“A- apa itu, Kek?” Jenie bertanya dengan suara pelan. Telapak tangannya yang saling menggenggam di atas pangkuan mulai basah oleh keringat. “Kau mau sopir pribadi? Atau asisten rumah tangga?” Jenie menatap kakeknya dengan wajah bodoh. Apa ia tak salah dengar? Ia sudah berpikir yang tidak-tidak mengira Adam menanyakan sesuatu yang membahayakan sandiwaranya dengan Rama. “Ma- maksud kakek?” Adam menggenggam tangan Jenie membuat pandangan Jenie tertuju pada tangan keriput pria tua itu. “Kau tahu sendiri kakek sangat berharap bisa segera menimang cicit darimu. Jadi, kakek tidak ingin kau kelelahan,” ujar Adam memberi penjelasan. Jenie menatap Adam yang menatapnya penuh harap dengan pandangan tak terbaca. Ia merasa iba. Sepertinya Adam banyak menaruh harap padanya. Dan apa yang Adam la