Rei tidak bisa menutupi kekagetannya melihat langsung sosok Ryu yang memang glowing. Lelaki di hadapannya ini bertubuh tinggi besar dan atletis khas pemain bola. Gaya berpakaiannya juga lebih rapi. Ada beda dengan Ryu dulu.
Ia tak bisa berkata kata dan juga tak sanggup bergerak. Dalam beberapa saat momen tersebut, Rei berharap Ryu melambaikan tangan dan menyapanya.
Namun, ada rasa kecewa ketika menyadari setelah sepersekian detik waktu terasa berhenti, tiba tiba saja Ryuga kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam restoran.
Waktu pun kembali berjalan dan Rei menghadapi realita hidup kalau Ryu memang tidak mengenalinya lagi.
Ok, baguslah, setidaknya aku bisa bekerja tanpa rasa canggung.
Bibir Rei mengatup dan pipinya menggembung. Jauh di lubuk hati, ucapannya itu hanya menenangkan diri saja. Rei tahu kalau dia kecewa.
Kecewa ketika menyadari Ryu seperti tidak mengenalinya lagi.
Tidak apa apa sih, tapi kecewa juga ya ternyata...
Nafas panjang terhembus dengan keras seperti bentuk pelampiasan kekecewaan.
"Aww.. Angin topan," Gita tiba tiba muncul dan mencoba melawak.
Rei hanya tersenyum simpul, "Mbak ih berlebihan. Memang bunyi nafasku barusan keras sekali?"
"Hembusan nafas yang mencirikan seseorang yang kecewa atau kesal atau mungkin hidung mampet?" Gita merangkulnya sambil tertawa sendiri. "Kita duduk dulu saja."
Keduanya kemudian duduk lagi di salah satu kursi yang tersedia di lobi tersebut.
"Jadinya kamu ikut makan malam," ucap Gita. "Aku tadi diinfo Bapak Eka Dierja."
Gita menyebaut nama bos besar di stasiun televisi tempatnya bekerja. Eka Dierja adalah Direktur Utama ENT TV sekaligus juga salah satu pemegang saham Grup ENT Media & Network.
"Oh, ok..." Rei mengangguk.
"Tapi, by the way... Kamu berbeda! Apa ya?" Gita mengerutkan keningnya. "Apa ini hari yang sama dengan hari tadi kita membahas Ruga?":
"Iya," Rei tergelak.
"Tapi.. Kenapa kamu berbeda? Aku kok rasanya seperti di dunia lain..." Gita menggumam sambil terus memperhatikan penampilan Rei.
"Baju jelas beda, rambut beda, dan kamu sekarang mengenakan make up!" Gita tersenyum lebar, "Nice!"
Rei hanya tertawa.
"Bagaimana penampilanku?" tanyanya.
"Kamu seperti selebritis, glowing dan stylish!" Gita memujinya. "Cantik. Si Ryu bisa bisa jatuh hati sama kamu."
Rei lagi lagi tertawa.
Setidaknya targetku untuk tidak terlihat kusam sudah tercapai.
"Sudah sekarang kita masuk. Tempat makan di Ruang Canthium," ucap Gita sambil menarik tangan Rei untuk masuk ke dalam ruang tengah restoran.
Suasana yang tadi sempat riuh karena kehadiran Ryuga Guinendra sudah kembali normal. Pihak keamanan restoran mewah ini memang telah bergerak cepat dan sigap.
Sepanjang jalan menuju ruangan private tempat mereka makan, jantungnya terasa dag dig dug tak menentu.
Tenangkan dirimu Rei, Ryu sepertinya tidak peduli juga, kamu harus berlaku sama. Anggap saja dia masa lalu, angin lalu, sudah berlalu.. Semua lalu, lalu, lalu itu Ryuga!
Langkah mereka terhenti di depan pintu yang bertuliskan "CANTIUM".
Gita membuka pintunya yang ternyata masih kosong.
"Ryuga tadi sudah datang, kenapa dia belum ada di ruangan?" tanya Rei.
"Kita makan malam jam tujuh. Ini jam tujuh kurang dua puluh, aku pikir dia mungkin datang lebih awal untuk keamanan. Pihak restoran pasti menyediakan ruang transit. Atau mungkin dia ada pertemuan lain. Lagipula, harus tim kita dulu yang berkumpul baru dia masuk," jelas Gita panjang lebar..
"Ya, ya," ucap Rei.
Ia memilih untuk duduk jauh dari tengah meja yang mungkin akan ditempati Ryu.
Aku tidak mau ada di dekatnya.
Gita menghitung ketersediaan kursi.
"Ok, cukup!" ucap Gita.
Ia duduk di sebelah Rei.
"Kemana juga bos bos ini?" gumam Gita.
Tepat saat gumaman Gita tersebut berakhir, pintu pun terbuka, direktur umum masuk, diikuti direktur keuangan dan terakhir Direktur Utama ENT TV, Eka Dierja.
Mereka pun duduk di kursi yang telah disediakan.
Kemudian pintu kembali terbuka, Pemimpin Redaksi ENT TV, Sakti Prabawa.
"Belum datang bintang tamu kita itu?" Eka menatap Gita.
"Yang saya dengar, dia sudah datang, tapi mungkin ada pertemuan lain dulu, kita tunggu saja," ucap Gita.
Eka hanya mengangguk. Ia lalu menatap Rei, "Idemu diprediksi akan booming. Saya berharap banyak."
"Kita harus mempertahankan status sebagai stasiun televisi nomor satu di tanah air. Selain itu, saya menargetkan tahun ini kita akan menjadi pelopor variety show dan reality show di tanah air," ucapnya lagi.
"Siap pak," Rei mengiyakan.
Eka tiba tiba tersenyum lebar, "Stasiun televisi lain sudah ketar ketir ketika mereka tahu kita sudah membuat kontrak dengan Ryuga Guinendra. Tidak murah, tapi worthed!"
Tiba tiba saja, pintu ruangan kembali terbuka. Sosok Ryuga masuk ke dalam ruangan tanpa senyum. Ia hanya mengangguk menatap satu persatu orang yang ada di ruangan.
Eka berdiri menyambutnya, "Apa kabar?"
"Baik pak Eka," Ryuga menjawabnya dengan sopan.
Ia lalu menyalami yang lainnya sambil memperkenalkan diri. Dan terakhir, Rei dan Ryuga kembali bertatapan.
Ryuga mengulurkan tangannya tanpa ekspresi, "Ryu."
"Saya Rei," jawabnya.
Keduanya bersalaman dan saling menatap.
Rei tahu, dan tidak bisa membohongi dirinya sendiri, sentuhan itu seperti aliran listrik yang mengejutkannya. Hanya tiga detik, tapi dampaknya luar biasa.
Tapi kemudian, uluran tangan pun terlepas.
Ryu pun bergegas duduk di tengah meja yang sudah dipersiapkan, berhadapan dengan Eka Dierja.
"Saya senang sekali kita bisa bekerjasama," ucap Eka.
"Sama. Saya juga. Ini pertama kali," Ryuga memamerkan senyumnya yang bagaikan maut.
Senyum yang sepertinya sanggup mencabut nyawa sesaat dan membuat lawan jenis seperti kehilangan akal sehatnya.
Rei menunduk mendengarkan percakapan keduanya.
"Program reality show Dating Inferno, jadi yang pertama di tanah air, apalagi bintang tamu season pertama ini Ryuga Guinendra. Hal yang bisa mencengangkan dunia hiburan," Eka tersenyum.
"Kapan mulai syuting?" Eka menatap Gita.
"Minggu depan," jawabnya. "Technical meeting dan briefing secara bertahap sudah berjalan."
"Apa bisa ikut technical meeting besok?" Tanya Gita pada Ryuga.
"Saya berharap, tim bisa menemui saya secara pribadi," ucap Ryuga.
"Bisa," Gita mengangguk, "Dimana?"
"Saya menyewa kamar di Grand Hotel Amarta, President Suite 2013," ucapnya.
"Siap, tim akan menemuimu besok," Gita menyanggupi.
"Aman?" ia menoleh ke arah Rei.
"Iya," Rei mengangguk.
"Rei ini produser program Dating Inferno," Gita menjelaskan. "Dia yang bertanggung jawab selama proses syuting nanti."
Ryu bersikap acuh tak acuh dan mengangguk.
"Saya.. Mmm.. Tunggu.. Besok siang," gumamnya.
Rei tak sanggup berkata kata. Lagi lagi, ia hanya mengangguk.
Besok siang, aku dan tim akan menemuinya tanpa adanya bos bos ini. Apa yang akan terjadi?
Oh.. Sungguh... Sepertinya syuting kali ini akan menjadi proses yang panjang...