“Waaah ….” Jenie menatap takjub bangunan di hadapannya. Saat ini ia dan Rama telah sampai di kantor pusat milik Rama. Bangunan itu menjulang tinggi di antara banyak bangunan tinggi lainnya di daerah tersebut yang letaknya berada di tengah kota. Jarak tempuhnya dari rumah sekitar 45 menit dengan kecepatan sedang. “Ayo.” Rama mengulurkan tangannya mengajak Jenie masuk ke dalam gedung. Ia sama sekali tak merasa malu meski menjadi pusat perhatian para karyawannya. Jenie menatap uluran tangan Rama dan menerimanya disertai anggukan kepala. Digenggamnya erat tangan Rama kemudian berjalan mengikuti Rama yang menuntunnya. “Eh? Siapa itu yang bersama pak bos?” “Ah, apa mungkin itu istrinya?” “Apa? Mana mungkin istri pak bos jelek begitu?” Berbagai bisikan mulai bersahutan di antara para k