Rama tak berhenti menatap Jenie hingga beberapa menit berlalu. Apa wanita itu gila? Pernikahan mereka hanya sementara, hanya sandiwara, tapi Jenie bersedia melahirkan anaknya demi kakeknya? Jika itu terjadi, sama saja Jenie mengorbankan masa depannya. “Apa ini bagian dari rencanamu?” kata Rama setelah beberapa menit hanya diam tak mengalihkan pandangan dari Jenie. Dahi Jenie sedikit berkerut. “Bagian rencana?” tanyanya mengulang ucapan Rama. Ia tidak tahu maksud ucapan Rama. Memangnya rencana apa? Ia sama sekali tidak punya rencana bahkan tawarannya barusan yang bersedia melahirkan anak demi Adam sama sekali tidak ia rencanakan. Pikiran itu terlintas begitu saja saat Adam menunjukkan kebaikan hatinya, menerimanya dan mempercayainya. “Rencana agar kau bisa terus menikmati semuanya. Ka