Klang! Pisau buah itu jatuh terlempar ke sudut kamar saat sebuah tangan menepisnya dengan kasar. “Apa yang mau kau lakukan?!” teriak Shanti dengan kedua tangan mencengkram kuat bahu Cecyl. Mata melotot, perlahan air mata mulai menggenang. “Jangan bertindak bodoh, Cecyl! Kau mau meninggalkan ibu sendiri di dunia ini?!” teriaknya kembali hingga suaranya serak. Cecyl hanya bisa menangis. Ia ingin bicara tapi ia tak bisa. Rasa sakit saat ia membuka mulutnya saja seakan sampai ke tulang. Ia benar-benar menyesal sekarang. Bukan menyesal sudah membunuh Zia dan berpikir ini adalah karma melainkan menyesal sudah melakukan operasi plastik untuk mengubah wajahnya. “Hidupmu tidak akan berakhir di sini! Jangan bertindak bodoh dengan berpikir untuk mengakhiri hidupmu!” “Tapi, Bu. Hidupku hancur