106. Akhir yang Bahagia

1917 Kata

“Lepaskan!” Deri meronta, memberontak berusaha melepaskan diri dari cengkraman dua orang polisi. Sebelum ia berhasil membuka pintu kamar Jenie, pintu depan Jenie lebih dulu terbuka lebar dengan dua orang polisi yang segera menangkapnya. Sementara itu di dalam kamar, Rama tak melepas pelukan sedikitpun, memeluk Jenie begitu erat dengan gemuruh jantung yang membuatnya serasa ingin meledak. Bersamaan dengan masuknya polisi, ia segera menyusul Jenie dalam kamar, melihat dan memastikan bahwa istrinya baik-baik saja. “Kenapa lama sekali? Aku takut,” ucap Jenie lirih dalam dekapan sang suami. Rama kian mengeratkan pelukan dan mengucapkan ribuan kata maaf. Ia sengaja sedikit mengulur waktu sampai Deri benar-benar berniat melukai Jenie sebagai bukti di pengadilan nanti bahwa pria itu berniat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN