“Hah ….” Jenie menjatuhkan bokongnya di tepi ranjang seraya menghela nafas panjang. Ia baru tiba setelah menghabiskan waktu di kantor Rama seharian. “Bagaimana?” Rama berjalan memasuki kamar dan berhenti di depan ranjang seraya melonggarkan dasi. Jenie menoleh. “Sangat menyenangkan,” jawabnya. “Besok mau ikut lagi?” tanya Rama seraya duduk di tepi ranjang tanpa mengalihkan perhatian dari istrinya. Jenie tampak berpikir. “Hm, entahlah. Mungkin tidak,” jawabnya. Sebelah alis Rama meninggi. “Kenapa? Bukankah kau bilang menyenangkan?” “Menyenangkan bukan berarti kita harus mengulanginya, kan?” Rama terkekeh, sesuatu yang langka tapi kalo ini tak membuat Jenie terpaku. Ia justru menekuk wajah. Ia ingat saat Rama mengajaknya bermain tadi siang. Jenie memutar bola mata malas kemudian