“Tidak. Kau pikir aku akan berhutang budi padamu?” Tatapan Rama kian tajam mendengar jawaban El. “Ah, tapi tunggu, biarkan aku berpikir dulu,” ucap El kembali disertai seringai tipis. “Hm, setelah kupikir-pikir, aku bisa melakukannya tapi, dengan satu syarat.” Seringai El kian terukir jelas. Ia seakan tak gentar melihat tatapan tajam Rama padanya. Alis Rama berkerut tajam. Ia seakan bisa menebak syarat apa yang El inginkan. Dan benar saja, pria itu menginginkan istrinya. “Berikan Jenie padaku.” Rahang Rama kian mengeras, tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya. Jika saja tak melihat kondisi El sekarang, mungkin kepalan tangannya telah menghantam wajah pria itu. Tahu begini ia membiarkan El mati, pria itu tak bisa diajak kerja sama. Merasa muak, Rama membalikkan badan dan melang