TECHNICAL MEETING IN PRIVATE

1123 Kata
Yuma kembali muncul ke ruang tengah tempat mereka berkumpul. "Sori tunggu ya," ucapnya. "Tadi fisioterapis datang agak telat, jadi mulainya sedikit terlambat." "Tidak masalah," ucap Kenta. "Apa saja yang akan dibicarakan?" tanya Yuma sambil duduk di hadapan mereka. "Kita bicara hal teknis, karena ini reality show, jadi Ryu nanti berdialog dan berperan menjadi dirinya sendiri. Kita tidak mengarahkan dalam bentuk naskah kata per kata. Tapi hanya berupa alur cerita, adegan demi adegan dan arahan percakapan," terang Rei. "Nanti kita akan sharing story board." Yuma mengangguk. "Seperti kalian ketahui, ini pengalaman pertama Ryu. Dia tidak pernah sama sekali melakukannya. Sejujunya klub nya sedikit khawatir kalau dia mengikuti reality show semacam ini. Apalagi dia dipersiapkan untuk musim kompetisi tahun depan," Yuma menerangkan. "Tapi, klub akhirnya mengizinkan karena Ryu bersikukuh," ucapnya. "Jadi tolong, sesuai kontrak kerjasama yang sudah disepakati, tidak ada hal yang bisa mencoreng citra dia. Selain itu, hasil editing harus melewati approval terlebih dahulu.." tegas Yuma. Rei mengangguk, "Kami sudah membaca kontrak dan memahaminya." "Iya harap jadi perhatian. Ini untuk kebaikan bersama. Kalian tahu sendiri betapa fanatik fans sepakbola. Kita harus berhati hati," ucap Yuma lagi. "Kalau ada satu hal saja yang memojokkan Ryu, acara ini bisa diboikot dengan mudahnya." Rei kembali mengangguk. Tak lama sosok Ryu keluar dari sebuah ruangan sudah berpakaian rapi. Ia mengenakan celana panjang dan kaos polo masuk ke dalam celananya dengan rapi. Otot otot tangannya terlihat menonjol dan badan atletisnya terbentuk sempurna. Semerbak harum parfum mahal langsung tercium di ruangan itu. Mina langsung terpesona dan berbisik pelan pada Rei, "Harumnya... Ini menghilangkan rasa eneg akibat Tr*ka.." "Si Kenta harus tahu diri, jangan dekat dekat Ryu harusnya," Mina bicara perlahan. Rei hanya menahan senyum. "Kita bicara di sini saja?" tanyanya sambil menoleh ke arah Yuma. "Iya di sini saja," jawab Yuma. "Silahkan," Ryu menatap mereka berlima. Rei merasa kalau Ryuga Guinendra di hadapannya, bukanlah Ryu yang dulu. Ia pun menarik nafas panjang dan mencoba profesional. Rei mengeluarkan tablet dari dalam tasnya. Ia kemudian menatap Ryuga sambil mengendalikan emosinya yang bergejolak tidak jelas, "Sebelumnya, perkenalkan, nama saya Rei, produser program Dating Inferno. Di sebelah saya, Mina penulis naskah, lalu Kenta sutradara, di sampingnya Juna asisten sutradara dan paling ujung Chiko asisten produser," Rei memperkenalkan ulang anggota tim yang ikut bersamanya. "Iya, panggil saja saya Ryu," ucapnya."Kita bicara kasual saja.." Mina langsung tersenyum lebar, "I-iya.. Ryu.." Rei dan Kenta otomatis menyikutnya. Mina pun terdiam. "Reality show ini kurang lebih sama seperti brief yang pernah kita kirimkan," Rei mulai bicara. "Sesuai skrip, Ryuga Guinendra menjadi tokoh sentral. Reality show ini menceritakan kalau kamu sedang berada di pulau terpencil dan harus memilih salah satu dari lima perempuan untuk diajak berkencan. Biarkan semua berjalan natural dan kamu bisa memilih berdasarkan preferensi sendiri. "Ada lima orang perempuan yang sudah kita seleksi dari masyarakat umum. Mereka juga mengikuti casting untuk program ini. Setiap perempuan tersebut tidak sembarangan dan memiliki kelebihan beauty, brain, behavior. Jadi kamu harus memilih yang terbaik dari yang terbaik. "Mereka tahu kalau konsep reality show ini adalah mendekati tokoh sentral dan berkompetisi untuk jadi yang terpilih menjadi teman kencan. Kelima perempuan ini juga tahu kalau lelaki yang harus mereka dekati bukan lelaki biasa biasa, meski mereka tidak tahu pasti siapa karena identitasmu masih rahasia. Mereka tidak tahu kalau kamulah tokoh utama dalam Dating Inferno. "Kelimanya akan tahu saat kita berangkat ke pulau nanti," ucap Rei. Ia lalu menatap Kenta, "Rekan saya yang juga sutradara dalam projek ini akan menjelaskan dulu teknis pengambilan gambar nantinya." "Kami akan melakukan banyak pengambilan full shot sehingga terlihat jelas latar dan karakter. Sehingga penting untuk memiliki penampilan utuh. Nanti stylist dan juga make up artist tetap stand by untuk mengecek penampilanmu," jelas Kenta. "Ini story board yang sudah kita buat," Kenta meminta bantuan Juna untuk memaparkannya. "Total nanti menjadi dua belas episode. Tiap episode memiliki cerita tersendiri." "Script umum juga sudah kita siapkan, termasuk saat pengenalan pemain," Mina menambahkan. "Arahan arahan percakapan kita buatkan, tapi setiap tokoh berhak berdialog sesuai gaya bahasa masing masing," jelas Mina lagi. Ryu memperlihatkan storyboard pada Yuma untuk dipelajari. "Yang pasti, tidak ada kontak fisik selain sentuhan di tangan," tambah Juna. "Berlaku untuk semua tokoh." Ryu mengangguk. "Ini projek pertama saya di luar aktivitas atlet sepak bola, selain menjadi bintang iklan," ucap Ryu. "Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik." Mina mengangguk dengan semangat, "Tentu saja." Chiko lalu bicara, "Nanti saya akan menghubungi Bapak Yuma untuk teknis keberangkatan." "Namun ini jadwal yang sudah kita susun. Teknis pengamanan juga sudah kita siapkan agar Ryu tidak ada kendala," jelas Chiko lagi. "Siap," Yuma mengangguk. Mereka melanjutkan membahas hingga tak terasa waktu makan siang. "Ini sudah waktunya makan siang," Yuma melihat jam tangannya. Yuma lalu menyodorkan daftar menu hotel, "Technical meeting memang sudah selesai, tapi jangan pulang dulu. Kita makan di sini. Silahkan mau pesan apa.." Mina pun kegirangan. Aku makan siang bersama Ryuga Guinendra! Mimpi apa aku semalam? Setelah selesai memesan, Yuma mengajak mereka ke ruang makan yang ada di kamar hotel tersebut. Mina tiba tiba teringat sesuatu, "Mmm.. Maaf, sambil menunggu makan siang tiba, mmm.. Maaf saya lancang.. Tapi, apa boleh foto bersama Ryuga?" Yuma hanya tersenyum lalu menatap Ryuga yang mengangguk. "Silahkan atur posisi," Yuma mengeluarkan ponselnya. "Nanti saya kirim ke Rei." Mereka pun mulai berpose. Rei dengan sengaja berada di ujung agar jauh dari Ryu. Yuma tapi memintanya bergeser, "Sori, tapi mungkin Rei, Ryuga, Mina. Sisanya yang laki laki di kiri dan kanannya." Rei menelan air liurnya. Ia tidak mungkin menolak. Apa juga alasanku? Akhirnya ia bergeser hingga berada di samping Ryuga. Jantungnya berdebar kencang tak menentu dan berharap kamera segera mengambil gambar mereka dengan cepat. Setelah selesai, Rei merasa kalau wajahnya mungkin merah padam. Ia bergegas menoleh ke arah Yuma, "Toilet dimana?" "Kiri, lurus, pojok," jawabnya pendek. Rei pun bergerak cepat menuju toilet. Ia berdiam diri beberapa saat sambil mencuci mukanya. Setelah tenang, ia pun keluar dari toilet. Namun betapa kagetnya, saat pintu kamar kecil terbuka, sosok Ryuga melintas. Keduanya saling bertatapan selama beberapa detik. Rei dengan cepat tersadar dan kemudian memalingkan muka. Tapi kemudian terdengar suara yang menghentikannya. "Tunggu," Ryu bicara. Rei berbalik menatap Ryuga yang melangkah ke arahnya. Tubuhnya bergerak maju hingga membuat Rei berjalan mundur. Namun, gerak kaki Rei terhenti karena membentur tembok. Kedua tangan Ryu bergerak naik menyentuh dinding hingga berada di sisi kiri dan kanan kepala Rei. "A-apa yang kamu lakukan?" Rei terbata bata bertanya tanpa menatap mata Ryu. "Lihat mataku," Ryu bicara perlahan. Rei menurut dan menatap mata lelaki di hadapannya. "A-ada apa?" Rei kebingungan. "Ja-jangan bersikap seperti ini.." "Apa aku tidak boleh bersikap begini?" tanya Ryu perlahan. “Kita tidak pernah saling mengenal dan ini adalah pertemuan pertama kita,” Rei bicara dengan tegas. "Euh ke-kedua.. Pertemuan kedua." "Ja-jadi ti-tidak boleh.." Rei gugup menjawabnya. “Aku tidak pernah berniat menunjukkan pernah mengenalmu,” ucap Ryu tajam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN