78

1037 Kata
Kabar tentang bendungan anastasius kembali terdengar. Dimana air di dalam bendungan meluap keluar karena hujan yang turun deras di kawasan itu. Kriss belum sempat melihat berita itu karena dirinya masih tertidur lelap setelah pulang dari makam mama Tiffany. Seperti disihir, dirinya benar-benar tertidur nyenyak begitu sampai di hotel. Begitu pula dengan Tiffany yang juga tidur di bawah pelukan Kriss. Padahal tadi Tiffany sedikit berharap Kriss akan menyentuhnya tapi laki-laki itu langsung tidur begitu sampai di hotel. Suara deringan ponsel yang terdengar membuat Tiffany bangun dan mengambil ponselnya. Tiffany menerima panggilan dari papanya dengan tenang. "Kamu tidak kembali ke asrama?" Tanya papanya dengan khawatir. "Tiffany tidur di luar malam ini pa." Jawab Tiffany sembari mengubah posisinya dan menatap ke arah Kriss yang masih tidur. "Tapi penjaga rumah duka mengatakan jika kamu pergi ke sana dengan seorang laki-laki." Kata papanya lagi. "Apakah papa tidak suka?" Jawab Tiffany dengan cepat. "Papa, Tiffany sedang melakukan hal yang menyenangkan, jadi jika papa ingin bicara, kita bicarakan besok saja. Lalu jika papa bosan, papa bisa mencari pengganti mama." Lanjut Tiffany yang langsung saja memutuskan panggilan teleponnya dan segera meletakkan ponselnya. Tiffany mencium bibir Kriss dengan cepat. Sedari tadi, bibir laki-laki itu terus menggodanya untuk dicium dan juga di gigit. Kriss yang merasakannya tentu saja membalas ciuman itu dengan mata terpejam. "Dokter Anya dan kak Heri pasti sudah bergulat kan? Bagaimana jika kita juga melakukannya?" Tanya Tiffany yang langsung saja membuat Kriss membuka matanya dan menatap ke arah Tiffany yang terlihat berbinar. "Apakah kamu iri dengan pengantin baru?" Tanya Kriss dengan suara pelan. "Tentu saja, kamu pikir aku juga tidak ingin melakukannya?" Jawab Tiffany dengan cepat. Kriss yang mendengarnya pun segera menyingkirkan selimut dan mengubah posisinya di atas Tiffany. Gaun yang dipakai oleh wanita itu belum juga berganti, membuat Kriss gemas saat melihat gunung kembar milik Tiffany mengintip di baliknya. "Kamu tahu? Aku h***y saat melihatmu menggunakan gaun ini tadi." Kata Kriss memberitahu. "Kenapa?" Tanya Tiffany masih tak paham juga. "Karena dia sedari tadi mengintip ingin keluar, aku takut gaunnya tidak dapat menahannya dan keluar begitu saja." Jawab Kriss dengan cepat. "Haruskah aku memakai gaun seperti ini lagi?" Tanya Tiffany menggoda. "Jika di luar lebih baik jangan. Aku tidak suka ada orang lain yang mendapatkan kesempatan untuk melihatnya." Jawab Kriss memberitahu. Tiffany yang mendengarnya tentu saja senang. Tiffany memutuskan untuk mengangkat kepalanya dan mencium bibir Kriss lebih dulu. "Kalau begitu kamu bisa merobeknya." Kata Tiffany yang langsung saja membuat Kris tertawa pelan. Kriss mencium Tiffany dengan nafsu yang tinggi. Tangannya bergerak menarik turun gaun itu dan mulai meremas sesuatu yang terasa sangat kenyal di tangannya. *** Di tempat lain, dokter Anya sudah berbaring, menunggu suaminya yang tengah bersiap-siap untuk memposisikan miliknya. "Shhhh...." Dokter Anya mendesah begitu merasakan milik suaminya masuk ke dalam miliknya yang mulai terbiasa dengan milik suaminya yang ukurannya besar. "Aku akan bergerak dengan pelan agar kamu dan calon anak kita merasa nyaman." Kata Heri yang langsung saja dijawabi anggukan oleh dokter Anya. Dokter Anya senang karena suaminya itu selalu memikirkan dirinya lebih dari apapun. Mungkin suaminya tidak bisa menahan keinginan untuk menyentuhnya, tapi suaminya selalu menepati janjinya untuk bergerak pelan dan membuatnya nyaman selama itu berlangsung. Dokter Anya sudah memutuskan untuk pindah ke rumah suaminya yang tidak jauh dari laboratorium. Dirinya pun tidak berniat untuk keluar dari sana meskipun surat perjanjian pekerjaannya sudah ada di tangannya. Heri terus bergerak dengan pelan, menatap ke arah wajah istrinya yang terlihat menikmatinya. Cukup lama Heri bergerak hingga akhirnya Heri tidak bisa menahan dirinya. Heri menarik miliknya dan mengeluarkannya di luar. Baru beberapa hari ini Heri tahu jika keluar di dalam dapat merangsang bayinya, untuk itu Heri mulai berhati-hati saat menyentuh istrinya. Setelah selesai, Heri pun segera berbaring di samping istrinya dan memeluk perut istrinya yang sudah mulai menonjol ke depan. "Apakah ada yang tidak nyaman?" Tanya Heri pelan. "Aku baik-baik saja." Jawab dokter Anya yang langsung saja memiringkan tubuhnya dan memeluk badan suaminya yang cukup besar itu. "Apakah kamu tidak akan menyesal? Karena sudah menikah denganku?" Tanya Anya yang masih tidak percaya diri dengan dirinya sendiri. Meskipun kebanyakan orang memujinya cantik, dirinya masih tidak percaya jika suaminya yang memiliki pekerjaan mapan dan juga tidak kekurangan apapun mau menikah dengannya yang tidak punya apa-apa selain surat perjanjian bekerja seumur hidupnya. "Mungkin kamu yang akan menyesalinya karena sudah menikah denganku, tapi aku janji akan mencoba untuk menahan diri agar kamu tetap nyaman di sisiku." Jawab Heri dengan cepat. Heri sudah pernah sekali ditinggalkan oleh seseorang karena napsu yang ia miliki, jadi kali ini Heri akan mencoba untuk menjaga istrinya dengan baik. Kalaupun istrinya bosan dengannya, maka dirinya tidak akan melarang istrinya untuk pergi ke luar mencari hiburan. Tapi Heri tidak akan melepaskan istrinya begitu saja seperti sebelumnya. Apalagi istrinya yang sekarang sangatlah manis dan juga sangat baik padanya. Selalu memikirkan dirinya bagaimanapun dirinya bersikap. "Aku yang akan membereskan rumah, kamu boleh bantu tapi seperlunya saja." Kata Heri memberitahu. "Aku tidak suka ada orang lain di rumah, jadi aku tidak akan menyewa pembantu ataupun yang lainnya." Lanjut Heri memberitahu. "Aku juga tidak terbiasa dengan mereka." Jawab Anya dengan suara pelan. "Jika ada hal-hal yang tulus kamu sukai, kamu harus segera mengatakannya. Masalah keuangan, kamu yang akan mengambil alih, tapi aku juga masih menyimpan sisanya." Kata Heri lagi. "Tidak perlu, sebaiknya keuangan mas Heri saja yang memegangnya, karena aku juga tidak tahu harus bagaimana menggunakannya. Daripada salah digunakan, lebih baik mas Heri yang membawanya." Balas Anya dengan cepat. "Tidak ada penolakan, dan kamu bisa menggunakannya untuk apapun, aku tidak akan bertanya. Yang pasti setiap aku mendapatkan job, maka aku akan mengirimkan uang ke rekening kamu. Karena aku tidak seperti orang-orang yang setiap bulan bisa gajian. Jadi jika uang kamu habis, kamu bisa memberitahuku." Kata Heri yang langsung saja membuat Anya menganggukkan kepalanya mengerti. "Kalau begitu aku akan menggunakannya dengan baik, terima kasih sudah mempercayakan keuangan kamu padaku." Ucap Anya berterima kasih. "Sudah semestinya seperti itu, jadi jangan terlalu dipikirkan." Jawab Heri yang langsung saja membuat Anya tersenyum lebar saat mendengarnya. Anya memeluk tubuh suaminya semakin erat, Anya memang belum bisa menerima suaminya secara keseluruhan, tapi Anya akan mencoba untuk melakukan yang terbaik sebagai seorang istri bagi suaminya. Jika suaminya takut dikhianati, maka dirinya akan mencoba untuk menghindari hal itu agar tidak membuat suaminya berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN