanya yang lentik alami. Ada sapuan eye shadow warna lembut di kelopak matanya, hingga membuat mata indahnya yang menyipit seperti mata kucing itu terlihat bersinar. Blush on merah muda mewarnai pipi kiri dan kanannya hingga merona merah segar. Terakhir ada lipstik warna bibir yang melengkapi make up 'no make up look' di wajahnya.
Kuku kuku jari tangan dan kakinya terpotong rapi dengan ulasan kuteks warna bening yang cemerlang. Badannya pun terasa segar setelah melakukan perawatan lulur dan creambath.
"Si mbak satu ini memang cantik luar biasa," ucap staf yang melayaninya.
Rei tersenyum dan mengeluarkan selembar lima puluh ribu rupiah ke telapak tangan staf salon tersebut.
Pujian yang berujung tips. Tapi aku puas..
Sekarang tinggal mencari pakaian yang tepat. Sudah bertahun tahun juga tidak pernah membeli baju,mungkin ini waktunya!
Dengan berjalan kaki, Rei menyusuri deretan toko toko di kawasan komersial tersebut. Ia memasuki satu butik ternama yang menjual aneka barang bermerek.
Waktunya buang buang uang!
Rei memilih satu setelan blazer dan celana semi kasual yang mengikuti model terkini. Ia mulai mencobanya dan mematut dirinya di depan cermin.
Warna terracotta bagus juga di kulitku. Ini boleh juga! Ok, ini saja!
Ia kemudian mengecek tag harganya. Bibirnya mengerucut dan keningnya berkerut. Tujuh juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah..
Rei, Rei, kamu memang hampir tidak pernah belanja, tapi sekalinya belanja??? Sebanyak ini? Ah sudahlah.. Reward for myself.
Setelan jas itu ia bawa ke kasir. Rei mengeluarkan kartu debit miliknya dan siap untuk menggeseknya.
Bye bye tujuh juta! Welcome penampilan baru... Mahal juga urusan ingin tampil maksimal di depan mantan. Padahal kalau dipikir pikir, untuk apa juga?
Tapi gengsi dan harga diri tidak bisa diukur dengan uang. Maju terus pantang mundur!
Setelah membayar, Rei langsung mengganti pakaiannya dan keluar dari butik dengan menggunakan setelah blazer tersebut dan kaos putih di dalamnya. Untuk alas kaki, Rei mempertahankan sepatu model oxford yang sudah dikenakannya. Tinggi tubuhnya yang menjulang dan mencapai seratus enam puluh delapan senti meter menyebabkannya jarang mengenakan sepatu hak tinggi. Selain itu, pekerjaannya yang membutuhkan mobilitas tinggi dan banyak di lapangan, membuatnya tidak menyukai sepatu sepatu yang tidak memudahkannya bergerak.
Ia dengan penuh percaya diri keluar dari butik dan melangkah kembali ke kantor.
Beberapa anggota timnya dengan usil bercanda dan bersiul menggodanya.
"Waduh mbak Kirei mau kemana?"
"Ini selebritis atau produser?"
"Malah lebih cocok tampil di depan layar daripada di belakang layar."
"Ada Jennie Blackpink lewat."
"Wuihh... Kirei Ganeeta, fashion influencer.."
Rei mengabaikan ocehan para kaum tidak ada kerjaan itu. Ia pun duduk di meja kerjanya dan membuat sekilas gambaran soal program reality show 'Dating Inferno'.
Ryuga Guinendra pasti sudah membacanya di proposal yang kita kirimkan. Kontrak juga pasti mencantumkan secara detail, tapi hand note ini penting untuk memastikan segalanya.
Drr.. Drrr..
Suara getar ponsel mengganggu konsentrasinya.
Siapa sih?
Rei membacanya.
Gita : Satu jam lagi, jangan lupa di SAGE CAFE. Kamu datang sebelumnya. Aku tunggu.
Rei : Iya mbak.
Waduh setengah jam lagi aku harus berangkat!
Rei memastikan file tersebut tersimpan di ponselnya. Ia pun bergerak pergi menggunakan mobil operasional kantor menuju SAGE CAFE.
Sepanjang jalan, pikirannya mengenang masa lalu. Ketika Ryu belum seterkenal sekarang, ketika Ryu masih mengejar cita citanya. Lelaki penuh mimpi yang membuatnya terkagum kagum.
Aku dan Ryu sedang mengejar mimpi saat itu. Kita bisa saling berdiskusi dan bicara banyak hal. Dia lelaki yang baik dan perhatian. Tak heran aku jatuh hati. Aku selalu memperhatikan kerja kerasnya untuk mencapai mimpi. Kadang dia latihan sampai malam dan tidak ingat waktu. Setiap hari menggembleng fisik tak kenal lelah.
Tak terhitung beberapa kali ia mengalami cedera atau pulang dalam keadaan lelah. Tapi senyum selalu hadir di wajahnya. Ia bekerja keras karena melakukan hal yang ia suka. Itu sebabnya Ryu tidak menjadikannya beban.
Memang tak heran kalau dia menjadi pemain bola kenamaan seperti sekarang ini.
Bisa dibilang, aku jatuh hati gara gara semangatnya itu. Belum lagi sifat berandalan yang membuatnya seperti lelaki manly yang seksi. Ada daya tarik tidak terelakkan meski kelakuannya sedikit 'nakal'. Wajah tampan dan badan keren sih bonus ya...
Kesan 'nakal' dari Ryuga Guinendra membuatnya tidak lagi heran ketika lelaki itu tiba tiba ghosting.
Awalnya kesal, marah, emosi bercampur aduk. Meski ia berhasil move on, rasa dendam itu ada.
Ingin rasanya membuat dia menyesal telah meninggalkanku tanpa kabar begitu saja. Ingin rasanya membuat Ryuga Guinendra terkagum kagum melihatku. Ingin rasanya membuatnya meminta maaf karena telah menghilang begitu saja.
Meski, belum tentu juga dia merasakan hal itu. Sebagai pemain bola ternama dengan bayaran mahal, mencari perempuan tipe seperti apapun tentu mudah saja baginya. Apalah aku yang mungkin seperti butiran debu...
Ah tapi, percaya diri Rei! Kamu tidak jelek. Not so bad...
Mobil memasuki parkiran SAGE CAFE. Ia berhenti di lobi restoran dan duduk di kursi kursi yang berderet sambil mengirimkan pesan pada Gita.
Rei : Aku sudah di lobi kafe. Dimana?
Gita : Tunggu ini di parkiran.
Rei : Ok.
Matanya terus tertuju ke layar ponsel, sampai tiba tiba terdengar keributan di depan. Ia menoleh dan berusaha mencari tahu. Namun tepat saat ia berdiri, sosok tinggi besar dengan kulit sedikit gelap masuk ke dalam restoran. Lelaki tersebut mengenakan kaos polo putih dan celana kain berwarna hitam.
Tubuhnya tegap dan langkahnya penuh percaya diri. Pemain bola ternama tersebut memasuki restoran dengan penjagaan ketat di kiri dan kanannya.
Rei seperti terhipnotis. Ia hanya bisa berdiri dalam diam menatap sosok Ryuga Guinendra masuk ke dalam restoran.
Atlet kebanggaan tanah air tersebut menghentikan langkahnya. Entah perasaannya saja, atau memang terjadi, tapi Ryuga seperti menatapnya dengan tatapan kaget.
Apa dia kaget karena tak percaya akan melihatku di sini? Atau hanya perasaanku saja?
Keduanya membisu. Keriuhan yang terjadi sesaat seperti tiba tiba membisu. Rei merasakan kalau telinganya tidak mendengar apapun. Indera pendengarannya seperti mendadak tak bekerja dan hanya indera penglihatannya saja yang berfungsi.
Kirei Ganeet dan Ryuga Guinendra akhirnya kembali bertatap muka setelah bertahun tahun tidak bertemu.
Tidak ada kata yang keluar, yang ada hanya debar jantung yang berdetak dengan kencang.