Jenie bergidik kaget mendengar suara ketukan pintu. Ia sengaja bersembunyi di kamar menghindari bertatap muka dengan Adam tapi, tentu saja tak semudah itu. “Jen, Jenie, kau di dalam, kan?” Suara Adam semakin membuat tubuh Jenie bergidik. Namun, ia yang bersembunyi di bawah selimut pada akhirnya keluar dari persembunyian. Rasanya Jenie ingin menangis. Menangisi serta merutuki kebodohannya yang meminta Rama kembali menciumnya hingga akhirnya dipergoki kakek Adam. Jika saja ia tidak melakukannya, ia tak semalu ini bertatap muka dengan Adam. “Iya, Kek,” ucap Jenie seraya berjalan lemas menuju pintu dan membukanya perlahan. Ia harap kedatangan Adam bukan untuk membahas kejadian memalukan tadi. “Ada apa Jen? Kau sakit?” tanya Adam memasang wajah cemas meski ia tahu Jenie sengaja menghindar